Sunday, August 30, 2015

elergi suhu reaksi anafilaktik



Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik). Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan- bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang  yang tidak hipersensitif.
Penyakit alergi bukanlah penyakit yang bisa dianggap sepele. jumlah penduduk yang terkena alergi dari tahun ke tahun terus meningkat. Terutama karena perubahan cuaca akibat polusi yang kian tak bersahabat. Yang jelas, alergi membuat kualitas hidup yang bersangkutan menurun yang bisa berlanjut pada menurunnya produktivitas. Prestasi belajar anak pun bisa terganggu. Alergi yang berkepanjangan juga dapat memunculkan stres yang bagi penderitanya bisa saja berujung pada gangguan kejiwaan. Tak hanya mengganggu kualitas hidup, alergi pun makan biaya yang tidak sedikit, baik yang dikeluarkan oleh masyarakat maupun pemerintah di seluruh belahan dunia. Menurut World Allergy Organization (WAO), pengeluaran untuk menangani alergi yang disebabkan oleh perubahan suhu seperti masalah hidung (pilek) saja mencapai 20 miliar dolar per tahun. Sementara di AS, untuk pengobatan asma saja mencapai 12,8 miliar dolar AS. Reaksi yang terjadi karena alergi suhu ini merupakan tipe hipersensitifitas anafilaktik.

Prinsipnya alergi pada suhu, dapat dikaitkan dengan setiap perubahan temperatur akan menjadi pemicu timbulnya alergi bila ia memang sudah hipersensitif terhadap perubahan suhu atau cuaca ini. Pada orang yang menderita alergi,  sistem kekebalan tubuhnya memandang alergen  (zat yang menimbulkan alergi) sebagai benda asing. 

Manifestasi Klinik Reaksi Anafilaktik
Anafilaktik merupakan reaksi alergi yang meliputi system  multiple organ. Kira – kira 1500 kematian yang terjadi  di USA akibat anafilaktik. Dari 1,2% - 15%  populasi di USA mempunyai risiko reaksi anafilaktik. Manifestasi dari anafilaktik ini meliputi gejala pada kulit, saluran pencernaan. Umumnya manifestasi dermatologic dapat berupa urtikaria, angiodema, dan pruritus. Manifestasi pada saluran pencernaan meliputi, gangguan abdomen, mual, dan diare. Pada saluran pernafasan, menimbulkan, suara bising sewaktu bernafas. Manifestasi pada kardiovaskuler meliputi, hipotensi, takikardia, aritmia. Reaksi anafilaktik ini umumnya dimulai 30 menit tetapi ada juga 2 jam setelah terpapar oleh allergen. Resiko fatal dari reaksi anafilaktik terjadi pada awal terjadinya reaksi. Setelah membaik, reaksi anafilaktik dapat kembali muncul 6 – 8 jam setelah terpapar antigen.  Karena reaksi tersebut, pasien yang mengalami hipersensitifitas tipe tersebut seharusnya diobservasi selama 12 jam setelah reaksi anafilaktik.. 

Reaksi hipersensitifitas pada alergi suhu
                          Hipersensitifitas terhadap perubahan suhu ini, merupakan hipersensitifitas tipe I yaitu reaksi anafilaktik. Dapat digambarkan sebagai berikut,


          Dari gambar tersebut dapat dijelaskan mekanisme reaksi anafilaktik. Dimana  reaksi hipersensitifitas tipe ini,  memerlukan kehadiran dari IgE yang spesifik untuk allergen yang menjadi suatu hapten. Setelah molekul antigen (allergen) terikat oleh antibody spesifik dari  kelas IgE, pada basofil atau sel mast pada permukaaan, akhirnya terjadi aktifasi sel tersebut. Aktivasi menyebabkan perangsangan ektraseluler berupa granul dengan mediator inflamasi meliputi histamine, serotonin, heparin, (tryptase pada sel mast), bradikinin generating factor, eosinofil, factor kemotaksis, dan factor netrofil kemotaksis, juga mediator seperti LTs, prostaglandin, tromboksan, PAF. Reaksi tipe I ini, dapat jelas sebagai suatu reaksi hypersensitivas yang segera, atau anaphylaxis. Efek utama histamine pada jaringan target meliputi, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi bronchial, otot vaskuler, dan hipersekresi mucus.
Histamin merupakan salah satu mediator yang dilepaskan sewaktu komplek ikatan antibody IgE-alergen tertancap pada sel mast. Histamin merupakan molekuldengan BM  rendah, kandungan amin didapatkan melalui proses dekarbosilasi dari histidin, dan dihasilkan granul pada basofil dan sel mast. Perangsangan histamine dari sel, dicetuskan oleh ikatan antigen-IgE pada spesifik reseptor pada permukaan membrane sel mast dan basofil. Efek histamine pada jaringan terjadi selama 1 -2 menit, tetapi kecepatan dimetabolisnya 10 -15 menit.
 Dengan kata lain reaksi yang terjadi akibat hipersensitifitas tipe ini distimulan  oleh ikatan allergen-IgE, pada sel mast, dimana sel mast merupakan depot utama histamine. Histamine tersebut mempunyai reseptor , terlihat pada table dibawah ini,



yaitu terletak pada otak (reseptor H3) yang berfungsi sebagai neurotransmitter dalam berbagai fungsi otak, seperti control endokrin, regulasi cardiovascular, regulasi panas. Histamine ini juga terdapat pada bagian fundus di lambung (reseptor H2) yang mengaktivasi sel parietal mukosa lambung, untuk memproduksi asam lambung.
Histamine juga terdapat pada sel endotel dan otot polos (reseptor H1) yang mengakibatkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, sekresi mucus. . Sehingga reaksi yang segera dapat terjadi  pada bagian  mukosa hidung (rhinitis), saluran  pernafasan (asma akut), kulit, atau saluran pencernaan.
·      Dapat digambarkan, mekanisme timbulnya asma karena bronkokontrisik,



 
Adanya antigen dalam hal ini allergen (perubahan suhu), maka antigen ini akan terikat oleh antibody IgE, pada bagian sel mastosit. Sebagaimana yang dijelaskan diatas, maka akan terstimulan histamine sehingga menimbulkan bronkokontrinsik.
·      Dapat digambarkan terjadinya gangguan kulit akibat reaksi anafilaktik
                                    Berikut adalah gambar dari struktur kulit beserta kandungannya,

Kulit Terpapar oleh rangsangan mekanik (perubahan suhu)  akan terjadi
fase cepat reaksi hipersensitivitas tipe I berupa kemerahan dan bentol di kulit, terjadi
degranulasi sel mast dan aktivasi sel T dengan profil  sitokin Th2, aktivasi sel epitel dan sel  endotel, pengerahan leukosit ke jaringan terutama  eosinofil.  

 Pengobatan reaksi  anafilaktik
 
·      Epinephrine merupakan pengobatan utama bronkokontrinsik dan vasodilatasi.
     Epinephrine diberikan melalaui intramuscularly.
·      Jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan oleh efineprin maka digunakan, crystalloids melalui intravena.
·      Aminopilin boleh digunakan sebagai adjunctive terapi untuk bronkospasme.
·      Hitamin (H1) reseptor bloker (diphenhydramin) dapat mengurangi beberapa gejala dan reaksi yang merugikan.
Pengobatan reaksi anafilaktik dapat diurutkan, sebagai berikut,

Jadi secara farmakologi diberikan obat ,tergantung dari reaksi yang ditimbulkan. Umumnya diberikan:
a.       Teofilin
Mekanisme kerja : bekerja pada otot polos (bronkiolus), mempengaruhi siklus AMP sehingga terjadi dilatasi otot polos.
Indikasi : asama, sesak nafas yang disebabkan oleh bronchitis kronis, emfisema.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, hati – hati pada wanita hamil.
Efek samping : mual, muntah, sakit kepala, takikardia, palpilatasi, hipotensi.
Dosis : dewasa , dosis rata – rata: 2x200 mg/hari
            anak (20 – 25kg) , 150 mg/kg
            anak (15 – 20kg), 100 mg/kg
b.      Aminofilin
Mekanisme kerja : bekerja pada otot polos (bronkiolus), sehingga terjadi dilatasi otot pols serta merangsang kontraksi diafragma..
Indikasi : asama ringan samapai berat, sesak nafas yang disebabkan oleh bronchitis kronis, emfisema.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, ulkus peptikum dan kejang. Hati – hati pada penderita gangguan fungsi hati, ginjal, jantung.
Efek samping : sakit kepala, pusing, insomnia, mual , muntah, nyeri epigastrum.
Dosis : serangan asma akut per oral,
            dewasa, dosis awal 5mg/kgbb, diteruskan dengan dosis pemeliharaan 4x 3-4mg/kg bb/hari.

c.       Dipenhidramin
Mekanisme kerja : menempati reseptor histamine secara reversible pada sel dan menghambat kerja histamine pada target organ.
Indikasi : alergi kulit, motion sickness, konjungtivitas alergika.
Kontraindikasi : bayi premature, neonatus, wanita menyusui, asma, hati – hati untuk penderita galukoma, ulkus peptikum, obstruksi kandung kemih.
 Efek samping : urtikaria, syok anafilaktik, sakit kepala, hipotensi, mengantuk.
Dosis : dewasa, 3 – 4 x 25-50 mg/hari
            anak  > 10 k, 3 – 4 x 12,5 – 25 mg/hari.

No comments:

Post a Comment