PENYAKIT ASMA YANG DISEBABKAN OLEH DEBU (ALERGI DEBU)
Nyoya S (55 tahun) didiagnosa oleh
rumah sakit menderita asma yang disebabkan alergi debu. Diagnosa asma pertama
kali pada umur 2 tahun. Baru-baru ini penyakitnya menjadi progresif dan ia
menerima terapi:
·
Kortikosteroid
·
Teosal
PERTANYAAN :
- Apa asma tersebut ?
- bagaimana terjadinya proses asidosis pada pernafasan?
- Pengobatannya?
Kortikosteroid
Mekanisme Kerja
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik
dengan cara kerja dan efek yang sama dengan glukokortikoid. Glukokortikoid
dapat menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan
meningkatkan efek obat beta adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi
mekanisme bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung.
Penggunaan inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan
efek sistemik minimal.
Indikasi
Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang
memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari
penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada
anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien
asma yang dapat diterapi dengan bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien
yang kadang-kadang menggunakan kortikosteroid sistemik atau terapi bronkhitis
non asma.
Efek Samping
Lokal : iritasi tenggorokan, suara
serak, batuk, mulut kering, ruam, pernafasan berbunyi, edema wajah dan sindrom
flu.
Sistemik : depresi fungsi
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA). Terjadinya kematian yang disebabkan oleh
insufisiensi adrenal dan setelah terjadinya peralihan dari kortikosteroid
sistemik ke aerosol.
Kontra Indikasi
Bronkospasma
akut yang membaik, terapi utama pada status asmatikus atau episode asma akut
lain yang memerlukan tindakan intensif, hipersensitif terhadap beberapa
komponen, infeksi jamur sistemik, kultur sputum menunjukkan hasil positif untuk
Candida albicans.
Peringatan
- Infeksi : terjadi infeksi jamur lokal yang disebabkan oleh Candida albicans atau Aspergillus niger pada mulut, faring dan secara umum pada laring. Kejadian infeksi secara klinik masih rendah dan mungkin memerlukan terapi anti jamur atau penghentian terapi aerosol steroid. Penggunaan kortikosteroid inhalasi harus disertai perhatian, termasuk pada pasien dengan infeksi TB saluran pernapasan pasif atau aktif, infeksi bakteri, parasit atau virus, atau herpes simpleks okular.
- Asma akut : golongan kortikosteroid bukan merupakan bronkodilator dan tidak digunakan untuk menghilangkan bronkospama parah.
- Bronkospasma : Bronkospasma dapat terjadi dengan peningkatan mengik (nafas berbunyi) setelah permberian obat, obati segera dengan bronkodilator inhalasi kerja cepat.
- Kombinasi dengan Prednisolon : terapi kombinasi dari kortikosteroid inhalasi dengan kortikosteroid sistemik akan meningkatkan risiko supresi HPA, dibandingkan terapi dengan salah satu obat saja. Penggunaan kortikosteroid inhalasi disertai perhatian pada pasien yang telah menerima prednison.
- Terapi Pengganti : perpindahan dari terapi steroid dapat menyebabkan kekambuhan kondisi alergi yang sebelumnya ditekan. Selama penghentian terapi steroid oral, beberapa pasien mungkin mengalami gejala-gejala tertentu yang berhubungan dengan penghentian obat tanpa mempengaruhi efek fungsi pernapasan pada dosis pemeliharaan atau perawatan.
- Kehamilan : kategori C ; budesonid kategori B .
- Kehamilan : Glukokortikoid diekskresikan pada air susu. Tidak diketahui apakah kortikosteroid inhalasi juga dieksresikan pada air susu, kemungkinan besar terekskresi ke dalam air susu.
- Anak-anak : belum ada informasi yang memadai tentang keamanan penggunaan flutikason dan beklometason pada anak-anak kurang dari 6 tahun atau kurang dari 12 tahun. Monitor pertumbuhan anak-anak dan remaja karena ada bukti bahwa penggunaan kortikosteroid dosis tinggi pada waktu yang lama akan menekan pertumbuhan.
Perhatian
- Penghentian steroid : selama penghentian steroid oral, beberapa pasien mungkin mengalami gejala penghentian terapi aktif dengan steroid sistemik (seperti contoh : sakit sendi atau otot, lelah, depresi) tanpa mempengaruhi efek fungsi pernapasan pada dosis pemeliharaan atau perawatan. Meskipun gejala ini bersifat sementara dan tidak parah, dapat menimbulkan keparahan dan bahkan kekambuhan asma jika dosis kortikosteroid sebelumnya melebihi dosis prednison 10mg/hari atau ekivalen.
- Supresi HPA : Pada pasien yang responsif, kortikosteroid inhalasi memerlukan kontrol gejala asma dengan supresi HPA yang rendah. Karena obat-obat ini diabsorbsi dan bersifat aktif secara sistemik, efek yang bermanfaat dalam meminimaliskan atau mencegah disfungsi HPA hanya mungkin jika dosis yang direkomendasi tidak dilampaui. Observasi pasien setelah pemakaian atau selama terjadi penurunan fungsi adrenal.
- Flunisolid : karena ada kemungkinan absorpsi sistemik yang lebih tinggi, monitor pasien yang menggunakan flunisolid (ada beberapa bukti terjadi efek steroid sistemik). Jika hal ini terjadi, hentikan penggunaan obat secara perlahan, sesuai dengan prosedur penghentian kortikosteroid oral. Jika flunisolid digunakan dalam waktu yang lama dengan dosis 2 mg/hari, monitoring pasien secara periodik terhadap efek HPA.
- Glukoma : jarang terjadi kasus glukoma, peningkatan tekanan intraokular dan katarak juga terjadi setelah pemberian kortikosteroid inhalasi.
- Efek jangka panjang : efek pemakaian glukokortikoid inhalasi belum diketahui. Meski belum ada bukti klinik terjadinya efek samping, efek lokal dan sistemik dari proses imunologi pada mulut, faring, trakea dan paru-paru belum diketahui.
Teofilin
Dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian dosis
berdasarkan respon klinik dan perkembangan pada fungsi paru-paru. Dosis
ekivalen berdasarkan teofilin anhidrat yang dikandung. Monitor level serum
untuk level terapi dari 10-20 mcg/mL.
Berikut adalah dosis yang direkomendasikan untuk pasien yang belum
menggunakan teofilin.
- Terapi Kronis
- Dosis awal : 16 mg/kg dalam 24 jam atau 400 mg dalam sehari, yang dibatasi dengan pemberian teofilin anhidrous dalam interval 6-8 jam.
- Peningkatan dosis : dosis di atas dapat ditingkatkan menjadi 25% dengan interval 3 hari sebagaimana dapat ditoleransi sampai dosis maksimum tercapai.
- Dosis maksimum (bila konsentrasi serum tidak diukur) – jangan dipertahankan bila dosis tidak dapat ditoleransi
Efek Samping
Reaksi
efek samping jarang terjadi pada level serum teofilin yang < 20 mcg/mL. Pada
level lebih dari 20 mcg/mL : mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia,
iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL : hiperglisemia, hipotensi,
aritmia jantung, takikardia (lebih besar dari 10 mcg/mL pada bayi prematur),
seizure, kerusakan otak dan kematian.
Lain – lain : demam, wajah
kemerah-merahan, hiperglikemia, sindrom ketidaksesuaian dengan hormon
antiduretik, ruam, kerontokan pada rambut. Etildiamin pada aminofilin dapat
menyebabkan reaksi sensitivitas termasuk dermatitis eksfoliatif dan urtikaria.
Saluran Pencernaan : mual,
muntah, sakit epigastrik, hematemesis, diare, iritasi rektum atau pendarahan
(karena penggunaan supositoria aminofilin). Dosis terapetik teofilin dapat
menginduksi refluks esofageal selama tidur atau berbaring, meningkatkan potensi
terjadinya aspirasi yang dapat memperparah bronkospasmus.
Ginjal : proteinuria, potensiasi
diuresis.
Respiratori: takhipnea, henti
nafas.
Kontra
Indikasi
Hipersensitivitas
terhadap semua xantin, peptik ulser, mengalami gangguan seizure (kecuali
menerima obat-obat antikonvulsan yang sesuai). Aminofilin : hipersensitif
terhadap etilendiamin. Supositoria aminofilin : iritasi atau infeksi dari
rektum atau kolon bagian bawah.
Peringatan
Status asmatikus : status
asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon
terhadap dosis umum bronkodilator. Sediaan teofilin oral tunggal tidak cukup
untuk status asma.
Toksisitas : dosis berlebihan
dapat menyebabkan toksisitas parah, monitor level serum untuk memastikan
manfaat lebih besar daripada risiko. Efek samping serius seperti aritmia
ventrikular, konvulsi atau bahkan kematian dapat timbul sebagai tanda awal
keracunan tanpa ada peringatan awal. Tanda keracunan selanjutnya (mual dan tidak
bisa beristirahat) dapat sering timbul saat awal terapi yang bersifat
sementara; jika gejala-gejala ini masih ada selama terapi perawatan, hal ini
mungkin disebabkan oleh konsentrasi serum yang lebih besar dari 20mcg/mL.
Toksisitas serius tidak berhubungan dengan efek samping yang menjadi parah.
Efek pada Jantung : teofilin
dapat menyebabkan disaritmia atau memperparah aritmia yang ada.
Kehamilan : Kategori C
Laktasi : Teofilin terdistribusi ke
dalam air susu.
Anak-anak : belum ada penelitian
yang mendukung untuk bayi di bawah 1 tahun, bagaimanapun, ada bukti yang
menunjukkan bahwa penggunaan dosis yang direkomendasikan untuk bayi di atas 1
tahun mungkin meningkatkan konsentrasi ke tingkatan toksik.
Perhatian
Perhatian untuk penyakit jantung,
hipoksemia, penyakit hati, hipertensi, gagal jantung kongestif, pecandu
alkohol, pasien lanjut usia dan bayi.
Efek pada saluran pencernaan :
perhatian untuk pasien peptik ulser, iritasi lokal mungkin terjadi, efek
saluran pencernaan akan meningkat secara sistemik untuk level serum yang lebih
tinggi dari 20 mcg/mL. Penurunan tekanan pada esofageal bawah dapat menyebabkan
refluks, aspirasi dan memperparah kerusakan saluran pernapasan.
Interaksi Secara Umum
Obat
yang dapat menurunkan kadar teofilin termasuk aminoglutetimida, barbiturat,
hidantoin, ketokonazol, rifampin, perokok, sulfinperazon, simpatomimetik
(β-agonis), tioamin, karbamazepin, isoniazida dan diuretik kuat. Obat yang dapat meningkatkan kadar teofilin
termasuk alopurinol, beta bloker non selektif, penghambat saluran kalsium,
simetidin, kontrasepsi oral, kortikosteroid, disulfiram, efedrin, vaksin virus
influenza, interferon, makrolida, meksiletin, kuinolon, tiabendazol, hormon
tiroid, karbamazepin, isoniazid dan diuretik kuat.
Obat-obat
berikut dapat dipengaruhi oleh teofilin : benzodiazepin, β agonis, halotan,
ketamin, lithium, relaksan otot non depolarisasi, propofol, ranitidin dan
tetrasiklin. Probenesid akan meningkatkan efek difilin.
Interaksi Obat dengan Makanan :
eleminasi teofilin akan meningkat (mempersingkat waktu paruh) oleh karbohidrat
rendah dan diet protein tinggi. Kebalikannya, eleminasi menurun (memperpanjang
waktu paruh) dengan diet protein karbohidrat tinggi. Makanan akan mempengaruhi
bioavailabilitas dan absorpsi sediaan – sediaan lepas lambat. Beberapa sediaan
lepas lambat akan dilepaskan secara cepat karena pengaruh makanan sehingga akan
menyebabkan toksisitas.
Salbutamol
Pengobatan
dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh
Efek samping
- Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia
- Endocrine metabolic : Hipokalemia
- Neurologic : Tremor
- Psychiatric : Nervousness
- efek samping yang cukup parah meliputi : Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome.
- Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi.
- Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan.
- Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane).
- Penurunan efek: Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi CYP3Blocker (contohnya: Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol.
- Level/efek Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, A4
No comments:
Post a Comment