Batasan
Ikterus
Kolestatik atau ikterus obstruktif merupakan perubahan warna plasma, kulit dan
selaput lendir berkisar dari kuning-jingga muda sampai kuning-hijau bila
terjadi obstruksi total aliran empedu. Kolestatis dapat bersifat intrahepatik
(mengenai sel hati, kanalikuli, atau kolangiola) atau ekstrahepatik (mengenai
saluran empedu di luar hati) (1).
Penyebab
tersering kolestatis ekstrahepatik adalah sumbatan batu empedu, biasanya pada
ujung bawah duktus koledokus; karsinoma kaput pankreas dapat pula menyebabkan
tekanan pada duktus koledokus dari luar; juga karsinoma ampula Vateri (1).
2.2 Patofisiologi
Pada
individu normal, sekitar 85% bilirubin terbentuk dari pemecahan sel darah merah
tua dalam sistem monosit makrofag. Masa hidup rata-rata sel darah merah adalah
120 hari. Setiap hari sekitar 50 ml darah dihancurkan, menghasilkan 200-250 mg
bilirubin. Kini diketahui bahwa sekitar 15% pigmen empedu total tidak
bergantung pada mekanisme ini, tetapi berasal dari destruksi sel eritrosit
matang dalam sumsum tulang (hematopoiesis tak efektif) dan dari hemoprotein
lain, terutama dari hati (1).
Pada
katabolisme hemoglobin (terutama terjadi dalam limpa), globulin mula-mula
dipisahkan dari hem, setelah itu hem diubah menjadi biliverdin. Bilirubin tak
terkonjugasi kemudian dibentuk dari biliverdin. Bilirubin tak terkonjugasi
berikatan lemah dengan labumin, diangkut oleh darah ke sel-sel hati.
Metabolisme bilirubin oleh sel hati berlangsung dalam tiga langkah,
pengambilan, konjugasi, dan ekskresi (1).
Penyebab ikterus yang umum
adalah (2):
1. Meningkatnya pemecahan sel darah merah
dan pelepasan bilirubin yang cepat ke
dalam darah.
2. Sumbatan duktus biliaris atau kerusakan
sel hati sehingga jumlah bilirubin yang biasa sekalipun tidak dapat diekresikan
ke dalam saluran pencernaan.
Dua tipe ikterus ini disebut, berturut-turut
ikterus hemolitik dan ikterus obstruktif. Keduanya berbeda satu samalain dalam
cara berikut:
Ikterus Hemolitik
Pada ikterus hemolitik, fungsi
ekskresi hatinya hanya terganggu sedikit, tapi sel darah merah dihemolisis
dengan cepat dan sel hati tidak dapat mengekskresikan bilirubin secepat
pembentukannya. Oleh karena itu, konsentrasi plasma bilirubin bebas meningkat
di atas nilai normal. Juga, kecepatan pembentukan urobilinogen dalam usus
sangat meningkat, dan sebagian besar urobilinogen diabsorbsi ke dalam darah dan
akhirnya diekskresikan ke dalam urin.
Ikterus
Obstruktif
Ikterus obstruktif, disebabkan
oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering juga terjadi bila sebuah batu
empedu atau kanker menutupi duktus koledoktus) atau kerusakan sel hati (yang
terjadi pada hepatitis), kecepatan pembentukan bilirubin adalah normal, tapi
bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus. Bilirubin
bebas biasanya masih masuk ke sel hati dan dikonjugasi dengan cara yang biasa.
Bilirubin terkonjugasi ini kemudian kembali ke dalam darah, mungkin karena
pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung dan pengosongan langsung ke
saluran limfe yang meninggalkan hati. Dengan demikian, kebanyakan bilirubin
dalam plasma menjadi bilirubin terkonjugasi dan bukan bilirubin bebas.
2.3 Gejala Klinis (3)
Adanya keluhan sakit perut atau kulit dan disertai
gangguan pencernaan lama sebelumnya, yang diperberat oleh makan-makanan yang
berlemak disertai dengan rasa penuh, kembung dan panas di perut serta sukar
buang air besar, harus dipikirkan kemungkinan penyebab batu di saluran empedu.
Keluhan air seni yang berwarna gelap merupakan tanda permulaan ikterus. Warna tinja
juga perlu mendapatkan perhatian, misalnya warna yang akholik pada pasien
ikterus obstruktif ekstrahepatik.
2.4 Anamnesis (3)
Anamnesa yang terperinci perlu
untuk mengetahui bagaimana mulainya penyakit, adakah keluhan sakit perut atau
kulit, apakah pasien pernah berhubungan dengan orang sakit kuning sebelumnya,
apakah pernah mendapatkan suntikan, adakh gejala demam atu memakan obat-obatan
sebelumnya, dan lain-lain. Apakah pasien mengalami keluhan atau gejala
prodermal seperti lemas, tidak nafsu makan, mual, mencret, nyeri ulu hati,
sakit-sakit di otot, meriang atau menggigil beberapa hari sebelum kulit
berwarna kuning. Jika ada maka hepatitis viral aktif perlu dicurigai. Jika
periode praikterik berlangsung lebih lama atau lebih dari bebeapa minggu atau
bulan, maka sub akut hepatik nekrosis harus dicurigai.
2.5 Pemeriksaan (3)
Pada pemeriksaan fisis teraba massa kantung
empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal (tanda Murphy).
Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin <4,0
mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi perlu diperkirakan adanya batu pada
saluran empedu ekstrahepatik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
leukositosis serta peninggian serum transaminase dan fosfatase alkali. Apabila
keluhan nyeri bertambah hebat disertai suhu tinggi dan menggigil serta
leukositosis berat, kemungkinan terjadi empidema dan perforasi kantung empedu
perlu dipertimbangkan.
2.6 Diagnosa
Pada kebanyakan pasien
ikterus, dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang diteliti ditambah dengan
pemeriksaan labor yang seerhana, diagnosis sudah dapat ditegakkan. Namun tidak
jarang diagnosis pasti sukar ditetapkan sehingga perlu diperkirakan berbagai pemeriksaan
lanjutan.
Perbedaan
diagnostik antara ikterus hemolitik dan ikterus obstruktif (2):
Ï Uji
laboratorium kimi dapat dipakai untuk membedakan bilirubin bebas dari bilirubin
terkonjugasi dalam plasma. Pada ikterus hemolitik, hampir semua bilirubin dalam
bentuk bebas. Pada ikterus obstruktif, bilirubin terutama dalam bentuk terkonjugasi,
suatu uji yang disebut reaksi Van den Berg dapat digunakan untuk membedakan
keduanya. Bila terdapat obstruksi total aliran empedu, tidak ada bilirubin yang
dapat mencapai usus untuk diubah menjadi urobilinogen oleh bakteri. Oleh karena
itu, tidak ada urobilinogen yang diabsorbsi ke dalam darahdan tidak ada yang
dikeluarkan ginjal ke dalam urin. Akibatnya pada ikterus obstruksi total, uji
untuk urobilinogen dalam urin adalah negatif. Juga feses berwarna seperti
dempul karena kurangnya sterkobilin dan pigmen empedu lainnya.
Ï Perbedaan
penting lain antara bilirubin bebas dan terkonjugasi adalah bahwa ginjal dapat
mengeluarkan sejumlah kecil bilirubin terkonjugasi dengan kelarutan tinggi
tetapi bukan ikatan albumin bilirubin bebas. Oleh karena itu, pada ikterus
obstruktif berat sejumlah bilirubin terkonjugasi yang bermakna terlihat dalam
urin. Keadaan ini dapat diperlihatkan hanya dengan mengocok urin dan mengamati
busanya yang menjadi berwarna sangat kuning.
2.7 Penatalaksanaan (3)
Konservatif
pada keadaan akut
1. Bila penyakit berat, pasien perlu dirawat
dan diberi cairan infus.
2. Istirahat baring.
3. Puasa, pasang pipa nasogastrik.
4. Analgesik, antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Price, S.A.,
dan L. M. Wilson., Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Jilid 1, Edisi 4, Terjemahan Peter Anugerah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995. Hal 435
2.
Guyton and Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
terjemahan Irawati Sertiawan, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta, 1997.Hal
1108
3. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
Edisi II, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
1987.
4. Anonim,
AHFS: Drug Information, American
Society of Health System Pharmacists, USA, 1995. Hal.2508, 2536
5. Dollery,
C., Therapeutic Drugs, Churcill
Living Stone, New York,
1991. Hal.C.98-101, U.13
6.
Vermuelen, L., G. DeMuri, D. Maki, G. Mejicano, E.
Smith, C. Spiegel, and T. Rough, Antimicrobial
Use Guidelines, Twelfth Ed., Farmedia, Jakarta, 2000, Hal.13
7. Formularium
Rumah Sakit M. Djamil,
Padang, 2003
8.
Drug Evaluation
Annual 1991, AMA Drug, 1986.
9.
Stockley, I.H., Drug
Interactions, Third Edition, Balckwell Science, London, 1994.
10. Formularium
Rumah Sakit M. Djamil,
Padang, 2003.
No comments:
Post a Comment