Sunday, July 12, 2015

HIDROSEFALUS



HIDROSEFALUS
A. Batasan
Hidrosefalus adalah penumpukkan aktif cairan serebrospinal dalam ventrikel otak (Darmadipura dkk.,2008)
B. Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara proses produksi, sirkulasi dan penyerapan cairan serebrospinal. Secara umum hidrosefalus dibagi atas :
a. Hidrosefalus obstruktif (intraventricular obstruktif/ IVOH atau extraventricular obstruktif/ EVOH)
b. Communicating hidrosefalus (CH)
c. Normal pressure hydrocephalus (NPH)
d. Hydrosefalus ex vacuo(Rowlandet al., 2010).

C. Communicating Hydrocephalus (CH)
Hidrosefalus communicating (CH) didiagnosa ketika tidak ada ditemukannya obstruksi pada otak, adanya sekresi yang berlebihan dari CSF, ketidaksanggupan ruang arachnoid untuk melakukan absorpsi CSF. Kapasitas absorpsi dari ruang subarachnoid adalah 3x dari laju formasi CSF normal yaitu 0,35mL/menit. Laju formasi meningkat sampai 1mL/menit akan menyebabkan hidrosefalus. Secara klinis papilloma plexus koroind adalah penyebab utama terjadinya hidrosefalus akibat sekresi berlebihan dari CSF (Rowlandet al., 2010).

D. Tanda dan Simptom
Pada anak-anak balita, tanda paling nyata adalah adanya perbesaran rangka kepala dan kepala melebar dan cembung. Ukuran wajah seolah-olah tampak kecil walaupun sebenanya normal karena ukuran kepala yang membesar, mata sembab, gerakan bola mata tanpa disadari, mata tidak sanggup memandang ke arah kiri kanan, retraksi penglihatan (Rowlandet al., 2010).
Pada anak-anak dan usia dewasa dengan sutura yang sudah tertutup tanda-tandanya:
-          Sakit kepala
-          Mual muntah
-          Kejang
-          Hiper refleksi
-          Penurunan fisus
-          Gangguan perkembangan fisik dan mental
-          Penurunan kesadaran(Damadipura dkk., 2008)

E. Diagnosa
1.    Gejala Klinis
2.    Radiologi :
a.       Foto Polos Kepala (Tulang tipis, sutura, clanfontanela melebar, disproporsi cranio facial, impresio digitati dan pelebaran cella tursica).
b.      USG kepala dengan syarat sutura atau fontanella masih terbuka: pelebaran ventrikel dengan penipisan mantel otak.
c.       CT Scan kepala (Gold standard, keuntungannya gambar yang diperoleh lebih jelas, non-traumatik, kemungkinan etiologi dapat dilihat, prediksi prognosis penderita)
d.      MRI kepala. Hasilnya lebih bagus dari CT scan terutama pada kasus hidrosefalus dengan tumor otak sebagai penyebabnya, tetapi biayanya lebih mahal dan diperlukan tindakan pembiusan.
3. Laboratoris:
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan cara aseptic melalui pungsi ventrikel, fontanela mayor atau dari chamber selang. Tujuannya untuk menghitung sel PMN, eritrosit, kultur kuman dan uji sensitifitas antibiotic.
b. Torch digunakan untuk mencari penyebab CH
                                                                                                      (Damadipura dkk., 2008)
F. Penatalaksanaan
     Menurut Hydrocephalus association, untuk penatalaksanaan hidrosefalus pada umumnya adalah dengan melakukan operasi yaitu
a.    melakukan draining dengan pemasangan implant alat yang bernama shunt, yaitu sebuah tube bersistem katup untuk menguras CSF ke bagian lainnya dalam tubuh.
b.    Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV)
ETV adalah alat yang digunakan/dipasangkan dalam otak untuk menusuk membran otak untuk membentuk saluran dan CSF mengalir ke saluran yang baru dibentuk.
Pemasangan drain ventrikel (shunt) adalah metode yang paling banyak dilakukan pada pasien pediatrik. (Damadipura dkk., 2008).
                                                                            
G. Penggunaan Antibiotik dalam Operasi Pemasangan Shunt
Infeksi pada shunt (shunt infection) adalah salah satu resiko paling besar yang terjadi pada operasi yang dilakukan untuk pasien hidrosefalus dan paling banyak terjadi pada pediatrik. Telah banyak laporan menyatakan bahwa sekitar 10% operasi shunt CSF terjangkit infeksi dan membutuhkan antibiotik untuk pasien rawat inap dan diganti dengan shunt baru (Duhaime, A.C., 2006).
Bakteri penyebab infeksi pada umumnya adalah Staphylococcus epidermidis (paling sering terjadi) (Kestle, J.R., 2006), Staphylococcusaureus setelah pembedahan (Duhaime, A.C., 2006). Oleh karena itu harus diberi terapi antibiotik dan sebaiknya antibiotik yang akan diberikan mampu menembus sawar otak.
Jenis operasi dalam pemasangan shunt adalah operasi bersih. Menurut AHFS Report pada tahun 2013, antibiotik profilasksis direkomendasikan kepada pasien dewasa maupun anak-anak yang akan melakukan craniotomi ataupun prosedur pembedahan yang berhubungan dengan rangka kepala (termasuk otak). Dalam sebuah meta analisis ditemukan bahwa pasien yang menerima antibiotik profilaksis memiliki resiko yang lebih rendah dan signifikan terhadap terjangkit infeksi (Bratzler et al, 2013).
Antibiotik profilaksis diberikan 30 menit sebelum operasi. Pilihan antibiotik yang digunakan adalah yang dapat menembus sawar otak sefalosporin golongan III terutama ceftriaxone (Mistry, 2012 dan Sarguna, 2006) dan sedangkan menurut AHFS Report, pilihan utamanya adalah B-Laktamase seperti cloxacillin, oxacillin, cefazolin, cefuroxime, cefotaxime, sulfamethoxazole-trimethoprim, cefazolin, penicillin G dan amoxicillin clavulanat, clindamycin (untuk bakteri-bakteriyang ada pada kulit seperti P. acnes) (Bratzler et al, 2013).
Terapi antibiotik empiris yang digunakan adalah sefalosporin golongan III (ceftriaxone, cefuroxime, cefepime), aminoglikosida (amikasin, gentamicin), penicillin (amoxicillin clavulanat, oxacillin, cloxacillin, penisilin G), metronidazol, quinolon (ciprofloxacin) tergantung dengan sensitivitas dari bakteri penginfeksi (Anonim, 2012).

No comments:

Post a Comment