Saturday, September 12, 2015

terpenoid



Terpenoid dan minyak esensial Harum atau bau dari tanaman disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka disebut terpen dan terdapat dalam bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen, hemiterpen, dan sesquiterpen. Bila senyawa tersebut mengandung elemen tambahan biasanya oksigen, mereka disebut dengan terpenoid. Contoh umum terpenoid adalah metanol dan camphor (monoterpen), dan famesol dan artemisin (sesquiterpenoid). Artemisin dan derivatifnya alpha-arteether juga dikenal dengan nama qinghaosu, digunakan sebagai antimalaria. Tahun 1985, WHO telah memutuskan untuk mengembangkannya sebagai suatu obat untuk menangani malaria serebral. Terpen atau terpenoid aktif terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Triterpenoid betulinic acid yang merupakan salah satu dari terpenoid telah memperlihatkan efek menghambat HIV. Mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan baik dan dispekulasi terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik. Terpenoid yang terdapat dalam minyak esensial tanaman telah bermanfaat untuk mengontrol Listeria monocytogenes pada makanan. Suatu kandungan terpenoid pada cabai yang dikenal dengan capsaicin memiliki sejumlah aktivitas biologik pada manusia yang dapat memengaruhi sistem syaraf, cardiovaskuler, dan degestif. Capsaicin bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Terpenoid yang disebut dengan petalostemumol memperlihatkan aktivitas terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, bakteri gram negatif, dan Candida albicans.

Tinjauan Umum Triterpenoid
Triterpenoid yaitu senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren secara biosintesa diturunkan dari hidrokarbon C30  asiklik yaitu skualen yang merupakan golongan terbesar dari senyawa triterpenoid. Sebagian besar triterpenoid mempunyai 4 atau 5 cincin yang bergabung dengan pola yang sama.


Definisi

Terpenoid adalah senyawa alam yang struktur molekulnya dibangun dari satuan isoprene ( 2-metil butadiene). Pada senyawa ini berlaku peraturan isoprene, dimana kondensasi isoprene pembangun dapat melalui kepala-ekor, ekor-ekor, kepala-kepala, juga ekor-badan. Penyimpangan aturan pembentukan aturan dasar ini dapat terjadi terutama pada diterpen dan steroid, yakni melalui reaksi tambahan seperti pemendekan rantai dan reaksi penataan ulang (misalnya pemindahan –CH3 grup atau reaksi penutupan cincin yang tidak lazim).

Klasifikasi Terpenoid

Berdasarkan jumlah satuan isoprene yang dikandung dalam molekul, terpenoid dapat dibagi atas 7 kelompok utama :
1.      Hepiterpen (C5), terdiri dari satu unit isoprene yang terdapat pada percabangan rantai asam beratom C (asam lisergat).
2.      Monoterpen (C10), terdiri dari dua unit isoprene, terdapat kandungan minyak atsiri, iridoid.
3.      Seskuiterpen (C15 ), terdiri dari 3 unit isoprene, terdapat kandungan minyak atsiri.
4.      Diterpen (C20), terdiri dari empat unit isoprene, terdapat kandungan minyak atsiri, harsa, vitamin A, phytol, giberelin.
5.      Triterpen (C30), terdiri dari enam unit isoprene, terdapat squalene, triterpen pentasiklik, steroid, glikosida jantung.
6.      Tetraterpen (C40 ), terdiri dari 8 unit isoprene, terdapat karotenoid, xanthophylle.
7.      Politerpen ( Cn ), terdiri dari n unit isoprene, terdapat cautchous (semuanya cis), dan gutta-percha ( semua trans ).

Biosintesa Terpenoid

Terpenoid diperoleh dari isopentenil piriphospat atau isomernya, dimetil alilpirophospat yang terbentuk dari asetat melalui asam mevalonat. Pada biosintesis, satu molekul isopentenil pirophospat disambung dengan satu molekul dimetil alil pirophospat membentuk geraniol pirophospat, yaitu suatu senyawa antara yang merupakan kunci pembentukan monoterpen dan disambung lagi dengan isopentenil pirophospat hingga membentuk sesquiterpen. Berbagai kombinasi satuan C5,C10,C15, dapat membentuk terpenoid tinggi misalnya terpenoid yang terbentuk dari satuan famesil dan karotenoid yang terbentuk dari penyambungan dua satuan geranil.

Fungsi Terpenoid

Seskuiterpenoid absisin dan giberelin yang memiliki kerangka dasar diterpenoid berfungsi sebagai hormon pengatur pertumbuhan. Karotenoid merupakan pigmen yang membantu dalam proses fotosintesis dan peristiwa penyembukan, hormon kelamin pada fungus, dan sebagai agent of communication antara tumbuhan tersebut dengan serangga, mikroba, hewan dan manusia.
Sumber  Triterpenoid
               Triterpenoid  tersebar luas pada tumbuh-tumbuhan dan beberapa jenis hewan. Triterpenoid yang berasal dari tumbuhan, umumnya mempunyai kerangka struktur pentasiklik, sedangkan triterpenoid yang berasal dari hewan mempunyai kerangka struktur tetrasiklik.
               Triterpenoid saponin atau glikosida triterpenoid adalah suatu senyawa yang apabila dihidrolisa akan menghasilkan sapogenin berupa triterpenoid dan molekul gula. Triterpenoid saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama famili Cariophyllaceae dan Sapindaceae.
Sifat Kimia Triterpenoid
               Triterpenoid tidak berwarna, berbentuk kristal, sering mempunyai titik lebur tinggi. Triterpenoid kurang reaktif terhadap reaksi kimia. Sifat kimia triterpenoid pada dasarnya harus dipandang sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya, misalnya gugus 3-b-hidroksil menunjukan semua sifat dari alkohol sekunder.

Uji Terpenoid dan Steroid dengan Metoda Simes
4 gram sampel dirajang halus, masukkan kedalam botol infus, tambahkan metanol hingga terendam. lalu didihkan diatas waterbath sambil diaduk-aduk hingga sampel kental. Setelah mendidih, saring dengan menggunakan kapas dan masukkan kedalam tabung reaksi. Lalu panaskan lagi dan biarkan seluruh etanol menguap sampai kering. Tambahkan Aquadest dan Kloroform amoniak (perbandingan 1;1), kocok perlahan dan biarkan sejenak hingga memisah. Akan terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan air pada bagian atas dan lapisan kloroform pada bagian bawah.
Untuk uji terpenoid dan steroid, ambil lapisan kloroform (lapisan bawah) lalu saring dengan kapas yang diberi norit pada pipet tetes dan masukkan filtrat pada plat tetes. Uji filtrat dengan 2 tetes pereaksi Lieberman Burchard. Sebagai pembanding, tetesi sampel masing-masing dengan 1 tetes larutan asam sulfat dan 1 tetes larutan asam asetat anhidrat. Amati !
Hasil positif  bila: Terbentuk warna Merah, menandakan adanya Terpenoid, dan terbentuk warna Biru-ungu, menandakan adanya Steroid.

CONTOH TANAMAN

 Tinjauan Umum Centella asiatica (L.) Urban

Tanaman pegagan (Cantella asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan herba yang tumbuh liar, menyukai daerah yang agak lembab dengan ketinggian yang sangat bervariasi yaitu mulai dari ketinggian 1 m sampai dengan 2500 m dari permukaan laut. Merupakan tanaman menahun dengan batang merayap, cabang dapat membentuk tumbuhan baru yang menutupi tanah. Daun bundar berbentuk seperti ginjal. Bunga berwarna putih atau agak kemerahan. Buah bundar, berwarna kuning kecoklatan,  berbau sedikit wangi dan rasa agak pahit.
Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan Cantella asiatica (L.) Urban adalah sebagai berikut:
Divisio                :           Spermatophyta
Kelas                  :           Dicotyledoneae
Ordo                   :           Umbellales
Famili                 :           Apiaceae/Umbelliferae
Genus                 :           Centella         
Spesies               :           Centella asiatica
Morfologi
               Merupakan tumbuhan herba, berbatang semu, akar merayapnya panjang, yakni 0,1-0,8 m. Daun berupa daun tunggal yang tersusun rossete berjumlah 2-10, berbentuk ginjal dengan pangkal melekuk kedalam, beringgit bergigi, lebar, panjang sampai 9 cm sedang lebarnya mencapai 7 cm, berwarna hijau, umumnya dengan tulang daun menjari,  ujung daun membundar, permukaan daun umumnya licin. Perbungaan berupa payung tunggal atau 3 sampai 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3,  yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar telur; tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, dan berdinding agak tebal.
Nama Daerah
Di Indonesia Cantella asiatica (L.) Urban tersebar hampir diseluruh Indonesia, sehingga memiliki nama daerah yang berbeda-beda. Misalnya saja di Sumatera, tanaman ini mempunyai nama daerah pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaku kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, dan pugago (Minangkabau).
   Sedangkan di pulau Jawa, tanaman ini lebih dikenal dengan nama cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan,  ganggagan, kerok batok, panegowang, rendeng, calingan rambat, pacul gowang (Jawa), gangagan (Madura).
Adapun nama daerah tanaman ini di Nusa Tenggara adalah     Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo). Sedangkan di Maluku, tanaman ini mempunyai nama daerahnya yaitu sarowati (Halmahera), kolotidi manora (Ternate). Di Sulawesi tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegaga, wisu-wisu (Makassar),   cipubalawo (Bugis), hisu-hisu (Salayar). Dan di Irian mempunyai nama daerah dogauke, gogauke, sandanan.
Kandungan Kimia Pagagan
Kandungan  kimia pegagan adalah glikosida triterpenoid, terpenoid, alkaloid, asam amino, asam lemak, thankuniside, isothankuniside, mesoinositol, centellose, caretenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium magnesium, kalsium, besi, zat semak dan tannin. Komponen minyak atsiri pegagan adalah citronelol, linalool, neral, mentol, vellarine (campuran antara damar dan minyak terbang). Mengandung tiga macam triterpenoid utama, yaitu asiatikosida, asam asiatat, asam madekasat.

                                                            I. Asam asiatikat                                            

II. Asam Madekasat
               

III. Asiatikosida

Gambar Struktur Triterpenoid dari Pegagan

Senyawa glikosida triterpenoid yang disebut asiaticoside dan senyawa sejenis, berkhasiat sebagai antilepra, sebagai penyembuh luka, radang tenggorokan. Tanaman ini juga mengandung tanin yang kemungkinan dapat membantu mengatasi radang usus dan sakit perut. Selain itu pegagan bersifat manis, mendinginkan, membersihkan darah, dan melancarkan peredaran darah.
Kegunaan Pegagan
Daunnya merupakan obat yang resmi di berbagai Farmakope. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai obat untuk menyembuhkan sariawan mulut atau afthae. Tanaman ini juga bisa dipakai sebagai obat kusta, sebagai anti infeksi, antitoksik, penurun panas dan peluruh air seni. Selain itu juga dapat dibuat sebagai bahan injeksi dimana bahan aktif ini dapat menghancurkan pertahanan kusta, borok berforasi dan luka pada jari tangan serta luka awal pada mata. Aktivitasnya dimungkinkan oleh larutnya bahan lilin yang menyembunyikan bacil kusta sehingga menjadi getas dan akibatnya badan dengan mudah dapat membunuh penyakit bersama obat. Kegunaan lainnya adalah untuk mengobati keracunan Gelsemium elegans, arsenik, hipertensi, ambeien, mata merah, bengkak, sakit kepala, muntah darah, batuk darah, infeksi hepatitis, campak (measles), batuk, mimisan, dan menambah nafsu makan.

PRAKTIKUM

Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu destilasi, rotary evaporator, pendingin/kondensor, waterbath, penyaring vakum, botol infus, vial, pipet tetes, corong, kertas saring, spatel, timbangan, plat KLT, chamber dan lampu UV.
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah simplisia daun pegagan yang telah dikeringkan, metanol, aquadest, norit, dan kloroform.
Cara Kerja
 Sortir simplisia pegagan yang telah kering dari pengotor, lalu dihaluskan dengan grinder. Timbang sebanyak 100 gram dan masukkan ke dalam botol infus. Maserasi dengan metanol sampai sampel terendam seluruhnya selama 3x3 hari. Sambil dikocok setiap harinya. Kemudian saring maserasi pegagan tadi, dan filtratnya dirotary sampai kental, kemudian tambahkan air panas sampai larut, masukkan ke botol infus. Biarkan semalam sampai endapannya turun mengendap ke bawah. Kemudian saring dengan kertas saring secara in vacuo. Lalu larutkan eksudat pada kertas saring dengan metanol sampai larut, masukkan ke btol infus. Tambahkan norit aktif yang telah dipanaskan dalam oven, aduk dan diamkan sampai larutan menjadi bening dan jernih. Jika belum jenih, saring dan tambahkan kembali norit yang baru. Diamkan sampai jernih dan bening. Jika larutan telah jernih, saring larutan, dan filtratnya dirotary sampai kering dan bebrbentuk serbuk putih. Hitung berat rendemen yang didapatkan. Kemudian lakukan KLT dengan eluen kloroform : metanol = 4 : 1. Hitung nilai Rf.
 
Pembahasan
Pada pemeriksaan triterpenoid dari pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang digunakan adalah bagian daunnya yang telah disortir terlebih dahulu. Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang digunakan merupakan daun yang telah kering. Tujuan digunakan daun yang telah kering agar simplisia bertahan lama dan tidak berjamur.
Untuk pemeriksaan triterpenoid ini kami menggunakan metode maserasi. Dipilihnya metode ini karena metode ini lebih sederhana, hanya dengan perendaman beberapa hari. Selain itu sampel yang digunakan dalam jumlah yang banyak.  Pelarut yang digunakan adalah metanol, karena metanol ini merupakan pelarut yang universal yang bisa melarutkan semua senyawa yang terkandung dalam simplisia. Selain itu harganya juga relatif  lebih murah dibandingkan dengan pelarut-pelarut lainnya.
Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) dimaserasi dengan metanol selama empat hari. Setelah empat hari disaring  dan filtratnya ditempatkan pada wadah yang lain. Kemudian daun pegagan tersebut dimaserasi lagi selama empat hari. Maserasi ini dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut. Hasil penyaringan berupa filtrat digabungkan seluruhnya. Kemudian divakum sampai kental menggunakan rotary evaporator. Hasil vakum ini ditambahkan air panas, didiamkan sampai dingin dan disaring kembali. Sisa yang tinggal pada kertas saring dilarutkan dengan metanol, dipanaskan dan disaring. Hasil saringan ditambahkan dengan norit sampai warna filtrat tersebut menjadi bening dan tidak berwarna. Tujuan ditambahkan norit ini adalah untuk menarik klorofil dan pengotor-pengotor yang terdapat pada filtrat. Selain itu juga untuk menarik senyawa-senyawa yang mempunyai gugus polar dan aromatis seperti alkaloid, flavonoid dan fenol. Kemudian disaring dan divakumkan dengan rotary evaporator sampai menjadi bentuk serbuk berwarna putih. 
            Pada percobaan kali ini didapatkan nilai rendemennya sebanyak 0,0036%, sedangkan Rfnya yaitu 0,63.

1 comment: