OSTEOPOROSIS
a) Defenisi
Osteoporosis adalah
penyakit tulang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan jaringan
tulang yang berakibat pada kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko fraktur.
Penyakit osteoporosis terjadi ketika tubuh kehilangan tulang lebih cepat
daripada yang dapat membentuk tulang baru. WHO mengklasifikasikan massa tulang
dengan dasar skor T. Skor T adalah bilangan devariasi standar dari densitas
mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD). Massa tulang normal memiliki skor T
lebih besar dari -1.
b) Etiologi
- Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan esterogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangukatan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita usia 51-75 tahun.
- Osteoporosis senilis terjadi akibat kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia lanjut dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dengan pembentukan tulang baru. Biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
- Osteoporosis sekunder, disebabkan oleh pengobatan tertentu dan penyakit dan mempengaruhi kedua tipe tulang.
c) Patofisiologi
·
Penurunan Transforming Growth Faktor β
yang berkaitan dengan berkurangnya esterogen meningkatkan aktivitas
osteoporosis.
·
Hilangnya massa tulang terkait usia diakibatkan meningkatnya resopsi tulang.
Penuaan juga meningkatkan resiko fraktur karena kondisi comorbid, kerusakan
kongitif, pengobatan, massa penyembuhan, asupan kalsium yang tidak cukup, serta
asupan dan absopsi vitamin D yang tidak cukup.
·
Kejadian osteporosis lebih rendah
terjadi pada pria dapat disebabkan oleh puncak BMD yang lebih tinggi, kecepatan
hilangnya massa tulang lebih rendah setelah puncak, harapan hidup yang lebih
pendek, lebih jarang mengalami jatuh, dan perhentian hormon produksi yang lebih
bertahap.
·
Osteoporosis yang diinduksi obat dapat
disebabkan kortikosteroid sistemik (prednison dengan dosis lebih besar dari 7,5
mg/hari), penggantian hormon tiroid, beberapa obat antiepilepsi (fenetoin,
fenobarbital) dan penggunaan heparin dalam jangka panjang (lebih besar dari
15000 hingga 30000 unit).
Faktor Resiko
1. Wanita
Hal
ini disebabkan pengaruh hormon esterogen yang mulai menurun kadarnya dalam
tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita mengalami monopouse yang dapay
terjadi di usia 45 tahun.
2. Usia
Seiring
dengan bertambahnya usia. Fungsi organ tubuh mulai menurun. Pada usia 75-85
wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami
kehilangan tulang trebekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun.
3. Keturunan
Osteoporosis
menyerang penderita dengan karakteristik tulang tetentu, seperti kesamaan
perawakan tulang dan bentuk tulang tubuh.
4. Gaya
Hidup Kurang Baik
Malas
berolahraga, merokok, dan kurangnya kalsium.
5. Mengkonsumsi
Obat
obat kortikosteroid
sistemik (prednison dengan dosis lebih besar dari 7,5 mg/hari), penggantian hormon
tiroid, beberapa obat antiepilepsi (fenetoin, fenobarbital) dan penggunaan
heparin dalam jangka panjang (lebih besar dari 15000 hingga 30000 unit).
g) Manifestasi
klinik
Manifekstasi umum
osteoporosis meliputi penurunan tinggi badan, kifosis, lordosis, nyeri pada
tulang, atau fraktur, biasanya pada vetebra, pinggul, atau lengan bagian bawah.
Fraktur pada vetebra merupakan hal yang paling sering terjadi, dan fraktur
multiple dapat berakibat pada kifosis dorsaldan lordosis. Kolaps atau kerapuhan
vetebra jarang mengakibatkan kompresi ikatan spinal.
Nyeri fraktur akut
biasanya dapat diatasi 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur kronis dimanifestasikan
sebagai rasa nyeri yang dalam dan dekat dengan tempat patahan
d) Terapi
farmakologi
1. Terapi
Resorbsi
a. Kalsium
b. Vitamin
d dan metabolit
c. Bifosfonat
d. Selective
esterogen receptor modulators (serms)
e. Kalsitonin
f. Esterogen
dan terapi hormonal
g. Fitoesterogen
h. Testosteron
dan steroid anabolik.
2. Terapi
Pembentukan Tulang
Teriparatide (hormon
paratiroid)
i)
Terapi non farmakologi
·
Semua individu harus memiliki menu yang
seimbang dengan asupan kalsium dan vit D yang mencukupi. Jika asupan makanan
tidak mencukupi, diperlukan suplement kalsium.
·
Berhenti merokok meningkatkan BMD,
sedangkan jika merokok terus dilakukan akan menurunkan BMD dan meningkatkan
resikonfraktur.
No comments:
Post a Comment