FURANOKUMARIN DAN FOTOTOKSISITAS
Telah lama diketahui bahwa berbagai spesies tanaman dari
berbagai belahan dunia dapat menyebabkan hiperpigmentasi sementara. Dikatakan
bahwa jus dari Ammi visnaga L. (Apiaceae) digunakan oleh bangsa Arab untuk
menghilangkan bekas vitiligo dan pengobatan ayurveda menggunkan biji Psoralea
(Fabaceae) untuk tujuan yang sama.
Spesies ini dan spesies lainya juga diketahui dapat menyebabkan dermatitis
akut,kadang-kadang dapat menyebabkan kulit melepuh. Dalam banyak kasus
hiperpigmentas terjadi dalam waktu lama (dermatitis kronik ). Jika perawatan
dihentikan maka gejala tersebut akan hilang (kompres dingin, kortikosteroid
tertentu ). Untuk kejadian fototoksisitas terjadi jika pasien yang sedang
menggunakan tumbuhan ini atau produknya terpapar cahaya matahari dan mereka
ditangani dengan meningkatkan kelembaban tubuh mereka.
Senyawa
fototoksik diketahui sebagai furanokumarin, psoralen, bergapten
(5-methoksypsoralen = 5-MOP ), dan xantotoksin ( xanthotoksol= 8-MOP ), dan
angular furanokumarin yang tidak terlalu toksik ( pimpinellin, angelicin).
Telah dibuktikan bahwa furanokumarin dapat mengalami sikloadisi pada C-3, C-4,
atau pada C-4’, C-5’ atau pada
rantai
DNA pirimidin basa. Furanokumarin mungkin dapat mengalami satu atau lebih
sikloadisi dan pada temuan terakhir, furanokumarin dapat membentuk formasi
rantai silang antara pasangan basa asam
nukleat, dan mengakibatkan kesalahan genom. Reaksi inilah mungkin yang menyebabkan fototoksisitas, mekanisme
ini yang dapat dielusidasi, dan yang
dapat menjelaskan penyebab reaksi mutagenik dan karsinogenik.
Gambar Psoralens,
bergapten, xantotoksin, Angelicin, Pimpinellin.
SPESIES UTAMA YANG MEYEBABKAN FOTOTOKSISITAS
Tumbuhan
ini meliputi beberapa spesies tumbuhan Eropa kecuali tumbuhan Ficus carica L., moraceae, dan beberapa
family Apiacea dan Family Rutaceae.
Hampir beberapa tanaman yang dibudidayakan dapat
menimbulkan dermatitis, hal ini dapat dilihat pada petani dan karyawan yang
bekerja pada perusahaan yang mengolah
tanaman tersebut. Tumbuhan yang menyebabkan fototoksisitas meliputi angelica;
seledri, paterseli, lovage dan beberapa spesies citrus. Spesies lain pada saat
ini diduga tidak menyebabkan fototoksisitas karena mereka ditemukan pada
lingkungan alam kita (seperti kasus hogweed, Heracleum sphondylium L.,
untuk kebun wartel, Pastinaca
sativa L., dan tanaman Ruta graveolens L,.) atau karena tanaman
tersebut dibudidyakan untuk tanaman hias seperti varietas holtikultura dari
fraxinella ( Dictamnus Albus L,. ) atau tanaman hogweed raksasa ( Heracleum mantegazzianum
Sommier&Levier ). Tentu saja, resiko fototoksisitas yang sama juga terdapat dalam produk dermatologi, parfum dan kosmetik yang
diformulasi menggunakan furanokumarin atau essensial oil dari citrus (
khususnya bergamot ). Resiko fototoksisitas
setelah injeksi sangat terbatas, walaupun beberapa kasus jarang terjadi,
seledri dapat menyebabkan manifestasi fototoksisitas khususnya pasien dalam
perawatan PUVA.
KUMARIN LAIN YANG BERSIFAT TOKSIK
Beberapa kumarin yang disintesis olah Jamur tingkat rendah,
contohnya aflatoksin sangat bersifat karsinogenik. Racun ini berbentuk polisiklik yang
dibiosintesa dari decaasetat yang diproduksi oleh beberapa strain Aspergillus
yang dibiakkan pada kondisi temperatur dan kelembaban yang cocok. Racun ini harus
diuji secara hati-hati pada makanan hewan ( penangas air) dan makanan manusia (
minyak, susu, mentega ).
KEGUNAAN FURANOKUMARIN
A. KEGUNAAN DALAM BIDANG KESEHATAN
Khasiat sebagai fotodinamik sensitizing dari bergapten dan
metoksalen digunakan dalam pengobatan PUVA, atau fotokemoterapi dari psoriasis
dan penyakit kulit lainnya. Teknik pemberian biasanya secara oral,
furanokumarin ( 0,6 mg/kg dari 8-MOP atau 1,2 mg/kg dari 5-MOP ) 2-3 jam
kemudian disinari dengan radiasi UV pada panjang gelombang (320-380 nm atau UVA
). Penyinaran dengan radiasi UVA harus diawali dengan energi rendah ( 1-3 J/cm2
) dan pada energi yang tinggi yaitu 6-8 J/cm2 ), hasilnya
dapat dilihat setelah penanganan selama tiga sesi setiap minggu, untuk beberapa
psoriasis dilakukan selama 20 sesi. Pengobatan lokal yang mungkin dilakukan (
contohnya pada kasus insufisiensi hepar ), tetapi harus diketahui penyebabnya
terlebih dahulu. Pengobatan PUVA kontraindikasi dengan wanita hamil dan
anak-anak, pada kasus penyakit kulit yang disebabkan oleh sinar matahari dan
kasus insufiensi ginjala atau jantung. Terapi ini bukan tanpa resiko: penyakit
saluran pencernaan ( 8-MOP ), kulit kering, fotosensitasi ( pruritus, terbakar,
namun demikian radiasi yang berlebih dapat dicegah dengan pakaian pelindung dan
sunscreen0, dan juga dapat mempercepat mengerasnya lensa mata (dapt dicegah
dengan menggunakan kaca mata selama pengobatan ), penuaan kulit dan masalah
pigmentasi. Pengobatan jangka panjang dengan PUVA dapat meningkatkan resiko
terkena kanker: diteliti pada akhir tahun 1990an yang menunjukkan bahwa
timbulnya sel karsinoma dan melanoma setelah beberapa tahun perawatan. Namun
demikian, para ahli merasa bahwa selama jumlah indikasi terbatas, remaja dan
pasien dengan kulit normal terhindar dari resiko ini, pengobatan pertama harus
diawasi, jumlahs sesi dan jumlah dosis ( kumulatif maksimum 1500 J/cm2 )
harus dikontrol. Pengobatan PUVA tetap digunakan terutama untuk psoriasis
ekstensif, karena dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien.
B. KEGUNAAN LAINNYA, PRODUK
KOSMETIK
Produk alam seperti minyak bergamot digunakan sebagai
fotodinamik sensitizier pada Sun lotion. Ia dapat meningkatkan jumlah melanosit
sehingga jumlah melnin pun meningkat, mekanisme inilah yang dapat melawan
radiasi UV. Namun demikian penggunaannya sebagai penyamak dan produk kosmetik
bukannya tanpa resiko: yaitu dapat menimbulkan gejala yang berhubungan dengan
fototoksisitas. Reaksi fototoksisitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti jenis kulit, kelembaban kulit, lama waktu antara penggunaan produk yang
mnegandung furanokumarin dan irradiasi, durasi, frekuensi irradiasi dan
lain-lain. Faktor yang menentukan terjadinya dermatitis adalah pembawa yang
digunakan: untuk dosis yang sesuai, larutan minyak (atau minyak/emulsi air) tidak
menimbulkan reaksi, dimana larutan alkohol dapat menyebabkan terjadinya
penetrasi dan menimbulkan fototoksisitas.
Peranan furanokumarin telah ditunjukkan dalam kejadian
kanker kulit telah menimbulkan pertanyaan mengenai kebijakan penggunaannya pada
sun lotiondan produk lainnya. Selama beberapa tahun, beberapa perusahaan
membatasi kadar furanokumarin pada produk mereka sampai 15 ppm, dan pada tahun
1995 CAPT (komite eropa untuk penyesuaian kemajuan teknik industri ) mengajukan
sebuah instruksi yang mewajibkan bahwa produk yang berhubungan dengan Sun
produk tidak boleh mengandung lebih dari 1 ppm psoralen jika tidak akan ditarik
dari pasaran.
Sebuah uraian tentang 3-aril dan 4-arilkumarin. Secara
biosintetik 3-arilkumarin merupakan isoflavonoids. Biosintesis dari
4-arilkumarin ditunjukkan secara hipotesis, taitu merupakan turunan 2’-asam
sinamt terhidroksilasi, yang juga merupakan turunan flavonoid. Ia dibentuk seperti neoflavans yaitu dengan
kondensasi dari 1-fenilpropan menghasilkan
sebuah aren yang dicapai melalui kondensasi sebuah poliasetat.
No comments:
Post a Comment