Saturday, June 27, 2015

metoclopramid



 Metoclopramid
Anti emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik golongan opiat, anestesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) atau migren.

Mekanisme Kerja:
Merupakan golongan antagonis Dopamin bekerja di otak dan digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah karena penyakit kanker, sakit karena radiasi, obat golongan opiat, obat cytotoxic dan anestesi umum. Metoclopramide juga bekerja pada saluran pencernaan sebagai prokinetik, dan ini berguna pada penyakit saluran cerna, tetapi kurang berguna pada rasa ingin muntah karena obat cytoxic dan setelah operasi.

Farmakologi:
Kerja dari metoklopramida pada saluran cerna bagian atas mirip dengan obat kolinergik, tetapi tidak seperti obat koliergik, metoklopramida tidak dapat menstimulasi sekresi dari lambung, empedu atau pankreas, dan tidak dapat mempengaruhi konsentrasi gastrin serum.Cara kerja dari obat ini tidak jelas, kemungkinan bekerja pada jaringan yang peka terhadap asetilkolin.Efek dari metoklopramida pada motilitas usus tidak tergantung pada persarafan nervus vagus, tetapi dihambat oleh obat-obat antikolinergik.Metoklopramida dapat meningkatkan tonus dan amplitudo pada kontraksi lambung (terutama pada bagian antrum), merelaksasi sfingter pilorus dan bulbus duodenum, serta meningkatkan paristaltik dari duodenum dan jejunum sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung dan usus.Mekanisme yang pasti dari sifat antiemetik metoklopramida tidak jelas, tapi mempengaruhi secara langsung CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu dengan menghambat reseptor dopamin pada CTZ.Metoklopramida meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen dari gastrointestinal ke pusat muntah pada formatio reticularis lateralis.

Indikasi:
  • Untuk meringankan (mengurangi simptom diabetik gastroparesis akut dan yang kambuh kembali).
  • Juga digunakan untuk menanggulangi mual, muntah metabolik karena obat sesudah operasi.
  • Rasa terbakar yang berhubungan dengan refluks esofagitis.
  • Tidak untuk mencegah motion sickness.
Kontraindikasi:
  • Penderita gastrointestinal hemorrhage, obstruksi mekanik atau perforasi.
  • Penderita pheochromocytoma.
  • Penderita yang sensitif terhadap obat ini.
  • Penderita epilepsi atau pasien yang menerima obat-obat yang dapat menyebabkan reaksi ekstrapiramidal.
Dosis:
Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1 tablet (1 tablet = 10 mg)
Anak-anak usia 5-14 tahun : sehari 3 kali ¼ – ½ tablet (1 tablet = 10 mg)
Diberikan 30 menit sebelum makan dan waktu mau tidur.
Atau menurut petunjuk dokter.
Efek samping:
  • Efek SSP: kegelisahan, kantuk, kelelahan dan kelemahan.
  • Reaksi ekstrapiramidal: reaksi distonik akut.
  • Gangguan endokrin: galaktore, amenore, ginekomastia, impoten sekunder, hiperprolaktinemia.
  • Efek pada kardiovaskular: hipotensi, hipertensi supraventrikular, takikardia dan bradikardia.
  • Efek pada gastrointestinal: mual dan gangguan perut terutama diare.
  • Efek pada hati: hepatotoksisitas.
  • Efek pada ginjal: sering buang air, inkontinensi.
  • Efek pada hematologik: neutropenia, leukopenia, agranulositosis.
  • Reaksi alergi: gatal-gatal, urtikaria dan bronkospasme khususnya penderita asma.
  • Efek lain: gangguan penglihatan, porfiria, Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS).
Over dosis:
Gejala yang timbul: kegelisahan, disorientasi dan reaksi ekstrapiramidal.
Peringatan dan perhatian:
  • Sebaiknya tidak diberikan pada trimester pertama kehamilan karena belum terbukti keamanannya.
  • Tidak boleh diberikan bersama dengan obat golongan fenotiazina di mana akan timbul gejala ekstrapiramidal.
  • Penderita yang hipersensitif terhadap prokain dan prokainamida kemungkinan juga hipersensitif terhadap obat ini.
  • Dosis harap dikurangi pada penderita dengan gangguan renal karena dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
  • Hati-hati bila diberikan pada orang lanjut usia dan anak kecil.
  • Hati-hati pemakaian pada ibu menyusui dan pasien yang membutuhkan kewaspadaan dalam menjalankan aktivitasnya seperti mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Interaksi obat:
  • Efek metoklopramida pada motilitas gastrointestinal diantagonis oleh obat-obat antikolinergik dan analgesik narkotik.
  • Efek aditif dapat terjadi bila metoklopramida diberikan bersama dengan alkohol, hipnotik, sedatif, narkotika atau tranquilizer.
  • Absorpsi obat tertentu pada lambung dapat dihambat oleh metoklopramida misalnya digoksin.
  • Kecepatan absorpsi obat pada small bowel dapat meningkat dengan adanya metoklopramida misalnya: asetaminofen, tetrasiklin, levodopa, etanol dan siklosporin.
  • Metoklopramida akan mempengaruhi pengosongan makanan dalam lambung ke dalam usus menjadi lebih lambat sehingga absorpsi makanan berkurang dan menimbulkan hipoglikemia pada pasien diabetes. Oleh karenanya perlu pengaturan dosis dan waktu pemberian insulin dengan tepat.
 

No comments:

Post a Comment