Aluminium
A.
Tambahkan amonium hidroksida 6 N ke dalam larutan garam
aluminium, terbentuk endapan berupa gel putih yang tidak larut dalam amonium
hidroksida 6 N berlebih.
B.
Tambahkan natrium hidroksida 1 N atau natrium sulfida
LP ke dalam larutan garam aluminium terbentuk endapan berupa gel putih yang
larut dalam natrium hidroksida 1 N atau natrium sulfida LP berlebih.
C.
Larutkan 10 mg sampai 20 mg dalam 2 ml air, tambahkan
lebih kurang 0,5 ml asam klorida 2 N dan lebih kurang 0,5 ml tioasetamida P :
tidak terbentuk endapan. Tambahkan natrium hidroksida 2 N tetes demi tetes :
terbentuk endapan putih berupa gel yang larut kembali pada penambahan natrium
hidroksida 2 N secara bertahap : endapan putih berupa gel terbentuk kembali.
D.
Tambahkan amonium hidroksida 5 N ke dalam larutan zat
uji hingga terbentuk sedikit endapan, kemudian tambahkan 0,25 ml larutan segar
kuinalizarin P 0,05 % dalam larutan natrium hidroksida P 1%. Panaskan hingga
mendidih, dinginkan dan asamkan dengan asam asetat 5 N berlebih : terjadi warna
ungu kemerahan.
Amina aromatis primer asamkan larutan dengan asam klorida 2 N atau
larutkan 0,1 mg dalam 2 ml asam klorida 2 N, tambahkan 0,2 ml laruan segar
natrium nitrit P 10 %. Setelah 1 sampai 2 menit tambahkan larutan ke dalam 1 ml
2–naftol LP : terjadi warna jingga tua atau merah, dan biasanya terbentuk
endapan dengan warna yang sama.
Amonium tambahkan natrium hidroksida 1 N berlebih ke dalam garam amonium
: terjadi uap amoniak yang dapat dikenal dari baunya dan mengubah warna kerta
lakmus merah P menjadi biru. Hangatkan larutan untuk mempercepat reaksi.
Antimon tambahkan hidrogen sulfida LP ke dalam larutan senyawa antimon
(III) yang sudah diasamkan dengan asam klorida P : terbentuk endapan jingga
antimon sulfida yang tidak larut dalam amonium hidroksida 6 N, tetapi larut
dalam amonium sulfida LP.
No comments:
Post a Comment