Saturday, September 12, 2015

ANALGETIKA KUAT









Perkembangan


  • Apoteker Serturner, 1986, berhasil mengisolasi morfin dari opium, getah kering Papaver somniferum.
  • Awal isolasi senyawa fisiologis aktif yang bersifat basa dari tumbuhan, awal dari kimia alkaloid.
  • Morfin : analgetik, antitusif, ketergantungan psichis (kejiwaan)  dan fisik.






Efek farmakologi morfin


  • Analgetika kuat, dosis 10 mg sc
  • Penekanan pusat batuk pada dosis kecil
  • Depresi pernafasan, juga pada dosis terapi, dosis tinggi kelumpuhan pernafasan.
  • Sedatif, pada beberapa pasien euforia, menimbulkan ketergantungan, tolerensi dan peningkatan dosis.
  • stimulasi parasimpatik sentral, miosis.
  • Pada mencit ekor membentuk-S
  • Peningkatan tonus otot polos di perifer, sebaliknya opium karena kandungan papaverin meredakan tonus lambung.






Sifat kimia MORFIN


  • Morfin adalah alkaloid yang mempunyai amin tersier, bersifat basa dengan pKa8,1, dengan berbagai asam membentuk garam berupa kristal.
  • Morfin dengan adanya gugus hidroksi fenolik juga bersifat asam pKa 9,9  dapat bereaksi dengan logam alkali, tidak bereaksi dengan amoniak dalam suasana air.










SAR morfin


  • Bila gugus hidroksi fenolik morfin diubah menjadi fenol eter, maka akan terbentuk senyawa tipe codein, dengan khasiat antitusif.
  • Perubahanan hidroksi fenolik umumnya mengurangi potensi analgetik, kecuali pada diamorfin/heroin.
  • Bila hidroksi alkoholik dieter, diester, dirubah jadi keton, maka akan meningkatkan potensi analgetik.
  • Aktivitas derifat dihidromorfin lebih sukar digeneralisasi.






Reseptor Opiat


  • Beckett dan Casy, 1954 : Endorfin adalah ligand alami dari reseptor opiat.
  • Hughes dan Kosterliz: endorfin (b-lipotropin) adalah peptida yang terdiri dari 91 asam amino, yang mempunyai urutan asam amino 61-65 yang sama, yakni Tyr(61)-Gly-Gly-Phe-Met (65).
  • Struktur mirip corticotropin, hormon adenohipofisa.






Reaksi warna derivat morfin dan dihidromorfin


  • Reaksi Fröhde : Dengan Amoniummolibdat/H2SO4c, warna violet
  • Reaksi Mandelin: Dengan amonium vanadat/H2SO4c, warna violet.
Pada kedua reaksi, dengan adanya H2SO4c akan terbentuk apomorfin, yang selanjutnya teroksidasi menjadi fenantrenchinon.


  •  Kieffer: Morfin dengan kaliumhexacyanoferat(III) teroksidasi menjadi pseudomorfin (2,2-dehidrodimorfin), Hexacyanoferat(II) yang terbentuk dengan FeCl3 akan bewarna biru berlin.
  • R.Zimmermann: Hidromorfon, Hidrocodon dan, C-7 metilen yang diaktivasi karbonil akan bereaksi dengan m-dinitrobenzen membentuk senyawa Zimmermann yang bewarna




R. Identifikasi



  • R. Deniges : Morfin + H2O2, + amoniak encer + lrt CuSO4, terbentuk warna merah, spesifik untuk morfin.
  • Cod fospat, +H2O4, + lrt FeCl3, terjadi pemutusan eter membentuk apomorfin sebagai suatu fenol akan menjadi biru, + HNO3 berubah jadi merah.
  • Heroin :dng Marquis merah violet; dipanaskan dgn H2SO4 dl etanol terbentuk etilasetat(bau spesifik) dan morfin yang dapat diidentifikasi dengan P. Kieffer.




Analgetika dan antitusif gol. Morfinan dan benzomorfan



  • Grewe (1946) mengsintesis morfinan, beda dengan morfin, tidak ada jembatan eter.
  • Pada trisiklik 5,9-dimetil-benzomorfan, sisa cincin-C tinggal 2-metil.
  • Levorphanol potensi analgetika melebihi morfin. Dextrophan bentuk dektro leforphanol tidak punya efek analgetik, tapi antitusif.
  • Dextrometorphan adalah metileter dextrophan, antitusif.
  • Pentazocin, potensi analetik 1/3 morfin, juga punya efek antagonis morfin yang lemah (tidak termasuk daftar O).







SAR morfinan dan benzomorfan



  • Walau morfinan dan 5,9-dimetilbenzomorfan punya 3C khiral, tetapi isomer bukan 23, karena cincin piperidin dan cincin-C hanya berhubungan secara cis.
  • Morphinan berdasarkan ikatan cincin B/C: kalau cis ((+) dan (–)-morfinan), kalau trans ((+) dan (–)pseudomorfinan); (-)-morfinan konfigurasi seperti morfin alami.
  • Benzomorfan, berdasarkan substitusi pada cincin B: pada derivat µ : C-5 dan C-9 cis, sedangkan pada derivat b trans







Morfin antagonis



  • Efek antagonis ditemui pada derivat morfin, dihidromorfin dan morfinan, yang digunakan dalam pengobatan adalah nalorfin, naloxon dan levallorphan.
  • Antagonis menghilangkan efek sentral dan perifer dari opiat, terutama mengangkat depresi pernafasan, menghilangkan efek negatif pada morfinis.
  • Naloxon antagonis murni, nalorfin antagonis parsial.



SAR-morfin antagonis



  • Pada analgetika derivat morfin, morfinan dan benzomorfan, penggantian sisa N-metil dengan substitusi 3-5 atom C,  sering berubah menjadi senyawa antagonis kuat.
  • Substituen yang paling potensial adalah sisa alil.
  • makin kuat efek morfinik senyawa awal, makin kuat efek antagonis senyawa yang terbentuk.







Analgetika phetidin dan turunannya



  • Phetidin disintesis oleh Eisleb dengan tujuan mendapatkan senyawa dengan aktivitas  spasmolitik atropin, uji farmakologi dilakukan oleh Schaumann, ternyata disamping memiliki efek spasmolitik atropin, senyawa juga menunjukkan efek analgetik-morfin.
  • Pada 1939 pertama kali dipasarkan senyawa analgetika opiat yang disintesis secara total.







SAR-Pethidin dan Derivat



  • Gugus ester –COOC2H5 dapat ditukar dengan inversi ester –O-CO-C2H5 (alphaprodin) dan beberapa gugus mengandung Oksigen lainnya, tanpa kehilangan efek analgetiknya.
  • Substitusi pada sisa 4-fenil akan menghilangkan aktivitas, kecuali gugus hidroksil seperti pada Cetobemidon.
  • N-metil dapat divarisikan secara terbatas. Penggantian dengan H atau alkil yang lebih kecil mengurangi aktivitas, sedang alkil yang kebih komplek meningkatkan aktivitas.
  • Pergeseran ester dan sisa fenil dari posisi-4 akan menghilangkan atau mengurangi aktivitas.
  • Penambahan satu metilen pada cincin piperidin masih mungkin, tapi efek optimal diberikan oleh cincin-6.



Sintesis Pethidin



Analgetika dan antitusif methadon derivat



  • Bockmull dan Ehrkhart (1941) mengsintesis derifat senyawa difenilmetana bersubstitusi basa, uji farmakologi dilakukan oleh Schaumann. Di gunakan dl pengobatan bentuk levomethadon (Konfigurasi-R).
  • Methadon aktivitas analgetik lebih kuat dibanding morfin.
  • Normethadon memiliki aktivitas antitusif.
  • Dextropropoxyphen, homolog difenilmetan, potensi analgetiknya setara codein.















Analgetika kuat,   Struktur parsial yang esential



  • Atom C sentral, tidak memegang H
  • Sisa aromatik pada C sentral
  • Gugus amin tersier
  • Jarak 2 C dari C-sentral ke amin tersier (kecuali pada Tilidin).







Struktur ligand analgetika morfinik



  • Cincin A (hidroksifenil) dan hidroksifenil tyrosin pada enkephalin
  • Amin tersier morfin dan gugus amino tyrosin pada enkephalin.
  • Sisa fenilalkil pada PET dan fenilalanin pada enkephalin.




No comments:

Post a Comment