Monday, June 8, 2015

KOMA HEPATIKUM


1. PENDAHULUAN

1.1.Defenisi Penyakit
Koma hepatik (KH) adalah suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan adanya perubahan kesadaran, penurunan intelektual dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati.

1.2.Etiologi Penyakit
Koma hepatik dapat timbul akibat gagal hati yang fulminan (fulminant hepatic failure = FHF), misalnya pada infeksi hepatitis virus, hepatitis toksik oleh karena obat-obatan dan perlemakan hati akut pada kehamilan. Faktor utama penyebabb KH pada kelainan tersebut adalah kerusakan sel-sel parenkim hati (koma endogen). Pada penyakit hati menahun misalnya sirosis hati, kerusakan sel-sel bukanlah merupakan faktor satu-satunya, tetapi timbulnya sirkulasi kolateral baik intra maupun ekstra hepatik (portal-systemic encephalopathy = PSE), dan berbagai faktor pencetus merupakan pula faktor-faktor yang penting untuk terjadinya koma hepatik (koma eksogen).
Pada portosistemik koma terdapat beberapa faktor yang diduga bekerja sama seperti :
1.      Sensitivitas yang berlebihan pada perubahan fisiologis pasien sirosis hati, misalnya stupor dapat tercetus oleh adanya infeksi atau pemberian obat sedatif sedangkan pada pasien tanpa penyakit hati hal ini tidak terjadi.
2.      Toksin serebral tertimbun secara pelan-pelan dan bila disertai faktor pencetus dapat terjadi KH. Toksin yang diduga sebagai penyebab KH ialah : amonia, merkaptan, asam-asam lemak, berbagai macam asam amino, Benzodiazepine like substance.
3.      Akibat kerusakan sel-sel parenkim hati, bahan-bahan pelindung yang dibuat di hati dan dilepas secara normal seperti albumin dan glukosa akan menurun atau berkurang.
3.1.Manifestasi Klinik Penyakit
Gambaran klinis umum semua bentuk KH adalah ditemukannya perubahan-perubahan atau kelainan mental, kelainan neurologis, adanya penyakit parenkim hati dan beberapa kelainan laboratorium yang khas tetapi tidak spesifik.
Gambaran klinis berdasarkan tingkat kesadaran pada KH  ialah :
1.      Prodormal
Gejala : Afektif hilang, euforia, depresi, apati, kelakuan yang tidak wajar, perubahan kebiasaan tidur.
Tanda-tanda : Asteriksis, kesulitan bicara, kesulitan menulis.
2.      Koma yang mengancam
Gejala : Pasien kebingungan, disorientasi, mengantuk
Tanda-tanda : asteriksis, fetor hepatik
3.      Koma yang ringan
Gejala : kebingungan yang jelas, masih dapat dibangunkan dari tidur, masih bereaksi terhadap rangsangan
Tanda-tanda : asteriksis, fetor hepatik, lengan kaku, hiperfleksia, klonus, refleks menggenggam dan refleks mengisap.
4.      Koma yang dalam
Gejala : Tidak sadar, hilang reaksi pada rangasangan layu, refleks
Tanda-tanda : fetor hepatik, tonus otot hilang, lengan hilang.
2. TINJAUAN FARMAKOTERAPI

2.1. Patofisiologi Penyakit
Patofisiologi terhadap kejadian KH belum diketahui secara menyeluruh, namun berdasarkan hasil-hasil penelitian pada binatang percobaan maupun pada pasien-pasien KH sendiri, diajukan beberapa konsep sebagai berikut :
1.        KH merupakan gangguan proses metabolik dan neurofisiologik, sering tanpa disertai lesi struktural otak, sehingga berpotensi untuk menjadi normal kembali dengan sempurna, tanpa ditemukan adanya gejala-gejala sisa neurologik atau kelainan struktural. Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabknan timbulnya KH dengan gejala sisa neurologik, misalnya degenerasi hepatoserebral, di mana sebelumnya telah terjadi nekrosis pada ganglia basal otak, dan paraparesis spastik di mana terjadi pula demielinisasi sumsum tulang belakang. Kedua jenis penyakit tersebut biasanya berlangsung secara progresif.
Pada KH tidak diketahui secara pasti daerah mana di otak yang terpengaruh. Diduga sistem aktivasi retikular pada batang otak 9yang memelihara fungsi normal kesadaran dan perubahan pengaruh korteks) merupakan daerah yang terkena.
2.                KH merupakan kelainan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dapat disebabkan oleh interaksi secara sinergis beberapa faktor pada otak seperti kelebihan amonia, asam lemak berantai pendek maupun panjang, merkaptan, gangguan keseimbangan asam amino dan neurotransmiter atau mungkin oleh karena kekurangan faktor-faktor vital yang melindungi otak. Pada koma portosistemik bermacam-macam zat perusak dan gangguan fisiologik seperti azotemia, infeksi dan alkalosis hipokalemik dapat bekerja sama dengan toksin-toksin yang diduga, sebagai pencetus terjadinya KH. Disamping itu pada koma portosistemik sensitivitas otak dapat meningkat terhadap berbagai bahan toksin antara lain seperti infeksi dan obat-obat sedatif.  Pada penggunaan obat sedatif, karena metabolisme obat yang menurun akibat kerusakan sel-sel hati, terjadi penimbunan obat dan selanjutnya dapat meningkatkan influks obat ke dalam otak karena menurunnya ikatan obat dengan plasma protein, serta peningkatan sensitivitas reseptor otak terhadap obat, yang secara keseluruhan menyebabkan kepekaan timbulnya KH.
     Walaupun kelainan dasar molekuler yang tepat pada KH belum diketahui dengan pasti, namun mekanisme-mekanisme yang diduga mendasari terjadinya KH adalah perubahan energi metabolisme otak, gangguan/kekacauan fungsi membran-membran neuron, perubahan transmisi sinaptik sebagai akibat gangguan keseimbangan neurotransmiter otak atau kombinasi beberapa mekanisme tersebut di atas. Ketidakseimbangan antara asam amino neurotransmiter yang merangsang dan menghambat fungsi otak merupakan faktor yang berperan dan kelihatannya merupakan penjelasan yang terbaik saat ini yang dapat menerangkan mekanisme terjadinya KH. Ketidakseimbangan ini terdiri dari menurunnya neurotransmiter yang mempunyai efek merangsang seperti glutamat, aspartat dan dopamin sebagai akibat meningkatnya amonia dan peningkatan kerja gamma aminobutirat (GABA) yang mempunyai efek menghambat transmisi impuls (neurotransmiter palsu/lemah). Efek GABA yang meningkat bukan oleh karena influksnya ke dalam otak yang meningkat tetapi oleh karena perubahan reseptor GABA di otak yang disebabkan oleh suatu substansi mirip benzodiazepin (benzodiazepin-like substance). Reseptor ini merupakan suatu bagian dari kompleks supramolekular yang meningkatkan sensitivitas otak terhadap obat seperti benzodiazepin dan barbiturat pada pasien-pasien penyakit hati menahun.

2.2. Tujuan Terapi Obat
       - untuk menetralisir racun
- untuk mencegah terjadinya SBP (spontaneus bacterial peritonial)
- untuk menghilangkan gejala simpomatis yang menyertai penyakit


2.3.  Terapi Obat
  1. Ceftriakson
  2. Dexametason
  3. Liver Care
  4. Lactulax
  5. Propanolol
  6. Madopar
  7. Ciproflaksasin
  8. Cefotaxim
 

No comments:

Post a Comment