Monday, June 29, 2015

OSTEOPOROSIS



OSTEOPOROSIS
a)      Defenisi
Osteoporosis adalah penyakit tulang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan jaringan tulang yang berakibat pada kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko fraktur. Penyakit osteoporosis terjadi ketika tubuh kehilangan tulang lebih cepat daripada yang dapat membentuk tulang baru. WHO mengklasifikasikan massa tulang dengan dasar skor T. Skor T adalah bilangan devariasi standar dari densitas mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD). Massa tulang normal memiliki skor T lebih besar dari -1.
b)      Etiologi
  • Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan esterogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangukatan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita usia 51-75 tahun.
  • Osteoporosis senilis terjadi akibat kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia lanjut dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dengan pembentukan tulang baru. Biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
  • Osteoporosis sekunder, disebabkan oleh pengobatan tertentu dan penyakit dan mempengaruhi kedua tipe tulang.
c)       Patofisiologi
·         Penurunan Transforming Growth Faktor β yang berkaitan dengan berkurangnya esterogen meningkatkan aktivitas osteoporosis.
·         Hilangnya massa tulang terkait usia  diakibatkan meningkatnya resopsi tulang. Penuaan juga meningkatkan resiko fraktur karena kondisi comorbid, kerusakan kongitif, pengobatan, massa penyembuhan, asupan kalsium yang tidak cukup, serta asupan dan absopsi vitamin D yang tidak cukup.
·         Kejadian osteporosis lebih rendah terjadi pada pria dapat disebabkan oleh puncak BMD yang lebih tinggi, kecepatan hilangnya massa tulang lebih rendah setelah puncak, harapan hidup yang lebih pendek, lebih jarang mengalami jatuh, dan perhentian hormon produksi yang lebih bertahap.
·         Osteoporosis yang diinduksi obat dapat disebabkan kortikosteroid sistemik (prednison dengan dosis lebih besar dari 7,5 mg/hari), penggantian hormon tiroid, beberapa obat antiepilepsi (fenetoin, fenobarbital) dan penggunaan heparin dalam jangka panjang (lebih besar dari 15000 hingga 30000 unit).

Faktor Resiko
1.      Wanita
Hal ini disebabkan pengaruh hormon esterogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita mengalami monopouse yang dapay terjadi di usia 45 tahun.
2.      Usia
Seiring dengan bertambahnya usia. Fungsi organ tubuh mulai menurun. Pada usia 75-85 wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trebekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun.
3.      Keturunan
Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tetentu, seperti kesamaan perawakan tulang dan bentuk tulang tubuh.
4.      Gaya Hidup Kurang Baik
Malas berolahraga, merokok, dan kurangnya kalsium.
5.      Mengkonsumsi Obat
obat kortikosteroid sistemik (prednison dengan dosis lebih besar dari 7,5 mg/hari), penggantian hormon tiroid, beberapa obat antiepilepsi (fenetoin, fenobarbital) dan penggunaan heparin dalam jangka panjang (lebih besar dari 15000 hingga 30000 unit).
g)      Manifestasi klinik
Manifekstasi umum osteoporosis meliputi penurunan tinggi badan, kifosis, lordosis, nyeri pada tulang, atau fraktur, biasanya pada vetebra, pinggul, atau lengan bagian bawah. Fraktur pada vetebra merupakan hal yang paling sering terjadi, dan fraktur multiple dapat berakibat pada kifosis dorsaldan lordosis. Kolaps atau kerapuhan vetebra jarang mengakibatkan kompresi ikatan spinal.
Nyeri fraktur akut biasanya dapat diatasi 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur kronis dimanifestasikan sebagai rasa nyeri yang dalam dan dekat dengan tempat patahan

d)      Terapi farmakologi

1.      Terapi Resorbsi
a.       Kalsium
b.      Vitamin d dan metabolit
c.       Bifosfonat
d.      Selective esterogen receptor modulators (serms)
e.       Kalsitonin
f.       Esterogen dan terapi hormonal
g.      Fitoesterogen
h.      Testosteron dan steroid anabolik.

2.      Terapi Pembentukan Tulang
Teriparatide (hormon paratiroid)
                                                          
i)        Terapi non farmakologi

·         Semua individu harus memiliki menu yang seimbang dengan asupan kalsium dan vit D yang mencukupi. Jika asupan makanan tidak mencukupi, diperlukan suplement kalsium.
·         Berhenti merokok meningkatkan BMD, sedangkan jika merokok terus dilakukan akan menurunkan BMD dan meningkatkan resikonfraktur.
-      Aerobik latihan beban dan olahraga yang memperkuat dapat mencegah hilangnya massa tulang dan mengurangi fraktur.

No comments:

Post a Comment