Saturday, June 27, 2015

oksitosin



OKSITOSIN
Kelas terapi                 : Oksitoksik dan relaksan uterus
Indikasi                       : Induksi persalinan yang umur kandungannya cukup, mengendalikan perdarahan sesudah melahirkan, terapi tambahan pada aborsi spontan/aborsi karena kelainan, merangsang laktasi pada kasus kegagalan ejeksi ASI.
Dosis                           : Untuk induksi persalinan 5 - 30 unit diberikan dalam larutan fisiologis 500 mL secara infus intravena lambat dengan kecepatan awal 1-2 miliunit/menit dan secara bertingkat dinaikkan tiap 30 menit sampai terjadi kontraksi 3-4 kali/10 menit.
Kecepatan pemberian dianjurkan tidak lebih dari 32 miliunit /menit dan setiap harinya tidak boleh diberikan lebih dari 5 unit. Bila persalinan terjadi infus oksitosin di hentikan perlahan. Untuk pendarahan post partum, suntikan 5 unit secara intravena lambat, pada kasus berat dapat diikuti dengan pemberian infus intravena sebanyak 5-20 unit dalam 500 mL pelarut yang sesuai.
Atau 10 unit diberikan secara infus intravena dengan kecepatan 20-40 miliunit/menit atau diberikan secara im. Untuk missed abortion 5 unit secara intravena dan bila perlu diikuti dengan infus intravena 20-40 miliunit/menit.
Farmakologi                : Oksitosin dipecah di saluran pencernaan sedangkan bila diberikan intra nasal atau bukal akan diabsorbsi cepat melalui membran mukosa. Obat ini di metabolisme di hati dan ginjal. dengan waktu paruh plasma hanya beberapa menit. Hanya sejumlah kecil dari obat ini di ekskresikan lewat urin. Onset kontraksi uterus: im: 3-5 menit; iv: sekitar 1 menit. Durasi im: 2-3 jam, iv: 1 jam. Metabolisme di hati cepat dan lewat plasma oleh oksitosinase dan sebagian kecil dimetabolisme di kelenjar susu. Waktu paruh eliminasi 1-5 menit dan di ekskresikan lewat urin.
Kontraindikasi            : Hipersensitif terhadap oksitosin. Pada persalinan spontan atau pada kasus yang membahayakan janin atau ibu seperti placenta praevia atau vasa praevia, prolaps, hambatan kelahiran mekanik, distres janin/kontraksi hipertonik uterus,
predisposisi uterus ruptur pada multi kehamilan atau multi paritas, polihidramnion, adanya keloid akibat operase cesar sebelumnya,
Pemberian oksitosin jangka panjang tidak dianjurkan pada uterus inersia resisten, preeklamsi berat dan gangguan kardiovaskuler berat.
Efek samping              : Dapat terjadi kematian ibu karena hipertensi berat dan perdarahan subarakhnoid, perdarahan post partum, afibrinemia fatal, retensi air yang menimbulkan hiponatremia, intoksikasi dengan udem pulmonal, konvulsi,koma, kemungkinan kematian terutama bila oksitosin diberikan untuk waktu yang lama. Efek seperti Vasopresin dapat terjadi terutama akibat oksitosin alami.
Efek samping lain adalah anafilaksis dan reaksi hipersensitivitas lain, aritmia, hematom pelviks, mual, muntah, kuning pada neonatus,perdarahan retina, Pemberian cepat oksitosin secara intravena menimbulkan hipotensi sementara, dengan merah pada kulit dan refleks takikardia. Pemberian intra nasal dapat menimbulkan iritasi, rinorea, lakrimasi, perdarahan uterus, kontraksi uterus yang kuat.
Interaksi obat              : Oksitosin dengan obat simpatomimetik akan menguatkan efek vasokontriksi. Anastesi inhalasi seperti halotan dan siklopropan akan meningkatkan efek hipotensif dan menurunkan efek oksitosin serta terjadinya bradikardia. Pemberian oksitasin bersama prostaglandin, dinoproston dan misoprostol akan saling menguatkan efek keduanya pada uterus. Tunggu 6-12 jam sesudah pemberian ketiganya sebelum pemberian oksitosin
Mekanisme kerja         : Oksitosin menimbulkan kontraksi ritmik rahim dan efeknya meningkat dengan meningkatnya umur kehamilan. Dosis kecil akan meningkatkan kekuatan kontraksi, dosis besar atau dosis berulang akan menimbulkan kontaksi tetanik.
Obat ini juga menimbulkan ejeksi ASI dan memiliki efek antidiuretik lemah

No comments:

Post a Comment