HIDROSEFALUS
A.
Batasan
Hidrosefalus adalah
penumpukkan aktif cairan serebrospinal dalam ventrikel otak
(Darmadipura dkk.,2008).
B.
Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara proses produksi, sirkulasi dan
penyerapan cairan serebrospinal. Secara umum hidrosefalus dibagi atas :
a.
Hidrosefalus obstruktif (intraventricular obstruktif/ IVOH atau
extraventricular obstruktif/ EVOH)
b.
Communicating hidrosefalus (CH)
c.
Normal pressure hydrocephalus (NPH)
d.
Hydrosefalus ex vacuo(Rowlandet al., 2010).
C. Communicating
Hydrocephalus (CH)
Hidrosefalus
communicating (CH) didiagnosa ketika tidak ada ditemukannya obstruksi pada
otak, adanya sekresi yang berlebihan dari CSF, ketidaksanggupan ruang arachnoid
untuk melakukan absorpsi CSF. Kapasitas absorpsi dari ruang subarachnoid adalah
3x dari laju formasi CSF normal yaitu 0,35mL/menit. Laju formasi meningkat
sampai 1mL/menit akan menyebabkan hidrosefalus. Secara klinis papilloma plexus
koroind adalah penyebab utama terjadinya hidrosefalus akibat sekresi berlebihan
dari CSF (Rowlandet al., 2010).
D. Tanda
dan Simptom
Pada
anak-anak balita, tanda paling nyata adalah adanya perbesaran rangka kepala dan
kepala melebar dan cembung. Ukuran wajah seolah-olah tampak kecil walaupun
sebenanya normal karena ukuran kepala yang membesar, mata sembab, gerakan bola
mata tanpa disadari, mata tidak sanggup memandang ke arah kiri kanan, retraksi
penglihatan (Rowlandet al.,
2010).
Pada
anak-anak dan usia dewasa dengan sutura yang sudah tertutup tanda-tandanya:
-
Sakit kepala
-
Mual muntah
-
Kejang
-
Hiper refleksi
-
Penurunan fisus
-
Gangguan perkembangan fisik dan mental
-
Penurunan kesadaran(Damadipura dkk., 2008)
E. Diagnosa
1.
Gejala Klinis
2.
Radiologi :
a.
Foto Polos Kepala (Tulang tipis, sutura, clanfontanela
melebar, disproporsi cranio facial, impresio digitati dan pelebaran cella
tursica).
b.
USG kepala dengan syarat sutura atau fontanella masih
terbuka: pelebaran ventrikel dengan penipisan mantel otak.
c.
CT Scan kepala (Gold standard, keuntungannya gambar
yang diperoleh lebih jelas, non-traumatik, kemungkinan etiologi dapat dilihat,
prediksi prognosis penderita)
d.
MRI kepala. Hasilnya lebih bagus dari CT scan terutama
pada kasus hidrosefalus dengan tumor otak sebagai penyebabnya, tetapi biayanya
lebih mahal dan diperlukan tindakan pembiusan.
3. Laboratoris:
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan cara aseptic
melalui pungsi ventrikel, fontanela mayor atau dari chamber selang. Tujuannya
untuk menghitung sel PMN, eritrosit, kultur kuman dan uji sensitifitas
antibiotic.
b. Torch digunakan untuk mencari penyebab CH
(Damadipura
dkk., 2008)
F. Penatalaksanaan
Menurut Hydrocephalus
association, untuk penatalaksanaan hidrosefalus pada umumnya adalah dengan
melakukan operasi yaitu
a.
melakukan draining
dengan pemasangan implant alat yang bernama shunt,
yaitu sebuah tube bersistem katup untuk menguras CSF ke bagian lainnya dalam
tubuh.
b.
Endoscopic Third
Ventriculostomy (ETV)
ETV
adalah alat yang digunakan/dipasangkan dalam otak untuk menusuk membran otak
untuk membentuk saluran dan CSF mengalir ke saluran yang baru dibentuk.
Pemasangan
drain ventrikel (shunt) adalah metode
yang paling banyak dilakukan pada pasien pediatrik. (Damadipura dkk., 2008).
G. Penggunaan
Antibiotik dalam Operasi Pemasangan Shunt
Infeksi
pada shunt (shunt infection) adalah salah satu resiko paling besar yang terjadi
pada operasi yang dilakukan untuk pasien hidrosefalus dan paling banyak terjadi
pada pediatrik. Telah banyak laporan menyatakan bahwa sekitar 10% operasi shunt CSF terjangkit infeksi dan
membutuhkan antibiotik untuk pasien rawat inap dan diganti dengan shunt baru (Duhaime, A.C., 2006).
Bakteri
penyebab infeksi pada umumnya adalah Staphylococcus
epidermidis (paling sering terjadi) (Kestle, J.R., 2006), Staphylococcusaureus setelah
pembedahan (Duhaime, A.C., 2006). Oleh karena itu harus diberi terapi
antibiotik dan sebaiknya antibiotik yang akan diberikan mampu menembus sawar
otak.
Jenis operasi dalam pemasangan shunt adalah operasi
bersih. Menurut AHFS Report pada tahun
2013, antibiotik profilasksis direkomendasikan kepada pasien dewasa maupun
anak-anak yang akan melakukan craniotomi ataupun prosedur pembedahan yang
berhubungan dengan rangka kepala (termasuk otak). Dalam sebuah meta analisis
ditemukan bahwa pasien yang menerima antibiotik profilaksis memiliki resiko
yang lebih rendah dan signifikan terhadap terjangkit infeksi (Bratzler et al, 2013).
Antibiotik
profilaksis diberikan 30 menit sebelum operasi. Pilihan antibiotik yang
digunakan adalah yang dapat menembus sawar otak sefalosporin golongan III terutama
ceftriaxone (Mistry, 2012 dan Sarguna, 2006) dan
sedangkan menurut AHFS Report, pilihan utamanya adalah B-Laktamase seperti cloxacillin, oxacillin, cefazolin, cefuroxime,
cefotaxime, sulfamethoxazole-trimethoprim, cefazolin, penicillin G dan
amoxicillin clavulanat, clindamycin (untuk bakteri-bakteriyang ada pada
kulit seperti P. acnes) (Bratzler et al, 2013).
Terapi
antibiotik empiris yang digunakan adalah sefalosporin golongan III
(ceftriaxone, cefuroxime, cefepime), aminoglikosida (amikasin, gentamicin),
penicillin (amoxicillin clavulanat, oxacillin,
cloxacillin, penisilin G), metronidazol, quinolon (ciprofloxacin) tergantung dengan
sensitivitas dari bakteri penginfeksi (Anonim, 2012).
No comments:
Post a Comment