Beberapa
pertimbangan dalam pembuatan obat mata
A.
Pertimbangan Umum
1.
Sterilitas
à Semua sediaan harus dikerjakan
seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi disesuaikan dengan bentuk
sediaannya
Ø Semua obat mata harus
dievaluasi bahwa benar-benar sediaan tersebut sudah steril
à Cara Sterilisasi
Cara
basah, autoklaf, cara uap air mengalir,cara kering, cara titrasi, cara gas
(etilen oksida, propilen oksida) cara radiasi ionisasi (persepatan elektron dan
radio isotop)
- Cara gas dan radiasi ionisasi kadang-kadang ada kemungkinan timbulnya bahan toksis sebagai akibat sterilisasi tersebut
- Evaluasi dilakukan sebelum masuk wadah dan pada sediaan akhir
Umumnya
sterilisasiobat tetes mata dapat dilakukan sbb:
a)
Obat
dilarutkan dalam cairan pembawa yang mengandung pengawet yang cocok dan larutan
dijeenihkan dengan penyaringan dimasukkan dalam wadah, tutup wadah dan
sterilkan dengan cara autoklaf pada suhu 115⁰ - 116⁰ C selama minimal 30 menit
tergantung volume cairan yang disterilkan
b)
Obat
dilarutkan dalam cairan pembawa steril yang mengandung pengawet yang cocok dan
lartan dimasukkan ke dalam wadah yang sudah steril secara aseptis dan ditutup
rapat
c)
Obat
dilarutkan dalam cairan pembawa yang mengandung pengawet yang cocok dan
dijernihkan dengan pengarangan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat dan sterilkan
dengan uap air, mengalir ada suhu 98⁰ – 100⁰ C minimal 30 menit tergantung colume cairan.
2.
Iriitasi
Ø Iritasi pada mata dapat
disebabkan oleh bahan aktif. Bahan pembantu atau pH yang tidak cocok
Ø Iritasi bisa menyebabkan
terjadinya perobahan tertentu dan akan menimbulkan air mata yang bertentangan
engan difusi obat ke dalam mata
o
Efektifitas
obat jadi sangat kecil.
3.
Pengawet
Obat
tetes mata harus steril, pengawet perlu ditambahkan terutama untuk dosis ganda.
Ø Kontaminasi silang dapat
terjadi pada waktu pengisian ke dalam wadah karena peralatan yang tidak
sempurna sterilitasnya (karena efektifitias sterilisasi tergantung pada
kandungan awal mikroba) dan juga terjadi selama pemakaian karena bentuk wadah
yang tidak cocok.
Ø Untuk mencegah kontaminasi
o
Perlu
penambahan pengawet yang cocok
Isi
obat mata dalam batas pemakaian (Fornas 8 ml, FI 10 ml max)
o
Peringatan
pada pemakai , bahwa obat tetes mata dapat digunakan maksimal 30 hari sesudah
tutup dibuka
Ø Syarat – syarat pengawet pada
tetes mata “
o
Harus
efektif dan efisien
o
Tidak
berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya
o
Tidak
mengiritasi mata
o
Tidak
toksis
Ø Pengawet yang biasa digunakan
:
a.
Benzalkonium
Klorida
·
Banyak
digunakan karena efektif pada dosis kecil.
·
Bereaksi
sebagai antimikroba sangat cepat.
·
Kelarutan
rendah à rasa perih dimata.
·
Berinteraksi
dengan surfaktan non ionik dan polimer yang menurunkan sifat pengawet
·
Digunakan
dalam bentuk campuran antara meteil dan propil paraben
·
Metil
paraben 0,03 – 0,1 %
Propil paraben 0,01 – 0,02 %
b. Garam raksa
·
Untuk
pilokarpin nitrat, pisostigmin salisilat atau fluoresin natrium tidak dapat
digunakan benzalkonium klorida, digunakan senyawa raksa :
o Fenil raksa (II) nitrat (PMN)
: 0,002 – 0,004%
o Fenil raksa (III) asetat
(PMA): 0,005 – 0,2%
o Tiomersal : 0,01 %
·
Mempunyai
efektivitas yang tinggi pada pembawa dengan pH sedikit asam.
·
Dapat
berinteraksi dengan senyawa halogen à senyawa yag kurang larut
dalam air à mengurangi efektifitas pengawet.
·
Tiomerosal
lebih baik karena kelarutan dalam air yang besar dengan stabilitas tinggi dan
tidak menimbulkan penyakit mercuri alentis
c. Fenil etil alkohol
·
Aktivitas
yang lemah , mudah menguap, dapat berinteraksi pada wadah plastik, mengurangi
aktifitas. Kelarutan dalam air kecil, mudah didesak kelarutannya (Salting out),
pedih di mata, digunakan pada kous 0,5%.
B. Pertimbangan
pada proses pembuatan
àAdanya persyaran yang ketat pada obat
mata untuk mendapatkan keamanan dan kefektifan yang tinggi. Untuk itu perlu
diperhatikan hal – hal berikut:
1.
Lingkungan kerja
Lingkungan
kerja sangat berpengaruh pada keamanan stabilitas dan kemanjuran sediaan.
Akrena lingkungan dapat mengakibatkan kontaminasi silang baik dengan
mikroorganisme maupun jarah asing, ini mempengaruhi mutu sediaan akhir karena :
·
Jarah
asing bila berupa bahan kimia dapat mempengaruhi stabilitas zat aktif dan keamanan
sediaan akhir
·
Kontaminasi
mikroorganisme, mempengaruhi stabilitas sediaan akhir terutama untuk sediaan
yang dikerjakan secara aseptis tanpa sterilisasi akhir.
Efektifitas sterilisasi tergantung pada mikroba awal,
untuk itu [ada pembuatan sediaan steril, bahan baku dan peralatan harus
disterilkan lebih dulu, begitu pula standar ruangan utnuk pengerjaan aseptis
harus dipenuhi. Seperti :
·
Kandungan
mikroba
·
Kandungan
partikel Map Cubic udara tidak lebih dari 100 partikel dengan ukuran lebih dari
0,5 µm
·
Sterilitas
dan tekanan udara harus diperhitungkan. Tekanan udara di ruang steril harus
lebih tinggi dari 1,5 mm kolom air sehingga tidak ada aliran udara dari luar ke
ruang steril
·
Jumlah
karyawan, karyawan yang berlebihan dapat menyebabkan turbulensi udara sehingga
terjadi kontaminasi partikel pada larutan
·
Pengetahuan
, keterampilan dan kemampuan karyawan hebdaknya disesuaikan dengan persyaratan
kualisifikasi tugas.
2.
Teknik Pembuatan
Tetes
mata pada umumnya dibuat dengan cara : zat aktif dan bahan pembantu lain
dilarutkan dengan seluruh air atau sebagian, setelah larut dan dijernihkan
dengan cara penyaringan kemudian disterilkan dengan cara otoklaf, atau uap air
mengalir atau dengan cara titrasi
Untuk
tetes mata suspensi
zat aktif yang tidak larut dalam mensuspensikan kelarutan pembawa steril, dimana zat aktif sebelumnya telah disterilkan dengan cara sterilisasi kering, sterilisasi dengan gas, atau sterilisasi filtrasi yaitu zat aktif dilarutkan dengan pelarut steril yang tepat, kemudian titrasi dilakukan dan direkristalisasi kembali.
zat aktif yang tidak larut dalam mensuspensikan kelarutan pembawa steril, dimana zat aktif sebelumnya telah disterilkan dengan cara sterilisasi kering, sterilisasi dengan gas, atau sterilisasi filtrasi yaitu zat aktif dilarutkan dengan pelarut steril yang tepat, kemudian titrasi dilakukan dan direkristalisasi kembali.
Ukuran
partikel zat aktif 20 µm atau lebih kecil. Disuspensikan ke bagian larutan yang
sudah steril. Cukupkan volume dan masukkan ke wadah steril.
3.
Bahan baku
- Bahan baku harus memenuhi persyaratant fisiko kimia maupun mikrobiologis. Karena efektifitas sterilisasi tergantung pada jumlah mikroba awal.
- Bahan pembantu terbesar pada tetes mata adalah air. Untuk itu bahan baku air harus air murni (Puritiea water) kemudian disterilkan dan dibebaspirogenkan (air untuk injeksi)
4.
Peralatan
Alat –alat yang dipakai dan ruang kerja.
Alat-alat harus terbuat dari bahan tahan korosif dan peralatan yang telah digunakan segera dibersihkan. agar dapat dibersihkan, alat-alat harus:
Alat –alat yang dipakai dan ruang kerja.
Alat-alat harus terbuat dari bahan tahan korosif dan peralatan yang telah digunakan segera dibersihkan. agar dapat dibersihkan, alat-alat harus:
- Bagian yang dibersihkan midah dibongkar dan dipasang kembali
- Tidak ada baian yang tidak dapat dijangkau pada waktu pembersihan
- Tidak ada bagian yang dapat menahan sisa produk atau larutan pencuci
- Bagian dalam peralatan tidak boleh berkarat atau mudah tergores permukaanya.
Ruang
kerja harus dimonitor kebersihannya memenuhi persyaratan kerja baik selama
pembuatan ataupun setelah sediaan jadi.
boleh tau referensinya?
ReplyDeletekalau bileh tau referensinya dari mana yah?
ReplyDelete