PNEUMOTORAKS
No.
ICD-10 : A 15.0, A 16.0, J 93
I
|
Batasan
|
Adalah
adanya udara bebas di dalam rongga pleura antara dinding dada dan paru yang
disebabkan oleh trauma dada, penyakit paru, atau yang terjadi secara spontan.
Kadang-kadang terjadi pada wanita akibat endometriosis ( yang terjadi
bersamaan saat haid )
|
II
|
Patofisiologi
|
|
III
|
Gejala
Klinis
Klasifikasi
diagnosis
|
·
Sesak
nafas dan atau nyeri dada yang terjadi mendadak dan semakin berat
·
Pada
pneumotoraks ventil, sesak nafas semakin lama semakin hebat, nadi lebih
cepat, gelisah, keringat dingin dan sianosis
·
Pneumotoraks
katamenial terjadi bersamaan dengan menstruasi
Berdasarkan
penyebabnya
1. Pneumotoraks spontan
a.
Pneumotoraks
spontan primer
b.
Pneumotoraks
spontan sekunder
2. Pneumotoraks traumatik
3. Pneumotoraks artifisial
4. Pneumotoraks iatrogenik
Berdasarkan jenis fistel
1. Pneumotoraks terbuka
2. Pneumotoraks tertutup
3. Pneumotoraks ventil
Berdasarkan luas pneumotoraks
1. Pneumotoraks parsial
2. Pneumotoraks total
|
IV
|
Pemeriksaan
dan Diagnosis
|
Pemeriksaan fisik, pada
sisi yang sakit
·
Dada sisi yang sakit lebih cembung dan pergerakan
tertinggal pada pernafasan
·
Fremitus
melemah
·
Perkusi
hipersonor
·
Suara
nafas menghilang
Pemeriksaan
penunjang
4.1.
Umum
·
Foto
toraks PA
Udara dalam rongga dada dan
kollaps paru yang dibatasi oleh bayangan pleura viseral
Kadang-kadang diperlukan foto
dalam ekspirasi maksimal bila dicurigai pneumotoraks ringan atau foto lateral
bila diduga disertai efusi pleura
Khusus
·
Bronkoskopi
|
V
|
Diagnosis
Banding
|
·
Emfisema
·
Asma
bronkial
·
IMA
(Infark Miokard Akut)
·
Emboli
paru
|
VI
|
Penyulit
/ Komplikasi
6.1.
Karena penyakit
6.2.
Karena tindakan
|
·
Emfisema
subkutis
·
Efusi
pleura
·
Empiema
·
Pada
pneumotoraks ventil dapat terjadi torsi jantung dan pembuluh darah besar
·
Gagal
nafas
·
Emfisema
subkuits
·
Edem
paru
·
Perdarahan
·
Empiema
|
VII
|
Penatalaksanaan
7.1 Non-Farmakologi
7.2 Farmakologi
7.3 Terapi khusus
|
·
Pemasangan “mini WSD” / pungksi aspirasi emergensi
·
O2
·
Fisioterapi
Tergantung
penyakit dasar. Jika disebabkanoleh TB paru diperlukan obat-obat anti
tuberkulosis (OAT)
·
Pemasangan
WSD, dengan Nellaton Catheter no 20 atau Thorax tube no 28
·
Pleurodesis
bila pneumotoraks berulang, dengan
o
Tetrasiklin
35 mg/KgBB
o
Doksisiklin
o
Talc
slurry 4 gram, bila ada
o
Bleomycine
HCl 60 mg
·
Analetik
kalau perlu :
asam mefenamat 3 x 500 mg/hari, oral
tramadol 2 x 1 tablet/hari,
oral atau suppositoria
ketotifen suppositoria
·
Terapi
hormonal bila pneumotoraks katamenial (konsul kebagian Obstetri &
Ginekologi)
·
Torakoskopi
untuk pemasangan klep (bila ada sarana)
·
Pembedahan pada pneumotoraks dengan fistel menetap
(bila mungkin)
|
VIII
|
Catatan
Tambahan
|
|
IX
|
Daftar
Pustaka
|
1.
Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia
Cabang Jakarta. Standard Pelayanan Medik Paru. Jakarta: PDPI Cabang
Jakarta: 1998
2. Vanderschueren R.
Pneumotoraks. In: Albert RK, Spiro SG, Jett JR ed. Clinical Respiratory
Medicine. 2and ed. Pennsylvania:
Mosby, Inc; 2004. p.719 – 722
|
No comments:
Post a Comment