Penanganan Demam
Pada Anak
A.
Definisi
Demam
Demam
merupakan reaksi akibat kenaikan set point akibat infeksi atau oleh adanya
ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi
terjadi akibat mikroorganisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor
pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6., TNF, dan IFN. Zat ini bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim COX yang berperan dalam produksi
prostaglandin. Prostaglandin akan meningkatkan set point hipotalamus,
Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk mengubah set point dan memproduksi panas
(Ismoedijanto, 2000)
Pengukuran
temperatur diukur melalui aksila, oral, rektal, maupun pada membran timpani.
Pengukuran temperatur
melalui rektal secara umum dianggap yang paling mendekati suhu sentral. Namun,
ketika temperatur sentral berubah secara tiba-tiba, temperatur rektal berubah
lebih lama dan dapat berbeda dari temperatur sentral. Pemeriksaan rektal tidak
direkomendasikan pada pasien keganasan, bayi baru lahir, pasien diare, atau neutropenia (Lubis dan Lubis, 2011).
B.Metode Fisik dalam
Penurunan Temperatur Tubuh Anak
Metode
fisik seperti memandikan, mengelap badan, pemaparan dengan air dingin,
penggunaan selimut dingin atau kantung es, dan menggosokkan tubuh dengan
alkohol tidak menguntungkan pada anak demam karena dampaknya terbatas dan
sementara, dan tidak berpengaruh terhadap mekanisme pusat pengendali temperatur
tubuh. Penggunaan metode fisik lebih direkomendasikan pada kasus hipertermia,
karena suhu pasien meningkat sendiri tanpa pengaruh kerja pusat pengendali suhu
(seperti pada heat stroke dan sunstroke) (Lubis dan Lubis, 2011).
C. Antipiretik
Obat
antipiretik yang disetujui untuk digunakan pada anak adalah parasetamol dan
ibuprofen. Penggunaan asetilsalisilat sangat tidak dianjurkan pada anak <15
tahun karena risiko Sindrom Reye. Steroid tidak dapat digunakan pada anak
dengan demam karena rasio keuntungan-kerugian yang rendah. Ibuprofen memiliki
risiko terkecil terhadap efek samping gastrointestinal. Metaanalisis dari 12
studi memberikan hasil yang tidak meyakinkan bahwa parasetamol memiliki efikasi
antipiretik yang lebih baik dibandingkan dengan plasebo (Lubis dan Lubis, 2011). Beberapa golongan
antipiretik, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan
hipotermia bila tidak ada demam,
seperti asetaminofen, asetosal, dan ibuprofen. Obat lain yang dapat digunakan
adalah metamizol. Obat
ini dapat mengurangi menggigil namun dapat menyebabkan hipotermia dan hipotensi
(Ismoedijanto, 2000).
Menurut
pedoman NICE, antipiretik tidak bisa digunakan secara rutin pada penanganan
anak dengan demam, walaupun dapat digunakan pada anak yang menunjukkan gejala
ketidaknyamanan, termasuk menangis berkepanjangan, iritabilitas, aktivitas yang
berkurang, selera makan menurun,
dan gangguan tidur. Sebaliknya pedoman WHO menganjurkan penggunaan parasetamol
apabila suhu tubuh >39°C. Dan dokumen terbaru dari WHO tidak menganjurkan
penggunaan rutin antipiretik pada anak, terutama pada situasi keluarga harus
menanggung biaya pengobatan dan juga karena peran obat antipiretik pada anak
dengan malaria, sepsis atau malnutrisi kronik masih belum ditetapkan (Lubis dan Lubis, 2011).
Pemberian
parasetamol secara oral lebih baik digunakan daripada secara rektal karena
absorbsi lebih konstan dan lebih memungkinkan untuk memberikan dosis sesuai
dengan berat badan. Pemberian parasetamol rektal hanya dipertimbangkan bila
anak muntah atau pemberian oral tidak memungkinkan. Penggunaan ibuprofen pada
pasien dengan dehidrasi sebaiknya berhati-hati dikarenakan meningkatnya risiko
gagal ginjal. Penggunaan ibuprofen tidak direkomendasikan pada pasien dengan
varisela karena berpotensi meningkatkan risiko superinfeksi pada kulit dan
jaringan lunak dan infeksi streptokokus invasif. Penggunaan ibuprofen harus
dihindari pada pasien Kawasaki yang telah mendapat asam asetilsalisilat karena
menghambat efek akhir dari anti agregasi trombosit. Parasetamol merupakan
satu-satunya antipiretik yang direkomendasikan pada neonatus (Lubis dan Lubis, 2011).Parasetamol oral,
dosis standar 10-15 mg/kg diberikan 4-6 kali sehari. Dosis ibuprofen oral,
dosis standar ialah 10 mg/kgBB diberikan 3 atau 4 kali sehari (Lubis dan Lubis,
2011)
D. Kejang
Demam
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures,
kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38°C akibat suatu
proses ekstra kranial. Insiden kejang demam 2,2%-5% pada anak di bawah usia 5
tahun. Anak lai-laki lebih sering daripada perempuan dengan perbandingan
1,2-1,6 : 1.
Penggolongan kejang demam menurut
kriteria National Collaborative Perinatal
Project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang
demam sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit,
umum, dan tidak berulang pada suatu episode demam. Kejang demam kompleks adalah
kejang demam yang lebih lama dari 15 menit baik bersifat lokal atau multipel.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari satu episode
demam.
E.Tata
Laksana Kejang demam
Tujuan pengobatan kejang demam pada
anak adalah:
1. Mencegah
kejang demam berulang
2.
Mencegah status epilepsi atau mental retardasi
3. Normalisasi
kehidupan anak dan keluarga
Pengobatan pada fase akut yaitu
membebaskan jalan nafas dan memantau fungsi vital tubuh. Diazepam intravena
atau rektal merupakan obat pilihan utama. Profilaksis intermiten dapat
diberikan ketika pasien demam yaitu dengan diazepam oral/rektal. Sedangkan
profilaksis terus menerus dapat diberikan fenobarbital atau asam valproat tiap
hari untuk mencegah berulangnya kejang demam (Deliana, 2002).
No comments:
Post a Comment