Saturday, September 12, 2015

INDUSTRI FARMASI INDONESIA



INDUSTRI FARMASI INDONESIA
Diluar negeri  untuk mengantisipasi globalisasi dalam pasar bebas, maka perusahaan multi nasional melakukan 
aliansi strategis berupa :
                                      “ MEGA MERGER “
Dengan melakukan aliansi strategis seperti itu, diperoleh efek sinergis yang luar biasa besar, yang dapat meningkatkan keunggulan daya saingnya dalam memasuki pasar global.
Sementara itu industri farmasi Indonesia umumnya beroperasi dalam skala yang kecil, serta tdk didukung Reseach and Development [ R & D] yang kuat.
            Keunggulan kompetitif industri suatu Negara dlm banyak hal ditentukan beberapa faktor :
                        @ sumber daya manusia                     
                        @ sumber daya fisik                      
                        @ sumber daya pengetahuan                       
                        @ sumber daya modal                      
                          @ infra struktur
Keberhasilan diluar negeri spt Jepang dan Jerman, tidak lepas dari Strategi, Gaya manajemen dan Tingkat ketrampilan yang tinggi dalam mengorganisasikan perusahaan.   
            Dalam memproduksi dalam negeri tentu juga memikirkan “ permintaan pasar “   
Harus tahu pertumbuhan / permintaan pasar domestik, akan mempunyai makna yang penting, terutama bila komposisi permintaan tsb paralel dengan permintaan pasar luar negeri.
Obat adalah sediaan farmasi, namun sediaan farmasi belum tentu obat.
Jika pemerintah memberi izin Industri Farmasi  tsb, maka ia memperoleh izin memproduksi :
                        = Obat
                        = Bahan baku obat
                        = Obat Tradisional dan Kosmetika
Berbagai masalah dunia farmasi Indonesia
Memasuki millennium ketiga, dunia farmasi Indonesia menghadapi masalah yang juga dihadapi dunia usaha lain, seperti situasi :  
= ekonomi, politik, sosial, keamanan dan ancaman integrasi  =
Namun yang lebih penting adalah mengetahui masalah dilingkungan internal dan beberapa ketentuan internasional yang turut memberikan kontribusi bagi muramnya dunia farmasi Indonesia.
Secara singkat , terdapat 5 masalah yang paling menonjol :    
                    1.  Peraturan dibidang farmasi
                    2.  Pabrik obat dan jalur distribusi
                    3.  Bahan baku obat
                    4.  Harga obat
                    5.  Profesi Farmasis
Problema profesi farmasi
** Apoteker              
            Warisan kolonial yang saat ini sudah layak ditinggalkan. Disamping berkesan sempit & tehnis [  hanya bekerja di Apotik ].
            Jadi jika apoteker Indonesia ingin bersanding sejajar dengan profesi yang sama diluar negeri maka lebih baik memakai istilah “ Farmasis “
?  ?  Industri Farmasi harus mempunyai sertifikat CPOB ?  ?                 
Apakah adalah istilah atau sertifikat
CARA PENDIDIKAN APOTEKER YANG BAIK
atau 
CARA MENJADI FARMASIS YANG BAIK
** Tidak ada perjanjian kerja sama antara ;
     pemerintah dgn farmasis dan  asosiasi pengusaha.Seperti standar penghasilan minimal dan tidak adanya perlindungan hukum.
** Menganggap pekerjaan tsb, pekerjaan sambilan [ by job ]
** Tidak ada perjanjian kemitraan permodalan . Hanya mirip usaha Ali Baba.
Kemampuan R & D
Riset Murni : [ pure research ]      
Penelitian yang dimensi akademis dan keilmuan, tanpa memperdulikan ;
Aspek bisnis dan ekonomis dan biasanya dilakukan dilingkungan perguruan tinggi / lembaga riset.
Riset terapan [ applied research ]
Yaitu penelitian tau penelitian lanjutan dari hasil riset murni , dimaksudkan untuk menemukan suatu produk yang bernilai ekonomis dan biasanya oleh perusahaan yang ingin mengenal produksi baru.
R & D dalam bidang farmasi tidak sama pada
industri lain.
Dalam farmasi , adalah upaya penelitian dan  penemuan obat baru baik dalam menemukan senyawa baru atau kombinasi beberapa senyawa kimia yang terbukti mempunyai efek pengobatan terhadap suatu penyakit.
Kemudian mengembangkan dalam kegiatan klinis [uji klinis] untuk mendapatkan persetujuan untuk diproduksi dan dipasarkan oleh pemerintah.
Kegiatan riset yang dilakukan oleh industri farmasi di Indonesia terbatas hanya melakukan pengembangan
formulasi dan evaluasi mutu produk yg ada. Hal ini karena kecilnya biaya untuk R & D [ lebih kurang 2 % ]
Tipe Negara yang memiliki industri farmasi ;
= Tipe A: yaitu Negara yang memiki industri farmasi berskala besar, terintegrasi dan memberikanproritas tinggi pada aktifitas R & D  obat baru.
= Tipe B: yaitu Negara industri  farmasinya  berkemampuan inovatif.
= Tipe C:  yaitu Negara yang industri farmasinyaberkemampuan reproduktif.
= Tipe D: Negara yang tidak memiliki industri Farmasi.
Masalah bahan baku
            Industri farmasi di Indonesia sangat tergantung kepada bahan baku.
90 % harus di import. Kalau dibuat sendiri akan terjadi harganya akan jadi lebih mahal. [ dari pada membuat
jarum penjahit lebih baik dibeli saja ].
            Peraturan pemerintah bagi modal asing yang mendirikan industri farmasi di Indonesia setelah 5 tahun harus bisa memproduksi 1 bahan baku [ tidak jalan ].
Kemudian belum ada dukungan dari industri kimia dasar sebagai  penunjang memproduksi bahan baku obat. Alasannya komponen kimia dasar tsb juga masih import.
Dari data terakhir menunjukkan saat ini mampu memproduksi 24 jenis bahan baku.Namun hal ini masih perlu dipertanyakan, apakah bahan baku tersebut memang diproduksi mulai dari bahan dasarnya di Indonesia atau hanya memformulasi bahan dasar yang diimport dan memproduksinya menjadi bahan baku.
Contoh : Asetosal, Piperazin citrate, Piperazin hexahidrat, Disulfiram. Disulfiram hidrofile, methylparaben, Longatin substance, Propilparaben,
quinine derivatnya, Iodium dan garamnya, Ferrosi sulfas, Ampicillin sodium, Thiamin disulfide, Parasetamol, salisilamid, Ethoxybenzamide, Guaphenesin, Metronidzol, Ampicillin trihidrat, Amoxillin trihidrat, Quinidin sulfat, Gentamisin sulfat dan Diltiazem hidrochlorida.

1 comment: