Monday, September 14, 2015

FURANOKUMARIN DAN FOTOTOKSISITAS



FURANOKUMARIN DAN FOTOTOKSISITAS
Telah lama diketahui bahwa berbagai spesies tanaman dari berbagai belahan dunia dapat menyebabkan hiperpigmentasi sementara. Dikatakan bahwa jus dari Ammi visnaga L. (Apiaceae) digunakan oleh bangsa Arab untuk menghilangkan bekas vitiligo dan pengobatan ayurveda menggunkan biji Psoralea (Fabaceae)  untuk tujuan yang sama. Spesies ini dan spesies lainya juga diketahui dapat menyebabkan dermatitis akut,kadang-kadang dapat menyebabkan kulit melepuh. Dalam banyak kasus hiperpigmentas terjadi dalam waktu lama (dermatitis kronik ). Jika perawatan dihentikan maka gejala tersebut akan hilang (kompres dingin, kortikosteroid tertentu ). Untuk kejadian fototoksisitas terjadi jika pasien yang sedang menggunakan tumbuhan ini atau produknya terpapar cahaya matahari dan mereka ditangani dengan meningkatkan kelembaban tubuh mereka.
Senyawa fototoksik diketahui sebagai furanokumarin, psoralen, bergapten (5-methoksypsoralen = 5-MOP ), dan xantotoksin ( xanthotoksol= 8-MOP ), dan angular furanokumarin yang tidak terlalu toksik ( pimpinellin, angelicin). Telah dibuktikan bahwa furanokumarin dapat mengalami sikloadisi pada C-3, C-4, atau pada C-4’, C-5’ atau pada
rantai DNA pirimidin basa. Furanokumarin mungkin dapat mengalami satu atau lebih sikloadisi dan pada temuan terakhir, furanokumarin dapat membentuk formasi rantai silang antara pasangan basa  asam nukleat, dan mengakibatkan kesalahan genom. Reaksi inilah mungkin  yang menyebabkan fototoksisitas, mekanisme ini yang dapat dielusidasi, dan  yang dapat menjelaskan penyebab reaksi mutagenik dan karsinogenik.
Gambar Psoralens, bergapten, xantotoksin, Angelicin, Pimpinellin.



 SPESIES UTAMA YANG MEYEBABKAN FOTOTOKSISITAS
Tumbuhan ini meliputi beberapa spesies tumbuhan Eropa kecuali tumbuhan Ficus carica L., moraceae, dan beberapa family Apiacea dan Family Rutaceae.
Hampir beberapa tanaman yang dibudidayakan dapat menimbulkan dermatitis, hal ini dapat dilihat pada petani dan karyawan yang bekerja pada  perusahaan yang mengolah tanaman tersebut. Tumbuhan yang menyebabkan fototoksisitas meliputi angelica; seledri, paterseli, lovage dan beberapa spesies citrus. Spesies lain pada saat ini diduga tidak menyebabkan fototoksisitas karena mereka ditemukan pada lingkungan alam kita (seperti kasus hogweed, Heracleum sphondylium L.,  untuk kebun wartel, Pastinaca sativa L.,  dan tanaman Ruta graveolens L,.) atau karena tanaman tersebut dibudidyakan untuk tanaman hias seperti varietas holtikultura dari fraxinella ( Dictamnus Albus L,. ) atau tanaman hogweed raksasa ( Heracleum mantegazzianum Sommier&Levier ). Tentu saja, resiko fototoksisitas  yang sama juga terdapat dalam  produk dermatologi, parfum dan kosmetik yang diformulasi menggunakan furanokumarin atau essensial oil dari citrus ( khususnya bergamot ).  Resiko fototoksisitas setelah injeksi sangat terbatas, walaupun beberapa kasus jarang terjadi, seledri dapat menyebabkan manifestasi fototoksisitas khususnya pasien dalam perawatan PUVA.


KUMARIN LAIN YANG BERSIFAT TOKSIK
Beberapa kumarin yang disintesis olah Jamur tingkat rendah, contohnya aflatoksin sangat bersifat karsinogenik.  Racun ini berbentuk polisiklik yang dibiosintesa dari decaasetat yang diproduksi oleh beberapa strain Aspergillus yang dibiakkan pada kondisi temperatur dan kelembaban yang cocok. Racun ini harus diuji secara hati-hati pada makanan hewan ( penangas air) dan makanan manusia ( minyak, susu, mentega ).


KEGUNAAN FURANOKUMARIN
A. KEGUNAAN DALAM BIDANG KESEHATAN
Khasiat sebagai fotodinamik sensitizing dari bergapten dan metoksalen digunakan dalam pengobatan PUVA, atau fotokemoterapi dari psoriasis dan penyakit kulit lainnya. Teknik pemberian biasanya secara oral, furanokumarin ( 0,6 mg/kg dari 8-MOP atau 1,2 mg/kg dari 5-MOP ) 2-3 jam kemudian disinari dengan radiasi UV pada panjang gelombang (320-380 nm atau UVA ). Penyinaran dengan radiasi UVA harus diawali dengan energi rendah ( 1-3 J/cm2 ) dan pada energi yang tinggi yaitu 6-8 J/cm2 ), hasilnya dapat dilihat setelah penanganan selama tiga sesi setiap minggu, untuk beberapa psoriasis dilakukan selama 20 sesi. Pengobatan lokal yang mungkin dilakukan ( contohnya pada kasus insufisiensi hepar ), tetapi harus diketahui penyebabnya terlebih dahulu. Pengobatan PUVA kontraindikasi dengan wanita hamil dan anak-anak, pada kasus penyakit kulit yang disebabkan oleh sinar matahari dan kasus insufiensi ginjala atau jantung. Terapi ini bukan tanpa resiko: penyakit saluran pencernaan ( 8-MOP ), kulit kering, fotosensitasi ( pruritus, terbakar, namun demikian radiasi yang berlebih dapat dicegah dengan pakaian pelindung dan sunscreen0, dan juga dapat mempercepat mengerasnya lensa mata (dapt dicegah dengan menggunakan kaca mata selama pengobatan ), penuaan kulit dan masalah pigmentasi. Pengobatan jangka panjang dengan PUVA dapat meningkatkan resiko terkena kanker: diteliti pada akhir tahun 1990an yang menunjukkan bahwa timbulnya sel karsinoma dan melanoma setelah beberapa tahun perawatan. Namun demikian, para ahli merasa bahwa selama jumlah indikasi terbatas, remaja dan pasien dengan kulit normal terhindar dari resiko ini, pengobatan pertama harus diawasi, jumlahs sesi dan jumlah dosis ( kumulatif maksimum 1500 J/cm2 ) harus dikontrol. Pengobatan PUVA tetap digunakan terutama untuk psoriasis ekstensif, karena dapat memperbaiki  kualitas hidup pasien.

B.     KEGUNAAN LAINNYA, PRODUK KOSMETIK
Produk alam seperti minyak bergamot digunakan sebagai fotodinamik sensitizier pada Sun lotion. Ia dapat meningkatkan jumlah melanosit sehingga jumlah melnin pun meningkat, mekanisme inilah yang dapat melawan radiasi UV. Namun demikian penggunaannya sebagai penyamak dan produk kosmetik bukannya tanpa resiko: yaitu dapat menimbulkan gejala yang berhubungan dengan fototoksisitas. Reaksi fototoksisitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kulit, kelembaban kulit, lama waktu antara penggunaan produk yang mnegandung furanokumarin dan irradiasi, durasi, frekuensi irradiasi dan lain-lain. Faktor yang menentukan terjadinya dermatitis adalah pembawa yang digunakan: untuk dosis yang sesuai, larutan minyak (atau minyak/emulsi air) tidak menimbulkan reaksi, dimana larutan alkohol dapat menyebabkan terjadinya penetrasi dan menimbulkan fototoksisitas.
Peranan furanokumarin telah ditunjukkan dalam kejadian kanker kulit telah menimbulkan pertanyaan mengenai kebijakan penggunaannya pada sun lotiondan produk lainnya. Selama beberapa tahun, beberapa perusahaan membatasi kadar furanokumarin pada produk mereka sampai 15 ppm, dan pada tahun 1995 CAPT (komite eropa untuk penyesuaian kemajuan teknik industri ) mengajukan sebuah instruksi yang mewajibkan bahwa produk yang berhubungan dengan Sun produk tidak boleh mengandung lebih dari 1 ppm psoralen jika tidak akan ditarik dari pasaran.
Sebuah uraian tentang 3-aril dan 4-arilkumarin. Secara biosintetik 3-arilkumarin merupakan isoflavonoids. Biosintesis dari 4-arilkumarin ditunjukkan secara hipotesis, taitu merupakan turunan 2’-asam sinamt terhidroksilasi, yang juga merupakan turunan flavonoid. Ia  dibentuk seperti neoflavans yaitu dengan kondensasi dari 1-fenilpropan menghasilkan  sebuah aren yang dicapai melalui kondensasi sebuah poliasetat.

No comments:

Post a Comment