Wednesday, July 29, 2015

TEB HEPATOPROTEKTOR



TEKNIK EVALUASI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR


Kerusakan hati dapat disebabkan oleh obat, berbagai senyawa kimia, virus seperti virus Hepatitis B dan C. Dalam percobaan senya kimia yang sering digunakan sebagai hepatotoksik untuk menginduksi kerusakan sel hati adalah karbon tetra klorida (CCl4). Kerja hepatotoksik dari senyawa ini karena biotransformasinya di hati oleh enzim sitokrom P450 reduktase dengan kofaktor NADPH menjadi radikal triklorkarbon yang berikatan secara kovalen pada membran hepatosit dan merubah permiabelitas sel. CCl4 dapat menimbulkan gambaran hepatotoksisitas yang khas yaitu hati berlemak, nekrosis, hepatotoksik menyerupai gambaran klasik hepatitis virus, maka senyawa ini sering digunakan dalam percobaan pengujian laboratorium pada mencit atau tikus.
Senyawa lain yang bersifat hepatotoksik untuk menginduksi kerusakan hati eksperimental adalah parasetamol, brombenzena, tioasetamida yang diberikan secara oral dengan dosis masing-masing 0.5-1 g/kg BB; 0.25 ml/kg BB; 50 mg/kg BB.
Pengujian aktivitas hepatoprotektor adalah berdasarkan kemempuan suatu zat uji untuk memproteksi atau menghambat serta memperbaiki kerusakan sel hati yang disebabkan oleh suatu zat yang bersifat hepatotoksi (inducer hepatotoksik). Percobaan hepatoprotektor dapat dilakukan secara in-vivo maupun secara in-vitro

Metoda induksi dengan Karbontetraklor (CCl4)
Prosedur
Sebelum percobaan sesungguhnya dilakukan percobaan pendahuluan untuk melihat kepekaan hewan percobaan terhadap karbontetraklorida.
Dosis CCl4 yang digunakan yang menyebabkan hepatotoksisitas yang nyata pada hati yang dapat dilihat secara makropatologinya tanpa mematikan hewan percobaan dalam waktu terlalu singkat (kurang dari 24 jam).
Mencit yang telah dikelompokkan secara acak menurut tingkatan dosis sediaan uji yang telah direncanakan sebelumnya, dipuasakan makan dengan air tetap diberi secukupnya.
Sediaan uji, kontrol maupun senyawa pembanding diberikan selama 7 hari berturut-turut dengan interval pemberian 1 kali sehari. Kemudian diberikan CCl4 dalam parafin liq secara oral dengan dosis yang sesuai dengan percobaan kepekaan pendahuluan (buasanya untuk mencit 5.6 ml/kg BB).
Pada hari ketiga setelah penginduksian dengan CCl4 diambil darahnya melalui sinus orbitalis matanya menggunakan pipa kapiler yang dibasahi dengan larutan heparin. Darah dimasukkan kedalam tabung kapiler (mikrocentrifuge), lalu disentrifuge pada 3.000 rpm selama 10 menit. Plasma dipisahkan dan digunakan untuk  penentuan aktivitas SGOT dan SGPT menggunakan seperangkat pereaksi untuk penentuan aktivitas kedua enzim aminotransferase tersebut dengan spektrofotometer pada 334 nm.
Aktivitas SGOT dan SGPT yang dinyatakan dalam UI/liter untuk tiap mencit merupakan parameter tingkat kerusakan dari hati hewan tersebut.
Percobaan yang sama dapat juga dilakukan terhadap tikus dengan dosis CCl4 2 ml/kg BB.

No comments:

Post a Comment