Alergi adalah
kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam
bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik
(antigenik). Dengan kata
lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan- bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya
tidak untuk orang-orang yang tidak
hipersensitif.
Penyakit alergi bukanlah penyakit
yang bisa dianggap sepele. jumlah penduduk yang terkena alergi dari tahun ke
tahun terus meningkat. Terutama karena perubahan cuaca akibat polusi yang kian
tak bersahabat. Yang jelas, alergi membuat kualitas hidup yang bersangkutan
menurun yang bisa berlanjut pada menurunnya produktivitas. Prestasi belajar
anak pun bisa terganggu. Alergi yang berkepanjangan juga dapat memunculkan
stres yang bagi penderitanya bisa saja berujung pada gangguan kejiwaan. Tak
hanya mengganggu kualitas hidup, alergi pun makan biaya yang tidak sedikit,
baik yang dikeluarkan oleh masyarakat maupun pemerintah di seluruh belahan
dunia. Menurut World Allergy Organization (WAO), pengeluaran untuk menangani alergi
yang disebabkan oleh perubahan suhu seperti masalah hidung (pilek) saja
mencapai 20 miliar dolar per tahun. Sementara di AS, untuk pengobatan asma saja
mencapai 12,8 miliar dolar AS. Reaksi yang terjadi karena alergi suhu ini
merupakan tipe hipersensitifitas anafilaktik.
Prinsipnya
alergi pada suhu, dapat dikaitkan dengan setiap perubahan temperatur akan menjadi pemicu timbulnya alergi bila ia
memang sudah hipersensitif terhadap perubahan suhu atau cuaca ini.
Pada orang yang menderita alergi, sistem kekebalan tubuhnya memandang
alergen (zat yang menimbulkan alergi)
sebagai benda asing.
Manifestasi Klinik Reaksi Anafilaktik
Anafilaktik merupakan reaksi alergi yang
meliputi system multiple organ. Kira –
kira 1500 kematian yang terjadi di USA
akibat anafilaktik. Dari 1,2% - 15%
populasi di USA mempunyai risiko reaksi anafilaktik. Manifestasi dari
anafilaktik ini meliputi gejala pada kulit, saluran pencernaan. Umumnya
manifestasi dermatologic dapat berupa urtikaria, angiodema, dan pruritus.
Manifestasi pada saluran pencernaan meliputi, gangguan abdomen, mual, dan
diare. Pada saluran pernafasan, menimbulkan, suara bising sewaktu bernafas.
Manifestasi pada kardiovaskuler meliputi, hipotensi, takikardia, aritmia.
Reaksi anafilaktik ini umumnya dimulai 30 menit tetapi ada juga 2 jam setelah
terpapar oleh allergen. Resiko fatal dari reaksi anafilaktik terjadi pada awal
terjadinya reaksi. Setelah membaik, reaksi anafilaktik dapat kembali muncul 6 –
8 jam setelah terpapar antigen. Karena
reaksi tersebut, pasien yang mengalami hipersensitifitas tipe tersebut
seharusnya diobservasi selama 12 jam setelah reaksi anafilaktik..
Reaksi hipersensitifitas pada alergi suhu
Hipersensitifitas terhadap perubahan suhu ini,
merupakan hipersensitifitas tipe I yaitu reaksi anafilaktik. Dapat digambarkan
sebagai berikut,
Dari
gambar tersebut dapat dijelaskan mekanisme reaksi anafilaktik. Dimana reaksi
hipersensitifitas tipe ini, memerlukan
kehadiran dari IgE yang spesifik untuk allergen yang menjadi suatu hapten.
Setelah molekul antigen (allergen) terikat oleh antibody spesifik dari kelas IgE, pada basofil atau sel mast pada
permukaaan, akhirnya terjadi aktifasi sel tersebut. Aktivasi menyebabkan
perangsangan ektraseluler berupa granul dengan mediator inflamasi meliputi
histamine, serotonin, heparin, (tryptase pada sel mast), bradikinin generating
factor, eosinofil, factor kemotaksis, dan factor netrofil kemotaksis, juga
mediator seperti LTs, prostaglandin, tromboksan, PAF. Reaksi tipe I ini, dapat
jelas sebagai suatu reaksi hypersensitivas yang segera, atau anaphylaxis. Efek
utama histamine pada jaringan target meliputi, peningkatan permeabilitas
kapiler, kontraksi bronchial, otot vaskuler, dan hipersekresi mucus.
Histamin merupakan salah satu mediator yang dilepaskan sewaktu
komplek ikatan antibody IgE-alergen tertancap pada sel mast. Histamin merupakan
molekuldengan BM rendah, kandungan amin
didapatkan melalui proses dekarbosilasi dari histidin, dan dihasilkan granul
pada basofil dan sel mast. Perangsangan histamine dari sel, dicetuskan oleh ikatan
antigen-IgE pada spesifik reseptor pada permukaan membrane sel mast dan
basofil. Efek histamine pada jaringan terjadi selama 1 -2 menit, tetapi
kecepatan dimetabolisnya 10 -15 menit.
Dengan
kata lain reaksi yang terjadi akibat hipersensitifitas tipe ini distimulan oleh ikatan allergen-IgE, pada sel mast,
dimana sel mast merupakan depot utama histamine. Histamine tersebut mempunyai reseptor , terlihat pada table dibawah ini,
yaitu terletak pada otak (reseptor H3) yang
berfungsi sebagai neurotransmitter dalam berbagai fungsi otak, seperti control
endokrin, regulasi cardiovascular, regulasi panas. Histamine ini juga terdapat
pada bagian fundus di lambung (reseptor H2) yang mengaktivasi sel parietal mukosa lambung,
untuk memproduksi asam lambung.
Histamine juga terdapat
pada sel endotel dan otot polos (reseptor H1) yang mengakibatkan kontraksi otot polos,
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, sekresi mucus. . Sehingga reaksi yang segera dapat terjadi pada bagian
mukosa hidung (rhinitis), saluran
pernafasan (asma akut), kulit, atau saluran pencernaan.
· Dapat digambarkan, mekanisme timbulnya asma karena
bronkokontrisik,
Adanya antigen dalam hal ini allergen
(perubahan suhu), maka antigen ini akan terikat oleh antibody IgE, pada bagian
sel mastosit. Sebagaimana yang dijelaskan diatas, maka akan terstimulan
histamine sehingga menimbulkan bronkokontrinsik.
· Dapat digambarkan terjadinya gangguan kulit akibat reaksi
anafilaktik
Berikut adalah gambar dari struktur kulit beserta
kandungannya,
Kulit
Terpapar oleh rangsangan mekanik (perubahan
suhu) akan terjadi
fase cepat reaksi
hipersensitivitas tipe I berupa kemerahan dan bentol di kulit, terjadi
degranulasi sel mast dan
aktivasi sel T dengan profil sitokin
Th2, aktivasi sel epitel dan sel endotel,
pengerahan leukosit ke jaringan terutama
eosinofil.
Pengobatan reaksi anafilaktik
·
Epinephrine merupakan
pengobatan utama bronkokontrinsik dan vasodilatasi.
Epinephrine diberikan
melalaui intramuscularly.
·
Jika tekanan darah tidak
dapat dikendalikan oleh efineprin maka digunakan, crystalloids melalui intravena.
·
Aminopilin boleh digunakan
sebagai adjunctive terapi untuk bronkospasme.
· Hitamin (H1) reseptor bloker (diphenhydramin) dapat mengurangi
beberapa gejala dan reaksi yang merugikan.
Pengobatan reaksi
anafilaktik dapat diurutkan, sebagai berikut,
Jadi secara farmakologi
diberikan obat ,tergantung dari reaksi yang ditimbulkan. Umumnya diberikan:
a.
Teofilin
Mekanisme kerja : bekerja pada otot polos
(bronkiolus), mempengaruhi siklus AMP sehingga terjadi dilatasi otot polos.
Indikasi : asama, sesak nafas yang disebabkan oleh
bronchitis kronis, emfisema.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, hati – hati pada
wanita hamil.
Efek samping : mual, muntah, sakit kepala,
takikardia, palpilatasi, hipotensi.
Dosis : dewasa , dosis rata – rata: 2x200 mg/hari
anak (20 – 25kg) , 150 mg/kg
anak (15 – 20kg), 100 mg/kg
b.
Aminofilin
Mekanisme kerja : bekerja pada otot polos
(bronkiolus), sehingga terjadi dilatasi otot pols serta merangsang kontraksi
diafragma..
Indikasi : asama ringan samapai berat, sesak nafas
yang disebabkan oleh bronchitis kronis, emfisema.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, ulkus peptikum
dan kejang. Hati – hati pada penderita gangguan fungsi hati, ginjal, jantung.
Efek samping : sakit kepala, pusing, insomnia, mual
, muntah, nyeri epigastrum.
Dosis : serangan asma akut per oral,
dewasa, dosis awal 5mg/kgbb, diteruskan
dengan dosis pemeliharaan 4x 3-4mg/kg bb/hari.
c.
Dipenhidramin
Mekanisme kerja : menempati reseptor histamine
secara reversible pada sel dan menghambat kerja histamine pada target organ.
Indikasi : alergi kulit, motion sickness, konjungtivitas alergika.
Kontraindikasi : bayi premature, neonatus, wanita
menyusui, asma, hati – hati untuk penderita galukoma, ulkus peptikum, obstruksi
kandung kemih.
Efek samping
: urtikaria, syok anafilaktik, sakit kepala, hipotensi, mengantuk.
Dosis : dewasa, 3 – 4 x 25-50 mg/hari
anak > 10 k, 3 – 4 x 12,5 – 25
mg/hari.
No comments:
Post a Comment