SECONDARY
AMENORRHOE
Amenorrhoe adalah tidak adanya periode menstruasi, baik secara permanen
atau sementara. Amenorrhoe dapat diklasifikasikan atas primary amenorrhoe dan
secondary amenorrhoe. Primary amenorrhoe adalah periode menstruasi yang tidak
pernah dimulai (berdasarkan umur 16 tahun), sedangkan secondary amenorrhoe
adalah berhentinya haid selama 6 bulan atau lebih
pada wanita yang sudah pernah mengalami haid, dan bukan pada wanita yang hamil, menyusui, ataupun menopause.
Angka kejadian secondary amenorrhoe sekitar 1-3 persen pada wanita usia reproduksi.
Faktor
Risiko
Wanita yang mengkonsumsi pil kontrasepsi atau menerima terapi hormon,
seperti Depo-Provera, dapat mengalami amenorrhoe. Saat terapi hormon tersebut
dihentikan, amenorrhoe dapat berlanjut hingga 6 bulan kemudian atau lebih.
Faktor risiko terjadinya amenorrhoe pada wanita, antara lain:
1.
Obesitas.
2.
Kadar lemak
tubuh kurang dari 15-17%.
3.
Penurunan
berat badan yang drastis (misalnya setelah melakukan diet ekstrim atau post
operative gastric bypass.
4.
Kecemasan dan
stres emosional.
5.
Olahraga yang
berlebihan dalam jangka waktu lama.
6.
Tumor otak
(pituitary).
7.
Kemoterapi
kanker.
8.
Penggunaan
obat-obat antipsikosis.
9.
Hipertiroid.
10. Sindrom ovarium polikistik.
11. Penurunan fungsi ovarium.
12. Kegagalan dilasi dan kuretase yang dapat menyebabkan
sindrom asherman.
Manifestasi
Klinis
Selain tidak datangnya haid, gejala lain yang muncul di antaranya adalah:
1.
Perubahan ukuran
payudara
2.
Peningkatan
atau penurunan berat badan
3.
Galactorrhea
4.
Hirsutism dan
acne
5.
Vagina kering
6.
Perubahan
suara
Jika amenorrhoe disebabkan oleh tumor pituitary, gejala lain yang
disebabkan oleh tumor, seperti gangguan penglihatan dan sakit kepala.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul, dan tes kehamilan harus dilakukan untuk menjauhkan dari
diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormon,
antara lain:
1.
Follicle stimulating hormone (FSH)
2.
Luteinizing hormone (LH)
3.
Prolactin hormone (hormon prolaktin)
4.
Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron)
5.
Thyroid stimulating hormone (TSH)
Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
1.
Biopsi endometrium
2.
Tes genetik
3.
CT-Scan atau MRI untuk mendeteksi tumor di otak
4.
Ultrasound pelvis
atau hysterosonogram
Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada secondary amenorrhoe adalah untuk meredakan gejala
ketidakseimbangan hormon, untuk mengembalikan siklus normal menstruasi,
mencegah komplikasi yang terkait dengan amenorrhoe, dan/atau untuk mencapai
kesuburan, walaupun tidak semua tujuan dapat dicapai dalam setiap kasus.
Penatalaksanaan secondary amenorrhoe tergantung pada penyebabnya. Misalnya, jika penyebab amenorrhoe
sekunder adalah hipotiroid (hypothyroidism), maka pengobatannya adalah dengan pemberian preparat hormon tiroid. Siklus
haid akan kembali normal setelah terapi dilakukan.
Dalam kasus-kasus di mana kelainan genetik atau anatomi adalah penyebab
amenorrhoe (biasanya amenorrhoe primer), operasi mungkin dianjurkan untuk
mengoreksi kelainan anatomi.
Amenorrhoe hipotalamus yang berhubungan dengan penurunan berat badan,
olahraga berlebihan, penyakit fisik, atau stres emosional biasanya dapat
diperbaiki dengan mengatasi penyebab yang mendasari. Misalnya, berat badan dan
pengurangan intensitas latihan biasanya dapat mengembalikan periode menstruasi
pada wanita yang telah mengalami amenorrhoe karena berat badan atau terlalu
latihan intensif, yang tidak memiliki tambahan penyebab amenorrhoe. Dalam
beberapa kasus, konseling gizi mungkin bermanfaat.
Dalam kegagalan ovarium prematur, terapi hormon mungkin direkomendasikan
baik untuk menghindari gejala tidak menyenangkan dari deplesi estrogen serta
mencegah komplikasi (lihat di bawah) tingkat estrogen yang rendah seperti
osteoporosis. Hal ini mungkin terdiri dari pil kontrasepsi oral untuk para
wanita yang tidak hamil keinginan atau estrogen alternatif dan obat
progesteron. Sementara terapi hormon pascamenopause telah dikaitkan dengan
resiko kesehatan tertentu pada wanita yang lebih tua, wanita muda dengan
kegagalan ovarium prematur bisa mendapatkan keuntungan dari terapi ini untuk
mencegah osteoporosis.
Pada wanita dengan PCOS (polycystic ovary syndrome), bisa dilakukan
perawatan yang mengurangi tingkat atau aktivitas hormon laki-laki, atau androgen.
Obat agonis dopamin seperti bromocriptine (Parlodel) dapat menurunkan
kadar prolaktin tinggi, yang mungkin bertanggung jawab untuk amenorrhoe.
Akibatnya, perlu penyesuaian dosis untuk obat tersebut.
Dengan bantuan teknologi reproduksi dan pemberian obat gonadotropin (obat
yang merangsang pematangan folikel di ovarium), dapat sesuai untuk wanita
dengan beberapa jenis amenorrhoe yang ingin mencoba menjadi hamil.
Prognosis
No comments:
Post a Comment