Penentuan
pyrogen
è Pyrogen atau pyrogenitas
a.
Penentuan
pyrogen secara fisiko kimia. (kuantitatif
pyrogen)
1. Dengan fotokolorimetri, reagen
Tetrabrom phenolphtalein. (TBP). Dengan penambahan asam acetat 0,2 N, sehingga
timbul warna.
2. Polarografi.
Pyrogen
mepunyai panjang gelombang maksimum oksigen pada polarografi.
3. Elektroforesis.
4. Spektrofotmetri.
Pyrogen
mempunyai absorbsi spktrum ultraviolet pada E maksimum 265 mm.
b. Penentuan pyrogen secara biologis
(kwalitatif
dari pirogenitas).
Tahap :
i. Pengujian pengukuran
temperatur badan hewan percobaan.
Persiapan :
Hewan percobaan :
-
Efek
pyrogen tidak hanya ditentukan oleh pyrogen itu, tetapi juga oleh spesies penerima
injeksi.
-
Hewan percobaan : Kelinci himalaya
putih (sensitifitas tinggi terhadap pyrogen)
-
Tempat penyuntikan I.V. pada telinga kelinci
-
Syarat (Ph. Ind. III): Kelinci yang digunakan, haruslah selama seminggu sebelum
pengujian tidak menunjukkan penurunan berat
badan .
Kelinci yang tidak dapat digunakan
adalah :
a.
Tiga
hari sebelumnya telah digunakan untuk uji pyrogenitas dan hasil negatif.
b.
Tiga
minggu sebelumnya telah digunakan untuk uji pyrogenitas, tidak memenuhi syarat.
c.
Telah
digunakan kapan saja untuk uji
pyrogenitas dan respon rata-rata kelompok kelinci melebihi 1,20.
Alat
:
Termometer
yang dipakai ketelitian 0,1 0 dan dapat memasuki dubur kelinci ±5 cm.
Jarum
terbuat dari kaca atau bahan lain yang cocok, tahan pemanasan 2500.
Sediaan Uji :
zat
uji diencerkan dengan larutan NaCl P
steril bebas pyrogen.
Prosedur
Kerja
1.
kelinci dimasukkan ke kotak dengan penahan leher yang
cukup longgar, badan bebas, kelinci dapat duduk dengan bebas.
2. Uji pendahuluan :
Satu sampai tiga hari sebelum
pengujian,
suntik kelinci
masing-masing dengan 10
ml/kgBB dengan larutan NaCl P steril bebas pyrogen.
Ø Ruang harus tenang, di
ruang dengan perbedaan terhadap temperatur pemeliharaan tidak boleh
lebih dari 3 0C.
Ø 1 malam hingga pengujian selesai
kelinci tidak diberi makan dan selama waktu pengujian tidak diberi minum.
Ø Catat temperatur badan kelinci dengan
interval tidak lebih dari 30 menit dimulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga
tiga jam sesudah penyuntikan dengan larutan NaCl P steril
bebas pyrogen.
Ø Kelinci yang menunjukkan beda
temperatur lebih besar dari 0,6 0C tidak dapat digunakan untuk
pengujian utama.
3. Pengujian utama.
Ø 1 kelompok hewan percoban terdiri dari 3
ekor kelinci.
Ø Hangatkan sediaan uji hingga
temperatur ± 38,5
0C.
Ø Suntikan perlahan-lahan ke dalam vena
auricularis tiap kelinci.
Ø Lama penyuntikan tidak lebih dari 4 menit dan volume sediaan uji tidak
kurang dari 0,5 ml dan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot badan.
Ø Jika gagal, ulangi pengujian hingga 4 kali, tiap kelompok uji terdiri dari 3 ekor kelinci.
4.
Penafsiran
hasil.
Ø Temperatur awal adalah temperatur
rata-rata 2 pembacaan temperatur dengan interval 30 menit dan dilakukan 40
menit sebelum penyuntikan sediaan uji.
Ø Temperatur maksimum adalah temperatur
tertinggi yang dicatat selama 3 jam setelah penyuntikan sediaan uji.
Ø Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak
lebih dari 30 menit dimula 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam setelah
penyuntikani.
Ø Selisih temperatur awal dengan temperatur maksimum tiap kelinci
dinyatakan sebagai temperatur respon. Jika temperatur respon negatif, dianggap
nol.
Kelinci memenuhi syarat.
-
Bila
antar kelinci perbedaan suhu awal tidak
lebih dari 10 C.
Kelinci tidak memenuhi syarat:
-
Perbedaan
temperatur awal lebih besar
dari 0,2 0C.
-
Temperatur
awal lebih kecil dari 38,0 0C dan tidak lebih besar dari 39,8 0C.
Sediaan uji dinyatakan memenuhi syarat :
-
Jika
jumlah respon tidak melebihi kolom 2 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat jika
jumlah respon melebihi kolom 3 untuk tiap kelompok.
-
Jika
jumlah respon terletak antara kolom 2 dan kolom 3, pengujian diulangi.
-
Jika
pengujian keempat jumlah respon melebihi 6,60 C sediaan uji
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
Tabel 2.
Persyaratan hewan untuk uji pyrogenitas
Jumlah kelinci
|
Sediaan uji memenuhi syarat bila respon tidak melebihi
|
Sediaan uji tidak memenuhi syarat
jika jumlah respon melebihi
|
3
6
9
12
|
1,20
2,80
4,50
6,60
|
2,7
4,30
6,00
6,60
|
ii. Perhitungan
sel darah putih.
Injeksi obat suntik yang mengandung
pyrogen pada pembuluh balik darah kelinci akan menyebabkan terjadinya perobahan
sel-sel darah putih.
Mis ; penurunan lympocyte dan menaikan
neutrophyls. ini menjadi indikator terhadap adanya aktivitas pyrogen.
iii. Test limulus.
Prinsip : pengumpalan
ekstrak cair sel darah kepiting ladam kuda (limulus polyphemus)
dengan adanya pyrogen.
Limulus poliphemus,
Ø Cairan
limpha atau darahya mengandung 1
jenis sel-sel yang beredar dan disebut Amoebocyten.
Ø Amoebocyten mudah hancur dan mengandung protein yang dapat
menggumpal (Procoagulantin).
Tahun
1885,
Ø Howelel menemukan sifat-sifat
koagulasi dari limulus lysate ini
Ø diteruskan oleh Loeb.
Ø Beberapa tahun berikutnya, Bang, dkk, memperlihatkan bahwa bakteri gram negatif
bereaksi dengan darah intravascular kepiting tersebut dan ekstrak sel darah
dari kepiting sangat sensitif terhadap endotoksin bakteri gram negatif.
Ø Levin – Bang dan Reinhold Fine adalah
yang pertama kali menulis metoda in –vitro untuk penentuan endotoksin
berdasarkan kerja Bang. à Metoda LAL Test
LAL
test merupakan metoda yang sensitif untuk penentuan endotoksin bakteri gram
negatif atau lipopolisakharida (pirogen),
Ø dimana lipid A dari molekul endotoksin
dapat memberikan reaksi menjadi gel dari
limulus lysate.
Ø Ada kecocokan atau persamaan hasil antara
LAL dengan test kelinci.
No comments:
Post a Comment