Penetrasi Obat Dari Sediaan Obat Mata
Tempat
obat yang memungkinkan penetrasi ke dalam mata adalah kornea dan konjugtiva
Melewati
kornea lebih besar dibanding dengan konjungtiva
Penetrasi
pada konjungtiba akan lebih besar bila terjadi iritasi oleh bahan asing, bahan
kimia atau mekain, bila ini terjadi zat aktif bisa menmbus konjungtiva dalam
jumlah besar dan masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan efek sistemik yang
tidak diharapkan.
Penetrasi
melalui kornea akan lebih besar bila terjadi penyempitan atau kecepatan aliran
darah menurun dalam konjungtiva dengan adanya bahan adstringens.
Laju
penetrasi obat melalui kornea tergantung dari beberapa faktor, antara lain : koefisien partisis zat
aktif, karena sifat dari epitel yang mengandung lipida; sesuai dengan hukum
difusi Fick
Dimana
jumlah obat yang berdisfusi :
Dimana
:
Km =
Koefisien partisi zat aktif
D = kecepatan difusi zat aktif dalam
lapisan lipida
H = tebal membran lipid
A = Luas permukaan
C = konsentrasi zat aktif dalam sediaan
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap penetrasi obat dari sediaan mata.
Kemampuan
zat aktif untuk berpenetrasi ke dalam kornea tergantung pada :
·
Sifat
kimia zat aktif
·
Formulasi
sediaan
·
Faktor-faktor
fisiologis
I.
Faktor Fisiologis
·
Tergantung
pada kondisi kornea dan konjungtiva
·
Bila
ada luka, akibat partikel asing berupa bahan kimia atau mekanik à ini akan menaikkan
permeabilitas kornea dan konjungtiva à menurunkan jumlah obat yang
berpenetrasi
·
Adanya
protein dalam air mata à dapat mengikat zat aktif
tertentu à kecepatan penetrasi zat aktif
tersebut menurun.
II.
Faktor-faktor Fisikokimia
·
Karakteristik
sifat fisikokimia, formula dan tekhnik pembuatan obat mata àmempengaruhiketersediaan
hayati zat aktif
·
Sifat-sifat
tersebut akakn :
o
Mempengaruhi
tleransi mata pada obat
o
Meningkatkan
pengeluaran aira mata
o
Mempengaruhi
permeabilitas kornea dan konjungtiva
1. Tonisitas
·
Tonisitas
air mata – tekanan 0,93% b/v NaCl dalam air à tidak menyebabkab rasa sakit
dan mengiritasi
·
Hipertonisitas
untuk obat mata yang dapat diterima 1,5% NaCl. Bila zat aktif dilarutkan dalam
NaCl 0,8 – 0,9% à konsentrasi zat aktif yang dikandung
tidak akan melebihi 1,5%NaCl
·
Pengenceran
yang cepat oleh air mata dapat mengurangi resiko iritasi
·
0,9
– 1,0% tidak mempengaruhi permeabilitas dari kornea dan konjungtiva
·
Tetapi
larutan zat aktif dalam pembawa larutan NaCl akan berpengaruh terhadap
kecepatan penetrasi zat aktif. Karena NaCl yang hipertonis akan meningkatkan
koefisien partisi zat aktif
·
Untuk
larutan hipotonis akan mempengaruhi permeabilitas kornea & konjungtiva. Dan
pengaruh yang kecil terhadap zat aktif.
2.
Peranan pH
·
Dari
sudut fisiologis pH ideal obat tetes mata adalah 7,4 – 7,65 à sangat jarang zat aktif yang
stabil pada pH tersebut .
·
Didahulukan
pHstabilitas zat aktif dalam batasan pHterbaik yang dapat diterima oleh mata
·
Larutan
dapar isotonik pada pH 7,4 – 9,6 tidak mengiritasi mata
·
Cairan
lakrimal mempunyai sistem dapar 7,4 yaitu dapat mengubah dengan cepat derajat
keasaman sediaan dengan pH 3,4 -10,5. Dengan kapasitas dapar rendah ke pH yang
dapat diterima yaitu sekitar 7,4.
·
Penetrasi
zat aktif tergantung pada bilangan koefien partisi, semakin besar Km maka kecepatan penetrasi zat aktif
semakin tinggi.
·
Tetes
mata garam alkaloid pada pH 3,5. pH ini akan menjamin stabilitas zat aktif
tersebut. Tetapi pada pH 3,5 ini zat aktif berada dalam bentuk terionisasi
sehingga Km nya sangat rendah.
à Saat pemakaian pH sediaan 3,5 berubah dengan
adanya cairan lakrimal berubah ke pH air mata. Kecepatan perubahan tergantung
pada kapasitas dapar yang terdapat dalam sediaan, bila kapasistas dapar tinggi à akan lambat atau sukar
à Dipilih dapar fosfat atau
dapar borat untuk pembawa tetes mata.
·
Yang
terbaik digunakan dapar yang telah dimodifikasi dengan penambahan NaCl yang
berfungsi untuk menurunkan kapasitas dapart
·
Dapar
fosfat yang telah dimodifikasi à ada pada FI III
dan dapar borat. digunakan dapar yang telah
dimodifikasi oleh palitzch yang terdapat dalam the Arts of Compounding dari Jenkin
Cs.
3.
peranan konsentrasi bahan aktif
·
Zat
aktif berpenetrasi ke dalam kornea dengan cara difusi pasif à Hukum Fick à jumlah yang berpentrasi
tergantung pada konsentrasi.
·
Bila 1 tetes obat tetes mata bervolume 0,05 ml
sampai 0.075 ml dan diencerkan oleh air mata 0,01 ml
·
Untuk
garam-garam alkaloid, sistem pengenceran penting untuk perubahan pH à meningkatkan Km.
·
Untuk
zat aktif yang mengiritasi mata, zat aktif akan keluar dengan air mata à penetrasi tidak terjadi.
·
Pemakaian
obat tetes mata seperlunya saja. Karena berlebihan disamping menyebabkan
iritasi juga akan memperlabat perubahan pH ke 7,4.
4.
Pengaruh kekentalan
·
Tujuan
penambahan zatpengental pada tetes mata :
a.
Sebagai
air mata buatan
b.
Sebagai
bahan pelicin untuk lensa kontak
c.
Untuk
meningkatkan kekentalan larutan agar waktu kontak sediaan dengan kornea semakin
lama à
Semakin tinggi jumlah zat aktif yang bisa terpenetrasi à meninggikan tercapainya
harapan efek terapi
·
Bahan
pengental senyawa makromolekul seperti metil selulosa, akan menjerat zat aktif.
Sehingga konsentrasi zat aktif yang bisa terpentrasi berkurang.
à Pemilihan zat pengental harus
positif terhadap ketersediaan hayati zat aktif
·
Pada
penambahan metil selulosa adanya penigkatan efek midriasis dalam kolirium
homatripon atau efek miosis dari pilokarpin dengan penambahan pengental yang
sama
·
Kekentalan
optimal larut dalam air 25 – 55 cPc
·
Selain
metil cellulosa dapakai hidroksi metil selulosa dan hidroksi etil selulosa.
à Natrium Karboksi Metil
Selulosa jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit (kekentalan
menurun) kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif.
·
Polivinil
alkohol à bahan penyusun air mata buatan dan
larutan pelincir untuk lensa kontak
à Pada umunya penggunaan
senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi obat tetes mata. Sama halnya pada polivinil pirolidon dan
dekstran.
·
Faktor-faktor
lain dalam pemilihan bahan pengental
o
Ketahanannya
waktu disterilisasi
o
Kemungkinan
dapat disaring
o
Stabilitas
o
Ketidaktercampuran
o
Dll
5.
Surfaktan
Surfaktan
dalam obat tetes mata dapat memenuhi berbagai aspek :
a.
Sebagai
anti mikroba (surfaktan gol. Kationik, spt: Benzalkonium Klorida, Setil
Piridinium Klorida, dll
b.
Menurunkan
tegangan permukaan antara obat mata dan kornea à meningkatkan aksi terapeutik
zat aktif.
c.
Menigkatkan
ketercampuran obat tetes mata dengan cairan lakrimal. Meningkatkan kontak zat
aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga menigkatkan penembusan dan
penetrasi obat
d.
Surfaktan
tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak mengiritasi dan merusak
kornea, surfaktan non ionik lebih dapat diterima dibanding surfaktan golongan
lain.
No comments:
Post a Comment