ERITROMISIN
Farmakologi kategori :
antibiotik makrolida, bahteristatik.
: merupakan antibiotik spektrum luas yang
aktif melawan bahteri gram positif dan gram negatif, mycoplasma, clamidiae,
triponemas dan rickettsiae. Eritromisin sangat aktif terhadap grup A
streptokokus ( Bahteri gram (+) aerob),
streptokokus pneumonia, MRSA dan merupakan drug of choice untuk Corinebacterium diphtheriae. Untuk gram
negatif aerob first choice drug untuk Compilobacter
jejuni, Bordetela pertusis (batuk) dan merupakan alternatif untuk Haemophilus ducreyi, Maraxella
cattarhalis. Eritromisin mempunyai
aktivitas yang lemah terhadap H.
Influenzae. Enterobacteriae ( seperti Escherichia coli, Klesiella spp, etc
) adalah resisten ( Reese E.Rhicard,
2000)
Farmakokinetik : absorpsi ; merupakan asam lemah
yang diserap secara cepat di saluran cerna, membentuk metabolit inaktif yang
berkontribusi besar terhadap efek samping di saluran cerna. Akibatnya
tergantung bentuk garamnya absorpsi di saluran cerna sulit diprediksi ( 35 ± 25 % ). Makanan dapat mengurangi
absorpsi eritromisin di saluran cerna. Pada anak, studi menunjukkan eritromisin
estolate paling bagus biovaibilitynya dibanding eritromisin ethylsuccinat. 4
jam setelah pemberian oral dengan dosis 500 mg menghasilkan puncak
konsentrasi 1- 2 µg/ml. T ½ eliminasi serum
kira-kira 1 – 2 jam, dan bertahan sampai 6 jam.
Indikasi : eritromisin merupakan
drug of choice pada infeksi berikut : Mycoplasma
pneumoniae, Lagienella infeksi, Chlamydia trachomatitis pneumonia, batuk
pertusis, Haemophilus ducreyi, Ureaplasma urealyticum infeksi (
seperti uretritis).
Eritromisin
juga digunakan sebagai alternatif pada pasien alergi penisilin pada kondisi sbb
: 1. Infeksi saluran nafas atas Grup A Stapilokokus. 2. Streptococcus pneumoniae 3. Superfisial minor staphylococal infeksi
kulit.4. Rheumatic fever profilaksis.
Dosis oral : dosis umum Bentuk basa : 30 – 50 mg/ kg/hari dibagi
dalam 2 -4 dosis maximum 2 gram/hari. Dalam bentuk ethylsuccinat : 30 – 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 – 4 kali maximum 2 gram/hari.
Stearat : 30 – 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 – 4 dosis maximum 2 gram/hari.
Untuk indikasi spesifik streptococal 20
mg ( base) /kg/hari atau 40 mg ( ethynilsucinat)/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
selama 10 hari.
Mekanisme kerja : menghambat RNA dependent pada sintesa protein pada tahap
perpanjangan rantai protein dengan berikatan pada 50 S ribosom sub unit sehingga memblok transpeptidase.
Toxicitas dan Efek
samping : pada GI sering menyebabkan diare, walau dapat diminimalisir dengan
pemberian bersama makanan. Mual, muntah akibat motilitas GI juga disebabkan oleh
penggunaan eritromisin.
Reaksi
alergi juga pernah dilaporkan (0,5 – 2 % ).
Cholestatic Hepatic walaupun jarang,
meskipun berhubungan dengan bentuk garam dari eritromisin ( estolat) pernah
dilaporkan , biasanya terlihat setelah pemakaian 10 hari terapi. Bentuk garam
yang lain juga dapat terjadi. ( Reese E.Rhicard, 2000)
Drug Interaction : eritromisin menghambat metabolisme
beberapa obat, kemungkinan dengan
penghambatan dengan sistem sitokrom P450 enzim, sehingga dapat meningkatkan
level konsentrasi darah teofilin, warfarin, carbamazepin, siklosporin,
triazolam dan bronkripitin. Digoxin. Eritromisin dapat mengubah absorpsi digoxin. Pada
beberapa pasien, efek penghambatan satu atau lebih bahteri usus dapat
menghancurkan bentuk sediaan digoxin sebelum sempat di absorpsi.
No comments:
Post a Comment