ANGINA STABIL
1.
Batasan
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai
akibat dari suatu iskemik jantung tanpa adanya infark. Penyakit iskemia jantung
juga dikenal sebagai penyakit arteri koroner didefinisikan sebagai kurangnya
oksigen dan penurunan atau tidak ada aliran darah ke myocardium sebagai akibat
dari penyempitan atau obstruksi arteri koroner.
2.
Patofisiologi
Penentuan utama dari kebutuhan oksigen miocardia (myocardial oxygen
demand, MVO2) adalah denyut jantung, kontraktilitas, dan
regangan dinding intramyocardial selama sistol. Regangan dinding dianggap
sebagai faktor paling penting. Karena konsekuensi iskemia jantung biasanya sebagai akibat
dari peningkatan kebutuhan oksigen tetap, perubahan MVO2 penting
pada pembentukan iskemi dan untuk intervensi yang dilakukan untuk
meringankannya.
Tingkatan tahanan pembuluh dalam mengirimkan darah ke myocardium serta
MVO2 merupakan penentuan utama untuk terjadinya iskemi.Sistem
koroner normal termasuk epicardial besar atau pembuluh permukaan (R1),
yang memberikan sedikit tahanan terhadap aliran myocardial, dan intramyocardial
arteri dan arteriol (R2), yang bercabang ke jaringan kapiler yang
padat untuk mensuplai aliran darah basal. Pada kondisi normal, tahanan pada R2
lebih kuat dari R1.
Aliran darah myocardial berbanding terbalik dengan tahanan arteriolar dan berbanding lurus
dengan coronary driving pressure.
Lesi ateriosklerosis menutup R1 menyebabkan peningkatan
tahanan arteriolar, dan pada R2 terjadi vasodilatasi untuk
mempertahankan aliran darah. Dengan obstruksi yang lebih parah, respon ini
tidak cukup, aliran koroner oleh vasodilatasi R2 tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan osigen. Stenosis yang relatif parah (>70%) bisa
merangsang terjadinya iskemi dan simtom sewaktu istirahat, dimana pada stenosis
yang kurang parah tetap tersedia cadangan aliran darah untuk latihan/aktivitas
(exertion).
Diameter dan panjang lesi obstruksi dan pengaruh turunnya tekanan pada area stenosis juga mempengaruhi aliran
darah koroner dan fungsi sirkulasi kolateral. Obstruksi koroner dinamis bisa
terjadi pada pembuluh normal dan pembuluh dengan stenosis dimana vasomotion
atau kejang bisa terjadi pada stenosis yang tetap. Iskemi yang bertahan bisa
merangsang perkembangan aliran darah kolateral.
Stenosis kritis terjadi ketika lesi obstruksi berkembang pada diameter
luminal dan melebihi 70%. Lesi menyebabkan obstruksi 50-70% bisa mengurangi
aliran darah, tapi obstruksi ini tidak konsisten, dan vasospasme dan trombosis
pada lesi ‘non-kritis’ bisa menyebabkan kejadian klinis sepertui AMI. Jika lesi
membesar sampai 80-90%, tahanan pada pembuluh itu berlipat tiga. Coronary reserve berkurang pada sekitar
85% obstruksi karena vasokontriksi.
Kelainan kontraksi ventricular bisa terjadi, dan hilangnya kontraktilitas
setempat bisa memperberat beban jaringan myocardial yang tersisa, sehingga
terjadi gagal jantung, peningkatan MVO2, dan deplesi cepat cadangan
aliran darah. Zona jaringan dengan aliran darah tepi beresiko untuk kerusakan
yang lebih parah jika iskemi bertahan
atau bertambah parah. Area myocardium non-iskemi bisa mengalami kompensasi atas
area yang terkena iskemi dengan meregang lebih hebat dalam usaha menjaga cardiac output. Disfungsi
ventricular kiri atau kanan yang muncul bisa dihubungkan dengan temuan klinik
berupa S3, dispnea, ortopnea, takikardia, tekanan darah yang
fluktuatif, murmur yang segera hilang, dan regurgitasi katup mitral atau
trikuspid. Gangguan fungsi diastolik dan sistolik menyebabkan kenaikan tekanan
pengisian pada ventrikel kiri.
3.
Penatalaksanaan Angina stabil
Terapi nitrat menjadi langkah
pertama dalam penanganan serangan akut angina stabil kronik jika serangan
jarang. Jika angina terjadi tidak lebih dari sekali dalam beberapa hari,
pemberian tablet sublingual atau semprotan atau bukal nitrogliserin sudah
cukup.Untuk profilaksis ketika menjalani aktivitas yang mungkin bisa
menyebabkan serangan, nitrogliserin 0,3-0,4 mg sublingual bisa digunakan
sekitar 5 menit sebelum aktivitas. Semprotan nitrogliserin bisa berguna ketika
ludah yang diproduksi tidak cukup untuk melarutkan nitrogliserin sublingual
atau jika pasien mempunyai kesulitan membuka kemasan tablet. Respon
biasanya bertahan selama 30 menit.Ketika angina terjadi lebih sering dari satu
kali sehari, terapi profilaktik kronik harus dimulai. Agen blocking
β-adrenergic disukai karena pemberian lebih jarang dan sifat lain (seperti,
potensi efek cardioprotective, efek antiaritmia, kurangnya kemungkinan
toleransi, manfaat antihipertensi). Dosis yang sesuai sebaiknya ditentukan
dengan tujuan untuk denyut jantung dan DP. Agen yang dipilih sebaiknya dipilih
yang bisa ditolerir pasien dengan ongkos yang bisa diterima. Pasien yang
umumnya merespon baik terhadap blokade β adalah mereka dengan denyut jantung
istirahat yang tinggi dan mereka dengan ambang angina yang relatif tetap (yaitu,
simtom mereka muncul pada tingkat yang sama dengan latihan atau workload pada dasar yang tetap).
Ca channel antagonis berpotensi memperbaiki aliran darah koroner melalui
vasodilatasi arteri koroner dan juga mengurangi MVO2 dan bisa
digunakan daripada β blocker untuk terapi profilaktik kronik. Agen ini sama efektifnya dengan β blocker dan paling berguna pada pasien
dengan berbagai ambang untuk exertional angina. Ca antagonis bisa memberikan
oksigenasi otot rangka yang lebih baik, sehingga fatigue (kelelahan) bisa
berkurang dan toleransi terhadap latihan yang lebih baik. Ca antagonis bisa
digunakan dengan aman pada pasien yang kontraindikasi terhadap terapi β blocker. Obat yang tersedia mempunyai
efek yang serupa pada penanganan angina stabil kronik. Pasien dengan kelainan
konduksi dan disfungsi LV sedang sampai parah (EF <35%) sebaiknya tidak
memdapat verapamil, dimana amiodipine bisa digunakan dengan aman pada pasien
ini. Diltiazem mempunyai efek signifikan pada AV node dan bisa menimbulkan heart block pada pasien yang mengalami
penyakit konduksi atau ketika obat lain dengan efek pada konduksi (seperti,
digoksin, β blocker) sedang
digunakan. Nifedipine bisa menyebabkan peningkatan denyut jantung yang
berlebih, terutama jika pasien tidak menerima β blocker, dan efeknya yang bermanfaat pada MVO2
bisa hilang. Kombinasi calcium channel blocker dan β blocker adalah rasional karena efek hemodinamik
Ca antagonis merupakan komplemen terhadap efek blokade β. Tetapi, terapi kombinasi bisa tidak selalu lebih
efektif dari terapi agen tunggal.
Terapi profilaktik kronik dengan nitrogliserin kerja
lama (oral atau transdermal), ISDN, ISMN, dan pentaerythritol trinitrate bisa
juga efektif ketika angina terjadi lebih dari sekali sehari. Monoterapi dengan
nitrat sebaiknya bukan terapi pertama kecuali β blocker dan Ca channel blocker dikontraindikasikan atau
tidak bisa ditolerir. Interval bebas pemberian nitrat selama 8 jam per hari
atau lebih lama harus diberikan untuk menjaga efek.
No comments:
Post a Comment