Wednesday, September 9, 2015

ANALISA KEMATIAN SUKMA AYU




Sukma Ayu, 24 tahun awalnya dikabarkan terjatuh saat memegang gelas di rumah salah seorang kawannya pada tanggal 9 April 2004. Siku kanan pemain sinetron Kecil-Kecil Jadi Manten ini tergores pecahan gelas yang dipegangnya. Dari pemeriksaan dokter di RS Medistra diketahui tulang tangannya retak. Siku kanannya dijahit dalam sebuah operasi. Sadar sebentar sesudah operasi, napas artis cantik itu tersengal-sengal dan lalu tidak sadarkan diri dan mengalami koma. Dari hasil CT Scan yang dilakukan pada tanggal 10 April diketahui bahwa ada pendarahan di otak artis cantik itu.

Anamnesa
Dr. Salim Haris, dokter yang menangani Sukma, mengatakan bahwa ia terserang pendarahan subarachnoid spontan. Pendarahan di otak jenis ini terjadi tanpa adanya trauma alias benturan. Menurutnya, gejala-gejala yang dialami oleh pasien pendarahan subarachnoid spontan hampir sama dengan gejala stroke. Di antaranya kebutaan sementara, lumpuh otot wajah dan anggota gerak, gangguan bicara, nyeri, vertigo, muntah, dan kesadaran menurun atau koma.
Hanya saja, pada pasien seperti Sukma Ayu, saat tenjadi serangan, kesadarannya masih lumayan, tidak separah pada pasien stroke. Hal ini yang membuat kondisi pasien kadang luput dari perhatian.
2.2.1 Kronologi perawatan Sukma
Nona Sukma Ayu, 24 tahun, masuk IGD RS Medistra tanggal 9 April 2004 pukul 05.25 pagi karena luka pada lengan kanan dengan membawa surat rujukan dari RS MMC, yang ditujukan kepada ahli bedah plastik.
Di RS MMC pasien mendapat toradol 1 amp dan dormicum 2 mg. Pasien dalam keadaan sadar. Luka menganga di lengan kanan yang menurut pengakuan karena jatuh dan terkena kaca gelas.
Di IGD RS Medistra pasien masih kesakitan, kemudian diberi tramadol (50 mg) per 24 jam. Pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah plastik dan bedah tulang.
Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi oleh dokter spesialis bedah plastik sekaligus tindakan pada lengan yang patah pada pukul 07.30 WI
Dokter jaga IGD mempersiapkan dengan melakukan pemeriksaan foto thoraks dan laboratorium sesuai prosedur RS.
Setelah pasien dilakukan foto thorax, pasien dibawa ke ruang perawatan dan tak lama kemudian pasien dibawa ke kamar operasi. Anestesi dilakukan dengan anestesi umum. Karena:
1) sifat dari luka: lacerasi (bentuk luka tak beraturan dan dalam) dengan tanda-tanda kerusakan struktur penting (syaraf). Kemungkinan operasi akan lama/tak sederhana.
2) Sifat pasien yang tidak tahan sakit.
3)Perlu estetik yang bagus sehingga waktu operasi perlu lebih lama.
Pada kenyataan memang perlu memperluas luka untuk menyambung syaraf yang putus.
Pukul 07.40 WIB, operasi dimulai. Dilakukan eksplorasi di kamar operasi. Pada eksplorasi ternyata didapatkan syaraf lengan bawah putus 4/5 bagian dan dilakukan penyambungan dan penutupan luka.
Pukul 08.30 WIB, tindakan selesai. Obat-obat anestesi dihentikan. Pasien langsung sadar dan dibawa ke ruang pemulihan. Dilakukan monitoring tensi dan nadi dan saturasi oksigen. Keadaan pasien stabil. T (tensi) 110/70. N (nadi) 84x/menit. Saturasi oksigen 99 persen. Pasien sudah bisa berkomunikasi dengan baik, hanya pasein mengeluh sakit.
Pukul 09.00 WIB, pasien diberi obat penenang, yaitu dornicum 1mg. Pasien tenang kembali.
Pukul 09.30 WIB, pasien minta dipindahkan ke ruang perawatan biasa. T (tensi) 110/70. N (nadi) 84x/menit. Saturasi oksigen 99 persen. Pasien minta dipakaikan wignya.
Pukul 10.00 WIB, perawat dari ruang perawatan yang menjemput pasien, datang.
Pukul 10.10 WIB, pada saat alat monitor akan dilepas tiba-tiba pasien berhenti bernapas dan segera dilakukan resusitasi, intubasi, dan kemudian pasein dikirim ke ruang perawatan intensif. Di ruang perawatan intensif dipasang alat bantu nafas (ventilator). Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis syaraf dan dilakukan pemeriksaan CT scan kepala dengan hasil masih dalam batas normal.
Pada CT scan kepala yang kedua pada Sabtu, 10 April pukul 15.37 WIB, tampak pendarahan subarahnoid + tanda-tanda edema cerebri. Obat-obatan yang diberikan: Obat anti biotika. Obat Syaraf, obat penunjang, obat anti nyeri dan proteksi lambung.
Hasil Analisa
Dari beberapa bahan literatur dan informasi yang dikumpulkan diketahui bahwa penyebab utama kematian sukma ayu dikarenakan ia terserang pendarahan subarachnoid spontan yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otaknya yang disebut aneurisma. Dari data tambahan yang didapatkan bahwa hasil pemeriksaan urine pasien, menurut manajemen RS Medistra tidak mengandung napza (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Namun, penjelasan seperti tidaklah cukup. Hal ini disebabkan karena pihak manajemen Medistra tidak memberikan keterangan lebih detail mengenai penyebab kematian. Dalam hal ini pihak Meditstra berkeyakinan bahwa dalam prakter perawatan sukma tidak mengandung unsur Malpraktek.
Sejauh ini, dari beberapa informasi yang penulis dapatkan bahwa meninggalnya sukma ayu tidak disebabkan karena adanya kesalahan ataupun kekeliruan dalam hal pengobatannya. Berdasarkan kronologis yang dipaparkan oleh pihak Medistra sebelum sukma menjalani perawatan terlebih dulu ia sudah mendapatkan pengobatan dari RS MMC dengan memberikan  obat toradol 1 amp dan dormicum 2 mg. Namun, karena pasien masih mengalami keluhan sakit, kemudian ia mendapatkan tramadol (50 mg) sebelum operasi dan hasil pemeriksaan ini tidak menunjukkan gejala-gejala yang mencurigakan.
Setelah menjalani operasi, pasien sempat sadar dan berkomunikasi dengan baik, hasil monitoring terhadap jantung juga memberikan hasil yang baik, si pasien hanya mengalami keluhan sakit. Kemudian pihak dokter memberikan dormicum 1 mg sebagai penenang. Namun, sejam setelah itu pada saat dilakukan pelepasan alat monitor, pasien tiba-tiba merasa napas tersengal-sengal dan akhirnya tidak sadarkan diri. Dalam hal ini, apabila dilihat dari segi ilmu kefarmasian dan efek terapi penggunaan obat terhadap pasien tidak ada menunjukkan adanya gejala keracunan atau over dosis. Setelah dilakukan CT scan terhadap pasien ternyata diketahui bahwa sukma mengalami pendarahan subarachnoid.
Dormicum
General Information:
Merupakan kelompok obat hipnotik-sedatif  short-acting turunan benzodiazepine yang digunakan bersamaan dengan ansiolitik dan amnestic property. Biasanya obat ini digunakan dalam dentistry, pembedahan jantung, prosedur endoskopik, sebagai preanastesi dan tambahan dalam anastesi local. Durasi yang singkat dan stabilitas kardiografi membuatnya banyak digunakan dalam pengobatan pasien. Ia larut air pada pH kecil dari 4 dan larut lemak pada pH fisiologi.

Dormicum Indication:
Digunakan pada pediatric patients for sedation, anxiolysis, and amnesia prior untuk  diagnostic, therapeutic, atau  endoscopic procedures atau sebelum   induction of anesthesia.
Farmakodinamik :
a. SSP
Dormicum memiliki efek farmakologi yang sama seperti Benzodiazepine Mekanism kerjanya terhadap susunan saraf pusat adalah menginhibisi neuron dengan asam gama-amino butira (GAMA) sebagai mediator. GABA dan benzodizepin aktif secara klinik terikat secara selektif dengan reseptor GABA yang akan menyebabkan terbukanya kanal Cl- sehingga memngkinkan meningkatnya poensial elektrik sepanjang sel dan menyebakna sel sukar tereksitasi.
b. Pernapasan
   Dormicum hanya berefek sedikit terhadap pernapasan pada orang normal. Namun, pada penderita obstruksi paru kronik, dosis benzodiazepine dapat menurunkan ventilasi alveolar dan PO2 serta peningkatan PCO2 yang mengakibatkan narcosis CO2. gangguan pernapasan juga terjadi pada penderita yang mendapat pendepresi SSP lain terutama alcohol.
c. System kardiovaskular
Efek yang terjadi umumnya ringan, kecuali pada intksikasi berat. Pada dosis anastesi dapatmenurunkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung.
Farmakokinetik :
   Semua benzodiazepine diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat; senyawa ini baru diabsorpsi sempurna setelah terlebih dahulu didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi nordazepam. Beberapa benzodizepin hanya metabolit aktifnya yang sampai ke aliran sistemik. Untuk lorazepam dan midazolam (dormicum) absorpsinya lewat suntikan IM tidak teratur. Benzodiazepine dimetabolismekan secara ekstensif oleh enzim mikrosom hati. Metabolit yang aktif umumnya dimetabolisme lebih lambat sehingga lama kerja tidak sesuai dengan waktu paruh eliminasi obat asalnya. Sebaliknya kecepatan metabolisme yang inakatif merupakan penentu bagi lamanya kerja. Seperti oksazepam, lorazepam, triazolam dan midazolam (dormicum).
Absorption: Rapidly absorbed after oral administration (absolute bioavailability of the midazolam syrup in pediatric patients is about 36%, and intramuscular is greater than 90%).
Toxicity (Overdose): LD50=825 mg/kg (Orally in rats). Signs of overdose include sedation, somnolence, confusion, impaired coordination, diminished reflexes, coma, and deleterious effects on vital signs.
Protein Binding: 97%
Biotransformation: Midazolam is primarily metabolized in the liver and gut by human cytochrome P450 IIIA4 (CYP3A4) to its pharmacologic active metabolite, (alpha)-hydroxymidazolam, and 4-hydroxymidazolam.
Half Life: 2.2-6.8 hours
Dosage Forms of Dormicum: Solution Intravenous, Liquid Intravenous
Side Effects:
Along with its needed effects, a medicine may cause some unwanted effects. While you are receiving Dormicum your doctor will monitor you closely for the side effects of Dormicum , for example, breathing problems and confusion.
Some side effects may occur that usually do not need medical attention. Most side effects will go away as the effects of Dormicum wear off.
Apa itu Aneurisma ?
Aneurisma adalah suatu keadaan dimana ada daerah yang lemah dan menonjol pada pembuluh darah. Penonjolan ini dapat hanya terjadi di bagian dalam dinding pembuluh darah atau bisa juga membuat pembuluh darah itu menjadi setipis balon. Inilah keadaan yang membahayakan, karena sewaktu-waktu aneurisma ini dapat pecah.
Aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah manapun di seluruh tubuh. Pada kasus Sukma Ayu, Aneurisma terjadi di pembuluh darah otak.
Aneurisma di otak dapat bertambah besar, dan dapat menekan daerah otak sekitarnya, menimbulkan gangguan yang nyata, seperti sakit kepala, mual-muntah, nyeri atau kaku pada leher, pandangan kabur, atau sensitif terhadap cahaya. Tapi sering yang tidak bergejala apapun, terutama pada Aneurisma yang kecil. Aneurisma ini jarang ditemukan dibawah usia 20 tahun, biasanya sering terjadi pada usia yang lebih tua.
Apa saja faktor-faktor penyebab Aneurisma?
Beberapa faktor-faktor risiko dapat mempermudah seseorang untuk mengalami Aneurisma, yaitu tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok, pengguna alkohol, riwayat keluarga yang mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan lainnya seperti ginjal Polikistik.
Bagaimana Aneurisma dapat terjadi?
 Sampai saat ini, penyebabnya masih tidak diketahui pasti. Kelihatannya, Aneurisma terjadi karena tidak adanya lapisan otot pada pembuluh darah tersebut. Sehingga seiring dengan waktu, dimana pembuluh darah sering mengalami kontraksi (mengecil) dan dilatasi (melebar) akan membuatnya menjadi tipis dan teregang. Ini yang lama kelamaan akan membentuk Aneurisma.
Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stroke atau kematian, karena pecahnya Aneurisma tersebut. Aneurisma dapat diobati dengan melakukan operasi. Tapi biasanya operasi baru dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang dari pecahnya Aneurisma tersebut. Karena banyak orang yang tidak menyadari akan adanya Aneurisma pada dirinya, sampai Aneurisma itu pecah dan mengakibatkan stroke atau kematian.
Bagaimana caranya untuk mendeteksi Aneurisma?
Aneurisma dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan sinar X (ronsen), Ekokardiografi, CT (computed tomography) Scan dan MRI (magnetic resonance imaging).
Di Amerika sendiri, dari penelitian terlihat sekitar 3-5% populasi masyarakatnya ternyata mempunyai Aneurisma otak. Dan lebih banyak dialami pada wanita dibandingkan  pria, dengan rasio 3:2.

6 comments:

  1. Sy barusan google tramadol, pengertiannya :narcotic like pain reliever. Loh, kalo 50mg yah jelas mati. Semua dokter tau itu. Bodoh amat nih RS, kenapa dikasih segitu. Saya dikasih jenis narctotic untuk batuk berat, cuma batasnya 140 mg dalam kapsul

    ReplyDelete
    Replies
    1. dosis tramadol maksimal harian 450mg. ente dapet referensi dari mana 50 mg itu bikin mati ?

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Itu yg comment tramadol dosis ketinggian ga ngerti apaan2.. Tramadol 50 mg mah cuma 1/2 ampul, dan itu cukup kecil dosisnya bahkan kurang nampol buat nyeri akut

    ReplyDelete