EPIDERMOLYSIS BULLOSA
BATASAN
Epidermolysis bullosa (EB) adalah
penyakit kulit yang bersifat genetik (penyakit keturunan) yang ditandai dengan
rapuhnya kulit, membran mukosa dan terbentuknya blister (lepuhan) di kulit sebagai respon terhadap trauma mekanikal
(Medscape Reference, 2012).
PATOFISIOLOGI
Kulit kita terdiri dari dua lapisan
utama, yaitu: lapisan kulit terluar (epidermis) dan lapisan kulit dalam (dermis).
Penyebab utama terjadinya EB adalah kurangnya protein keratin yang bertanggung
jawab dalam menjaga integritas kulit. Epidermolysis bullosa dibagi menjaditiga
kategori, yaitu EB Simplex, EB Junctional dan EB Dystrophic.
Epidermolysis Bullosa Simplex (EBS)
penyebab utamanya adalah keturunan tetapi dalam bentuk yang langka, seperti EBS
dengan muscular dystrophy. Kerapuhan kulit pada EBS terjadi karena kurangnya
protein keratin 5 dan 14. Protein keratin merupakan kerangka penghubung sel
dengan kulit, sehingga kekurangan dari protein dapat menyebabkan perpecahan dan
kulit menjadi rapuh dan menggelembung (melepuh). EBS dapat diklasifikasikan
menjadi: Localised EBS, Generalised EBS dan EBS Dowling Meara. Localised EBS
jarang menyebabkan permasalahan pada anak-anak. Lepuhan biasanya timbul di
tangan dan kaki. Anak-anak dengan Generalised EBS kehilangan kulit superficial
yang luas. Generalised EBS biasanya terjadi setelah bayi baru lahir atau satu
hari setelahnya dibagian tepi popok bayi. Sedangkan Dowling Meara EBS biasanya
muncul di tepi baju anak-anak. Sehingga pada anak-anak dengan diagnosis Dowling
Meara EBS harus menggunakan baju yang tipis dan secukupnya saja. Kain yang baik
digunakan adalah yang terbuat dari Hydrofibre. Gejala lain yang muncul pada Dowling
Meara EBS adalah lepuhan di laryngeal. Gagal nafas dapat terjadi pada kasus ini
dan perlu diberikan Dexametason oral atau budeneside nebulizer.
Junctional EB (JEB) terjadi oleh
karena kerusakan di laminar denza. JEB dapat diklasifikasikan menjadi: Herlitz
JEB, Non-Herlitz JEB dan JEB yang disertai pyloric atresia. Herlitz JEB teradi
karena hilangnya protein Laminin 332. Pada Dowling Meara EBS, lepuhan laryngeal
merupakan wujud dari Herlitz JEB. Untuk terapinya dapat diberikan dexamethason
oral atau budenesid nebulizer. Non-herlitz JEB disebabkan oleh karena ada
kerusakan di protein kolagen tipe XVII atau Laminin 332. Sedangkan untuk
Junctional EB dengan pyloric atresia (JEB PA) dikarenakan kekurangan α6β4
integrin.
Klasifikasi EB yang ketiga adalah
Dystrophic EB yang terjadi oleh karena kurangnya kolagen tipe VII dan dapat dibalut
dengan menggunakan perban dengan lapisan yang non adherent, seprti silikon atau
lipidocolloid halus. Lapisan kedua untuk membalut luka biasanya digunakan foam dressing untuk melindungi dan
menyerap eksudat (Denyer, 2009).
DIAGNOSIS
Gejala timbulnya EBS yang pertama
dijumpai adalah munculnya lepuhan-lepuhan di kulit. Untuk menentukan
klasifikasi EBS dapat dengan menggunakan beberapa test labiratorium, yaitu
menggunakan:
1. Transmission
electron microscopy,
Digunakan
untuk melihat tingkat pembelahan kulit pada epidermolysis bullosa dan dapat
memvisualisasikan dan pengujian semi kuantitatif dari struktur kulit yang
biasanya terganggu pada EB.
2. Immunofluorescence
mapping (IFM),
IFM
merupakan alat diagnostik yang menggunakan transmisi electron microscopy untuk
beberapa tipe EB.
3. Mutation
Analysis
Mutation
analysis merupakan alat test utama yang dapat digunakan untuk tipe dari
keturunan dan jenis mutasi molekuler.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan epidermolisis
bulosa terutama pada pencegahan dan penyembuhan luka lepuhan. Apabila lepuhan
telah muncul maka cairan yang ada didalam lepuhan harus dikeluarkan dengan
menggunakan jarum steril. Pengambilan cairan dari dalam lepuhan harus dilakukan
secara komplit dan halus dengan cara meninggalkan kulit teratas dari lepuhan
tetap dikulit (jangan sampai tercabut) lalu ditutup dengan petrolatum
putih-kasa yang dapat meresap sehingga dapat mengoptimalkan proses penyembuhan.
Bila lepuhan terisi cairan lagi maka pengeluaran cairan (drainage) harus
dilakukan berkali-kali. Luka terbuka harus ditutup dengan perban non adherent
seperti petrolatum, hydrogel, fenestrateed sillicon. Perban luka tidak boleh
terlalu keras. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka terbuka dapat
diberikan obat antibakteri topikal, seperti:polymyxin, bacitracin atau silver
sulfadiazine. Obat topikal tersebut dapat digunakan pada luka terbuka dan
mempercepat penyembuhan luka. Gentamisin (480 mg/L saline), asam asetat (cuka
putih) dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan Pseudomonas dan
Staphylococcal (Medscape Reference, 2011).
No comments:
Post a Comment