Fungsi dan Evaluasi Sistem
Imun
Kata kunci :
Setelah aktivasi, sel denrit mengekspresikan konsentrasi MHC klas II
molekul B7-1, B7-2 dan CD40 dan molekul ICAM dan LFA-3 lebih tinggi
dibandingkan APC (antigen presenting cells) lain. Mereka juga memproduksi
interleuikin 12 (IL-12) lebih banyak. Ini mungkin menjelaskan mengapa sel
dendrit invitro adalh APC paling efisien.
Sebuah limfosit T mengeluarkan ratusan reseptor sel T (TCRs).
Semua TCRsnyang dikeluarkan pada permukaan sebuah sel limposit T
mempunyai antigen spesifik yang sama.
Sebuah limposit B dapat secara simultan mengeluarkan imunoglobulin membran
sebagai IgM (monomeric) atau IgD dengan variable yang sama (ex: tempat antigen
berikatan) kemuadian limposit B dapat mengekspresikan isotipe yang berbeda (
IgM, IgA, IgG atau IgE ) dengan variable yang sama sebagai IgM membran.
Sebuah elektropharesis protein serum menentukan konsentrasi total dari
imunoglobulin circulating (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE ). Mayoritas kuantitas.
Laboratorium klinik hanya IgG, IgM dan IgA karena isotipe yang paling
berpengaruh dalam aliran darah. Pada pasien gangguan ginjal, quqntifikasi dari
IgE mungkin berguna. Tergantung pada laboratorium klinik, hasil hitung pada
unit internasional per mililiter atau mg/dL untik IgE.
Sistem imun mengatur banyak komponen meliputi immunodefensif (pertahanan)
mekanik, mediator soluble dan respon imun selular dan homoral.
Sistem imun bekerja melindungi tubuh melawan infeksi patogen dan kanker
untuk melaksanakan tugas ini, sistem imun memperlihatkan spesifikasi, memori,
mobilitas dan replikabilitas.
Spesipikasi mengindikasikan bahwa sistem imun dapat membedakan antara
antigen yang tidak dapat melewati reaksi (non-cross-reacting-antigen). Memory
memastikan respon yang lebih cepat dan hebat terhadap serangan substansi
patogen. Mobilitas, elemen sistem imun mampu memberikan reaksi lokal untik menyediakan proteksi. Replikasi,
komponen selular dan sistem imun memperkuat respon imun.
Sistem imun membedakan ”self” dari ”non-self” untuk melindunai host. Sistem imun dibedakan atas Innate
(alamiah/non-spesifik) dan adaptive (spesifik).
Functional Divisions of the Immune System
Respon Imun
Jika infeksi pathogen menghindari pertahanan
luar tubuh, sebuah respon imun meliputi leukosit dan mediator soluble akan menyerang
pathogen.
Respon innate
Leukosit inate meliputi monosit, makrofag,
neutrofil, basofil, sel mast dan eusinofil. Sema kecuali basofil bekerja sebagi
fagosit selama sel mast dan basofil mensekresikan mediator inflamasi.
Sel fagosit menggunakan opsonin tergantung
fagosistis-atau opsonin tidak tergantung fagositis.
Respon adaptif
- Spesifik dan memori
Limposit B dan T terdiri dari sel-sel respon adpatif. Sel ini mempunyai
permukaan rseptor spesifik untuk mengahdang organisme.
Respon imun aadptif dapat dibagi jadi 2 bagian utama, mediasi humoral dan
selular. Limposit B dan plasma sel mengaktifasi limfosit B yang mengekskresikan
antibodi, terdiri dari bagian humoral respon imun adaptif.
MHC
Sebuah
tanda gen yang ditemukan pada kromosom 6 manusia disebut juga kompleks human
leukosyte antigen (HLA).
Kompleks
MHC dibedakan atas 3 klass : MHC kelas I, II dan III
Molekul yang termasuk MHC kelas I : antigen
HLA A, HLA Bdan HLA C. Molekul ini
ditemukan pada semua sel nukleat tubuh.antigen kelas I tidak ditemukan pada sel
darah merah matang.
Molekul yang termasuk MHC kelas II : HLA DP,
HLA DQ, dan HLA DR
Antigen MHC kelas III ditujukan untuk faktor
soluble, komplemen, dan faktor nekrosis tumor.
Kemampuan
MHC kelas I untuk menghasilkan peptida endogen mengizinkan limfosit T CD8+
sitotoksik secara konstan menampakkan sel infeksi.
Sitokin
Sitokin,
faktor soluble yang disekskresikan oleh sel, efek aktifitas sel lain atau
sekret sel tersebut.Sitokin menyusun komplek homeostatis sel dan jaringan
dengan bekerja dalam autocrine dan paracrine.contohnya mengaktifasi limfosit T
CD4+ mengsekresikan IL2 dan interferon γ (
gamma), yang sinergis dalam mengaktifasi
sel NK.
Evaluasi
Komponen Sistem Immun
·
Imunodefense ( pertahanan ) mekanik dan non
spesifik
Ahli klinik harus menguji pasien dengan hati-hati dan identifikasi tipe
spesifik faktor resiko yang tampak seperti pada tube.
·
Aspek Fungsi Sistem Imun
Parameter dari sel pada penentuan klinik adalah tipe sel, jumlah sel dan
fungsi.
Quantifikasi / Hitungan
Ø Untuk melihat jumlah sel secara cepat, digunakan perhitungan sel darah
putih (WBC) dengan diferensial
Ø Diferensial dolaporkan sebagi persen (%) fase jumlah WBC.
Ø Faktor ketiga untuk menentukan adalah mayoritas limfosit yang ada pada
organ limfoid kedua. Perubahan pada limfosit darah perifer tidak selalu
memperlihatkan perubahan dalam organ limfosit.
Jumlah granulosit dan monosit diperkirakan dengan menghitunh jumlah WBC
dengan diferensial. Semakin besar jumlah netrofil, semakin besar resiko
infeksi. Obat-obat dan penyakit dapat merendahkan jumlah netrofil. Pasien
dengan jumlah netrofil 1500 sel/mm3 menyebabkan nutropenia.
Jumlah total limfosit digunakan sebagi ukuran status nutrisi, karena
perubahan ini dekat dengan kehilangan nutrisi dan kepenuhan.
Populasi limfosit dengan fungsi berbeda atau tahapan aktivasi berbeda dapat
dihitung berdasarkan marker sel permukaan. Marker sel permukaan dapat disebut juga
cluster of differntiation (CDs) . CD biasanya adal
protein atau glikoprotein pada permukaan sel.
Perhitungan sel CD3+
dan CD4+ digunakan
untuk memantau imunosupresi muromonab dan managemen klinik paad pasien HIV.
Flow cytometri
Dapat digunakan untuk
leukocyte phenotyping, tumor cell phenotyping dan beberapa type analisis DNA.
Untuk flow cytometri,
suspensi sel diletakkan dibawah tekanan yang kemudian sel mengalir melewati
laser pada aliran single sel.
Evaluasi Functional System
Imun
In Vivo
Tes yang paling umum untuk
menentukan fungsi limfosit adalah test penundaan hipersensitivitas kulit. Yaitu
mengevaluasi penundaan tipe hipersensitivitas atau limfosit T memory.
Metoda yang paling umum adalah dengan pemberian intradermal sebuah panel
antigen recall. Penentuan dalam diameter
dari indurasi pada tempat injeksi harus diambil 48-72 jam setelah pemberian
antigen.
Reaksi positif bila diamter indurasi 2mm atau lebih. Derajat
sensitivitas berhubungan dengan area indurasi. Mayoritas individu yang
immunokompeten akan menunjukan hasil positif.
Indikasi yang diterima pada tes ini meliputi ; evaluasi gangguan immunitas
atau penyakit kronik yang menyababkan disfungsi imun selular, serangan patogen
infeksi, evaluasi status nutrisi dan pada beberapa kasus, penentuan immune
senescence.
Penentuan fungsi limposit B in vivo terdiri dari imunisasi pasien dengan
antigen protein dan poli sakarida untuk mendatangkan dan menghitunh respon
antibodi setelah imunisasi.
In
Vitro
Penentuan proliferasi Limfosit
Digunakan sampel darah perifer dan biakan.
Sel akan memperlihatkan mitogen non spesifik secara normal, dengan adanya
mitogen, limfosit akan berproliferasi. Level radio aktivitas sel dapat dihitung
pada β-scintillation counter dan setara dengan derajat proliferasi.
Hasil tes dibandingkan dengan sampel orang normal. Pasien dengan defisiensi
imun mempunyai limfosit aktif lebih sedikit dari pada orang normal.
Modifikasi tes ini digunakan untuk transplantasi allogeneic hematopoetic stem
cell untuk mengevaluasi seberapa dekat kecocokan donor dan host, untuk
memprediksi resiko pada pasien.
Aspek Humoral dari Fungsi Humoral
Penentuan komponen humoral bisa kuantitatif untuk menentukan konsentrasi
absolut faktor tersebut atau kualitatif untuk menentukan fungsi komponen.
Imunoglobulin
Ø Menentukan Total IgM
Dihitung
dengan mengurangi konsentrasi albumin dari total protein dalam serum. Hasil ini
memberikan perkiraan kasar jumlah konsentrasi IgM.
Penentuan
akurat total konsentrasi IgM adalah dengan elektrophoresis protein serum
(SPEP).
Sub
klas IgG
Ada
4 subklas IgG ; IgG1, IgG2, IgG3, IgG4.
Dengan kadar 65%, 20%, 10%, 5%.
Konsentrasi
subklas sering ditentukan pada pasien dengan immunodefisiensi.
Defisiensi
IgG2 dan IgG4 berhubungan dengan infeksi kronik. Infeksi
juga berhubungan dengan gangguan autoimun.
Sistem
Komplemen
Test
untuk penentuan sistem komplemen adalah test komplemen hemolitik total. Sumber
komplemen adalah serum pasien.
Penentuan hasila akurat adalah dengan jumlah titrasi sera dan menghitung
hemolisis. Hemolisis ditentukan dengan spektrofotometer untuk mengukur jumlah
hemoglobin yang dikeluarkan.
Kemudian tes serum pasien dan jumlah serum yang diperlukan menghancurkan
50% sel darah merah dilaporkan sebagai CH50.
Metoda
Penentuan Sitokin (ELISA dan RIA)
Ø ELISA
Dapat
menentukan hanya jumlah sitokin dalam biakan
ELISPOT
merupakan penentuan rantai enzim untuk mendeteksi dan menghitung sitokin
memproduksi leukosit.
Pada
ELISA konvensional, ELISPOT dapat digunakan peneliti untuk mendeteksi frekuensi
dan jumlah absolut sitokin mensekresikan leukosit.
No comments:
Post a Comment