BENTUK SEDIAAN OBAT
Kebutuhan akan Bentuk Sediaan Obat
Bahan obat jarang diberikan
sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu formula yang
dikombinasikan dengan satu atau lebih bahan yang bukan berkhasiat obat. Melalui
penggunaan yang selektif dari bahan yang bukan berkhasiat obat ini sebagai
bahan farmasi, maka akan dihasilkan bentuk sediaan obat yang bermacam-macam.
Bahan farmasi ini akan melarutkan, mensuspensikan, mengentalkan, mengencerkan,
mengemulsikan, menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, memberi aroma, dan
membentuk bermacam-macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur dan menarik. Masing-masing
bentuk sediaan mempunyai sifat-sifat fisik yang khusus. Sediaan yang
bermacam-macam ini merupakan tantangan bagi ahli farmasi di pabrik dalam
membuat formula, dan bagi para dokter dalam memilih obat serta cara
pemberiannya untuk ditulis dalam resep.
Macam-macam Bentuk Sediaan Obat dan
Penggunaannya
Sifat yang keras dan takaran yang
rendah dari kebanyakan obat-obatan yang digunakan saat ini mempersulit
masyarakat umum untuk dapat memperoleh takaran yang tepat dan aman dari bahan
baku yang berkhasiat. Sebagian besar obat yang digunakan dalam takaran miligram
sehingga sangat sedikit untuk ditimbang dengan timbangan biasa, kecuali dengan
timbangan laboratorium yang peka. Sebagai contoh, Glibenclamide sebagai obat
penyakit kencing manis, hanya membutuhkan kurang lebih 5 mg untuk takaran
sekali minum. Dengan digunakannya timbangan laboratorium yang peka maka akan
menghindarkan dosis yang tidak tepat (bahaya racun obat dapat diminimalkan).
Apabila takaran obat (misalnya sediaan
tablet) terlalu kecil, maka harus dibuat dengan bahan pengisi atau pengencer
sehingga ukuran dari 1 unit takaran cukup besar untuk diambil dengan ujung
jari, sehingga menghasilkan obat yang mudah
dipakai.
Disamping usaha untuk mendapatkan obat
yang manjur, tidak beracun dan mudah dipakai, bentuk sediaan membutuhkan
hal-hal lain sebagai berikut:
1.
Untuk melindungi zat obat dari pengaruh yang merusak
seperti oksigen dan kelembaban (misalnya tablet salut dan ampul tertutup
rapat).
2.
Untuk melindungi zat obat terhadap pengaruh yang
merusak seperti asam lambung sesudah pemberian oral (misalnya tablet salut
enterik).
3.
Menutupi rasa pahit, asin, atau bau tak enak dari zat
obat (misalnya kapsul, tablet bersalut, sirup-sirup yang diberi pengenak rasa).
4.
Menyediakan sediaan cair dari zat yang tidak larut atau
tidak stabil dalam pembawa yang diinginkan (misalnya suspensi).
5.
Menyediakan sediaan cair yang larut dalam pembawa yang
diinginkan (misalnya larutan).
6.
Menyediakan obat dengan kerja yang luas, dengan cara
mengatur pelepasan obat (misalnya tablet dan kapsul dengan pelepasan obat
diatur).
7.
Mendapatkan kerja yang optimum pada tempat pemberian
secara topikal (misalnya salep, krim, plester, obat mata, obat telinga dan obat
hidung).
8.
Memberikan penempatan obat ke dalam salah satu lubang
tubuh (misalnya suppositoria melalui anus dan ovula melalui vagina).
9.
Memberikan penempatan obat secara langsung ke aliran
darah atau jaringan tubuh (misalnya injeksi).
10. Memberikan
kerja obat yang optimum melalui pengobatan inhalasi (misalnya aerosol).
No comments:
Post a Comment