TUBERKULOSIS PARU
No. ICD-10 :
A.15, A 16
1
|
Batasan
|
Adalah
penyakit infeksi di paru yang bersifat kronik dan menular, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
|
|||||||||||||||||
2
|
Patofisiologi
|
-
|
|||||||||||||||||
3
|
Gejala
klinis
|
1. Gejala respiraorik
·
Batuk ringan (dengan atau tanpa dahak) sampai berat ≥2
minggu
·
Batuk
darah
·
Sesak
nafas
·
Nyeri
dada
2. Gejala sistemik
·
Demam
terutama sore/malam hari
·
Gejala
sistemik lainnya: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
|
|||||||||||||||||
4
|
Pemeriksaan
dan Diagnosis
Klasifikasi
diagnosis
|
Pemeriksaan
jasmani :
·
Bervariasi, tergantung luas kelainan struktur paru
·
Pada awal penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
menemukan kelainan
·
Dapat
ditemukan :
o
Suara
nafas bronkial, amforik, atau suara nafas melemah
o
Ronki
basah
o
Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum
Pemeriksaan
penunjang
4.1. Umum
·
Foto
toraks PA dan lateral (terutama bila lesi terlihat di lapangan tengah yang
secara anatomis berasal dari puncak lobus bawah)
Foto
toraks dianggap (+) bila meggambarkan kelainan terutama pada lapangan atas
paru yang bersifat multiform yaitu :
o Bercak berawan (infiltrat)
o Kaviti
o Bayangan bercak milier
o Efusi pleura unilateral
(umumnya) atau bilaetral (jarang)
o Bercak kapur (kalsifikasi)
o Garis fibrotik
o Kompleks ranke
o Schwarte atau penebalan pleura
Kelainan
umumnya di lobus superior terutama apeks dan segmen posterior serta apeks
lobus bawah
Luluh
paru (destoyed lung) adalah
gambaran radiologi yang memperlihatkan kerusakan paru yang luas, terdiri dari
atelektasis, ektasis/multikaviti dan fibrosis parenkim paru
·
BTA
langsung dari sputum pagi 3 x berturut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)
·
Biakan
M. tuberculosis dan uji resistensi
·
Laboratorium
darah rutin
o
Jumlah
leukosit mungkin normal atau sedikit meningkat
o
LED
> 30 mm/ 1 jam I
o
Hitung
jenis, biasanya didominasi limfosit
o
HB
rendah pada kasus yang sudah lama
4.2. Khusus
Pada kasus-kasus yang masih meragukan :
·
Bilasan bronkus untuk pemeriksaan kuman tuberkulosis
(sediaan langsung, biakan). Pada
anak biasanya dipakai bilasan lambung.
·
Identifikasi
kuman tuberkulosis cara cepat (bila ada sarana) :
o
BACTEC
o
PCR
·
Pemeriksaan
serologi (bila ada sarana)
o
ELISA
o
Immunochhromatographic
tuberculosis (ICT)
o
Mycodot
o
Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Berdasarkan
hasil pemeriksaan BTA
·
TB
paru BTA (+)
·
TB
paru BTA (-)
Berdasarkan
tipe penderita
·
Kasus
baru
·
Kasus
kambuh (relaps)
·
Kasus
putus berobat (defaulted/drop out)
·
Kasus
gagal pengobatan
·
Kasus
kronik
·
Bekas
TB
|
|||||||||||||||||
5
|
Diagnosis
Banding
|
·
Bronkopneumonia
·
Bronkiektasis
·
Mikosis
paru (infeksi jamur)
·
Tumor
paru
Penyakit ini perlu diwaspadai
pada kasus yang termasuk resiko tinggi untuk kanker paru yakni umur 40-50
tahun, laki-laki, perokok berat, BTA sputum (-), tidak menampakkan respon
klinik yang memadai pada awal pengobatan.
|
|||||||||||||||||
6
|
Penyulit
/ Komplikasi
6.1. Karena penyakit
6.2. Karena tindakan
|
·
Penyebaran
milier
·
TB
ekstrapulmoner
·
Destroyed
lung / lobe
·
Batuk
darah masif / berulang
·
Pneumotoraks
·
Efusi
pleura
·
Empiema
Sesuai tindakan
|
|||||||||||||||||
7
|
Penatalaksanaan
7.1. Non-Farmakologi
7.2. Farmakologi
7.3. Terapi khusus
|
·
Perbaiki
gizi : nutrisi parenteral (Ka-En MG 3, Aminovel, Pan Amin G, Triofusin,
Albumin)
·
Pendidikan
kesehatan
Obat
yang dipakai
·
Jenis
obat utama (lini 1)
R = Rifampisin
H = INH (Isoniazid)
E = Ethambutol
Z = Pirazinamid
S = Sterptomisin
·
Jenis
obat tambahan (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Makrolid dan ko-amoksiklav
(masih dalam penelitian)
Beberapa obat berikut
belum/tidak tersediadi Indonesia
o
Kapreomisin
o
Sikloserin
o
PAS
(dulu tersedia)
o
Dervat
rifampisin dan INH
o
Thioamides
(ethionamide dan prothionamide)
Dosis
OAT
Panduan
OAT (Obat anti tuberkulosis)
o
Kategori
I
à2 RHZE / 4 RH, alternatif 2
RHZE / 4H3R3
2 RHZE / 6 HE
Idikasi :
1. Kasus baru, BTA (+)
2. Kasus baru, BTA (-), Rontgen
luas
3. Kasus baru, TB ekstrapulmoner
berat, seperti meningitis, perikarditis, TB usus / peritonitis, pleuritis
masif, spondilitis, TB saluran kemih, dll.
o
Kategori
II
à2 RHZES / 1 RHZE / 5 RHE
alternatif 2 RHZES / 1 RHZE /
5 R3H3E3
2 RHZES / 1 RHZE / 6 HE
Indikasi : BTA (+)
1. Kasus kambuh (relaps)
2. Kasus putus berobat (default)
3. Kasus gagal pengobatan
o
Kategori
III
à 2 RHZ / 4 RH, alternatif 2
RHZ / 4 R3H3
2
RHZ / 6 HE
Indikasi :
1. Kasus baru, BTA (-), Rontgen
minimal
2. Kasus baru, TB ekstra
pulmoner ringan
o
Kategori
IV
à 2 obat yang sensitif +
minimal 2 obat second line (Ciprofloxacine, Ofloxacine, Kanamycine,
Eritromisin, Azytromicine, dll)
Indikasi :
1. Kasus kronik
2. MDR-TB
·
Hepatoprotektor
o
Curcuma,
3 x 1-2 tablet, oral
o
Kombinasi:
lesitin, silimarin dan ekstrak schizandra
3 x 1 tablet atau sirup 3 x 1
cth
·
Terapi
bedah
Indikasi mutlak
o
Semua
pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
o
Batuk darah masif, tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
o
Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang
tidak dapat diatasi secara konservatif
Indikasi relatif
o
Pasien
dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
o
Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
o
Sisa
kaviti yang menetap
·
Tindakan
invasif selain bedah
o
Bronkoskopi
o
Punksi
pleura
o
Pemasangan
WSD
|
|||||||||||||||||
8
|
Catatan
Tambahan
|
Pada
pengobatan TB paru, pemantauan respons klinik pada awal penyakit amat
penting. Usia ≥ 50 tahun, sputum BTA (-) perokok berat, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan diagnostik kearah kanker paru :
·
Sitologi
sputum
·
Bronkoskopi
·
TTB
·
CT
Scan toraks dengan kontras
Hal iniperlu diperhatikan ,
karena amat sering ditemukan kasus yang diduga TB, ternyata belakangan
terbukti kanker paru, sehingga diagnosis terlambat.
|
|||||||||||||||||
9
|
Daftar
Pustaka
|
1.
Aditama
TY. Hasil Kesepakatan PDPI : Pedoman penatalaksanaan TB Paru. dalam;
Tuberkulosis: Diagnosis, Terapi & Masalahnya. Edisi IV. Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia
(IDI): 2002
2.
Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia
Cabang Jakarta. Standard Pelayanan Medik Paru. Jakarta: PDPI Cabang
Jakarta: 1998
3.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di
Indonesia. PDPI. Jakarta: 2006
4.
|
No comments:
Post a Comment