Artocarpus
altilis (Parkinson) Fosberg
Gambar.
1.
2. Sinonim:
Artocarpus communis, Artocarpus communis
Forst, breadfruit, Artocarpus incisa L. f. ; A.
altilis (Park.) Fosberg ,
3. Nama Daerah: Sukun
4. Nama asing: Beta (Vanuatu);
bia, bulo,
nimbalu (Solomon Islands); breadfruit (English),
kapiak (Papua
New Guinea), kuru
(Cook Islands), meduu
(Palau), mei
(mai) (Federated States of Micronesia, Kiribati, Marshalls,
Marquesas, Tonga, Tuvalu), mos (Kosrae)
‘ulu (Hawai‘i,
Samoa, Rotuma, Tuvalu) ‘uru
(Society Islands) uto,
buco (Fiji), árbol
a pan (Spanish), l’arbre
à pan (French), rimas
(Philippines), sukun
(Indonesia), l’arbre à pan (French), laba pen, vèritab (Haiti, Creole), mshelisheli
(Swahili), rata del (Sri Lanka), rimas (Philippines), sake
(Vietnamese).
5.
Morfologi
Habitus:
Pohon tinggi mencapai
30 m, dengan stek umumnya pendek dan bercabang rendah. Buah yang tidak bermusim,
namun mengalami puncak pengeluaran buah dan bunganya dua tahun sekali.
Batang:
Batangnya besar, agak
lunak dan bergetah banyak. Bercabang banyak, pertumbuhan cenderung ke atas. Permukaan
kasar, coklat, tingginya mencapai 20 meter. Kayunya lunak dan kulit kayu
sedikit kasar.
Daun:
Daunnya lebar sekali,
bercanggap menjari dan berbulu kasar. Tunggal, berseling, lonjong, ujung
runcing, pangkal meruncing, tepi bertoreh, panjang 50-70 cm, lebar 25-50 cm,
pertulangan menyirip tebal, permukaan kasar hijau.
Bunga:
Bunga-bunga
sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi
berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting.
Bunga jantan berbentuk tongkat panjang disebut ontel, panjang 10-20 cm berwarna
kuning. Bunga wanita berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada
nangka. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang merupakan
bekas putik dari bunga sinkarpik.
Buah:
Buah
sukun terbentuk dari keseluruhan jambak bunganya. Buahnya terbentuk bulat atau
sedikit bujur. Ukuran garis pusatnya ialah diantara 10 hingga 30 cm. Berat
normal buah sukun ialah diantara 1 hingga 3 kg. ia mempunyai kulit yang
berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk polygonal
pada kulitnya. Segmen polygonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah
sukun. Polygonal yang lebih besar menandakan buahnya telah matang manakala buah
yang belum matang mempunyai segmen-segmen polygonal yang lebih kecil dan lebih
padat. Buah-buah sukun mirip dangan buah keluwih (timbul). Perbedaannya adalah duri
buah sukun tumpul, bahkan tidak tampak pada permukaan buahnya.
Biji:
Berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, berwarna hitam.
Akar:
Akar tanaman sukun
mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping yang dangkal. Akar samping dapat
tumbuh tunas yang sering digunakan untuk bibit.
6. Habitat
Sukun tergolong tanaman
tropik sejati, tumbuh yang paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman
ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat
kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat
tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, di saat tanaman
lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan
berbuah dengan lebat.1,2
7. DISTRIBUSI
Sukun dibudidayakan di sebagian
besar pulau-pulau Pasifik, dengan pengecualian Selandia Baru dan Pulau Paskah. Sekarang pantropical dalam
distribusi. Pada akhir
1700-an beberapa varietas tanpa biji diperkenalkan ke Jamaika dan
StVincent Tahiti, dan
berbagai Tonga diperkenalkan ke Martinique dan
Cayenne melalui Mauritius. Varietas tersebut Polinesia kemudian menyebar
ke seluruh Karibia dan Amerika
Tengah dan Selatan, Afrika,
India, Asia
Tenggara, Madagaskar, Maladewa, Seychelles, Indonesia,
Sri Lanka, dan utara
Australia. Sukun juga ditemukan
di Florida selatan.
8.
Kandungan Kimia
Kandungan
kimia yang terkandung dari daun Artocarpus
altilis
yaitu (Wang,
dkk. 2007):
·
1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-{4-hydroxy-6,6,9-trimethyl-6a,7,8,10a-tetrahydro-6H-dibenzo[b,d]pyran-5-yl}-1-propanone
(I),
(I)
·
1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-[3,4-dihydro-3,8-dihydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-benzopyran-5-yl]-1-propanone
(II),
(II)
·
1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(3,4-epoxy-4-methyl-1-pentenyl)-2H-1-benzopyran-5-yl]-1-propanone
(III),
(III)
·
1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-hydroxy-4-methyl-2-pentenyl)-2H-1-benzopyran-5-yl]-1-propanone
(IV),
(IV)
·
2-[6-hydroxy-3,7-dimethylocta-2(E),7-dienyl]-2′,3,4,4′-tetrahydroxydihydrochalcone
(V),
(V)
·
Artocarpin
(C26H28O6) (Hakim, dkk. 2006)
2',4',5-Trihydroxy-7-methoxy-6-(3-methyl-1-butenyl)-3-(3-methyl-2
butenyl)flavone2-(2,4-Dihydroxyphenyl)-5-hydroxy-7-methoxy-6-(3-methyl-1 butenyl)-3-(3-methyl-2-butenyl)-4H-1-benzopyran-4-one
(VI)
(VI)
· Cycloartocarpin (C26H26O6) (VII) (Hakim, dkk. 2006)
(VII)
·
Isocyclomorusin
(C25H22O6)
(+)-3,8-Dihydroxy-11,11-dimethyl-6-(2-methyl-1-propenyl)-6H,7H,11H
bis[1]benzopyrano[4,3-b:6',7'-e]pyran-7-one
(VIII) (Chen, dkk. 1993)
(VIII)
·
Isocyclomulberrin
(C25H24O6)
(+)-3,8,10-Trihydroxy-9-(3-methyl-2-butenyl)-6-(2-methyl-1-propenyl)-6H,7H-[1]benzopyrano[4,3-b][1]benzopyran-7-one (IX)
(Chen, dkk. 1993)
(IX)
·
Cycloaltilisin
(C26H26O7)
(+)-2,8,10-Trihydroxy-3-methoxy-11-(3-methyl-2-butenyl)-6-(2-methyl-1-propenyl)-6H,7H-[1]benzopyrano[4,3-b][1]benzopyran-7-one
(X) (Chen, dkk. 1993)
(X)
·
Artonin E (C25H24O7)
5-Hydroxy-8,8-dimethyl-3-(3-methyl-2-butenyl)-2-(2,4,5-trihydroxyphenyl)-4H,8H-benzo[1,2-b:3,4-b']dipyran-4-one
(XI) (Hakim,dkk. 2006)
(XI)
·
1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-benzopyran-5-yl]-1-propanone (XII)
(Wang, dkk. 2007)
(XII)
·
Cycloartobiloxanthone
(C25H22O7)
5a,6-Dihydro-1,3,8-trihydroxy-5,5,11,11-tetramethyl-5H,7H,11H-benzofuro[3,4-bc]pyrano[3,2-h]xanthen-7-one (XIII)
(Hakim,dkk. 2006)
(XIII)
5,4'-Dihydroxy-6''-methyl,6''-(4-methylpent-3-enyl)-pyrano[2'',3'':7,8]flavanone
(XIV) (Patil, dkk. 2002)
(XIV)
·
Cycloaltilisin
6 (C50H58O10)
3,3'-[3,4'-Bis[(2E)-3,7-dimethyl-2,6-octadienyl]-4,5,5',6'-tetrahydroxy[1,1'-biphenyl]-2,3'-diyl]bis[1-(2,4-dihydroxyphenyl)-1-propanone
(XV)
(Patil, dkk. 2002)
(XV)
·
Artoindonesianin
F (C19H20O4) (XVI)
(Hakim,dkk. 2006)
(XVI)
·
Artonol B
(XVII)
(Hakim,dkk. 2006)
(XVII)
·
Chaplashin (XVIII)
(Hakim,dkk. 2006)
(XVIII)
·
2-geranyl-2
',3,4,4'-tetrahydroxydihydrochalcone (XIX)
(Hakim,dkk. 2006)
(XIX)
·
2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon
(XX)
(Syah, dkk. 2006)
(XX)
·
8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon
(XXI)
(Syah, dkk. 2006)
(XXI)
·
2’-geranyl-3’,4’,7-trihydroxyflavanone
(XXII)
(XXII)
Pada
batang dan akar dari A. altilis telah
diisolasi empat senyawa
isoprenylated phenolic yaitu: (Ersam, 1999b; 2000).
·
Artonin E (XI),
·
Cycloartobiloxanthone (XIII)
·
Artonol B
(XVII)
·
Morusin (XXIII),
(XXIII)
·
ArtoindonesianinE (XXIV) dan Heteroflavanon
A (XXV)
(Hakim, dkk. 2001)
(XXIV) R= H
(XXV) R= Me
·
Artoindonesianin (XXVI)
(Hakim, dkk. 2001)
(XXVI)
·
Artoindonesianin A (XXVII)
(Hakim, dkk. 2001)
(XXVII)
·
Artoindonesianin B (XXVIII)
(Hakim, dkk. 2001)
(XXVIII)
·
Artoindonesianin C (XXIX)
(Hakim, dkk. 2001)
(XXIX)
·
Trans-4-(3-metil-E-but-1-enil)-3,5,2',4'-tetrahidroksistilben
(XXX)
(Hakim, dkk. 2001)
(XXX)
Telah ditemukan senyawa kimia yang
diisolasi dari kulit batang Arthocarpus
altilis, yaitu: (Shamaun, dkk. 2010)
·
Hydroxyartocarpin
(XXXI)
3-(c,c-dimethylallyl)-6-isopentenyl-5,8,2’,4’-tetrahydroxy-7-methoxyflavone
R=OH
(XXXI)
·
Cycloartocarpin A (XXXII)
(XXXII)
·
Artoindosianin V (XXXIII)
(XXXIII)
9.
Bioaktifitas
·
Telah dilaporkan bahwa
Artocarpus adalah sumber bagi senyawa-senyawa kimia yang berguna, termasuk
senyawa medisinal yang bersifat antiinflamasi, antihipertensi, antiplatelet,
antibakteri, dan sitotoksik terhadap sel kanker L-1210.(Nomura, dkk. 1998)
·
Senyawa 1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-{4-hydroxy-6,6,9-trimethyl-6a,7,8,10a-tetrahydro-6H-dibenzo[b,d]pyran-5-yl}-1-propanone
(I), 1-(2,4dihydroxyphenyl)-3-[3,4-dihydro-3,8-dihydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-benzopyran-5-yl]-1-propanone
(II), dan 2-[6-hydroxy-3,7-dimethylocta-2(E),7-dienyl]-2′,3,4,4′-tetrahydroxydihydrochalcone
(V) memperlihatkan sifat zat sitotoksik yang sedang melawan sel kanker SPC-A-1,
SW-480, dan SMMC-7721 pada manusia. (Wang et al. 2007)
·
Beberapa senyawa dihydrochalcone pada Artocarpus
altilis memiliki efek sitotoxic yaitu:
1-(2,4-dihydroxyfenyl)-3-(8-hydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-2H-1-yl-5-benzopyran)-1-propanone
(XI),
1-(2,4-dihydroxyfenyl)-3-{4-hydroxy-6,6,9-trimethyl-6a,7,8,10a
tetrahydro6Hdibenzo(b,d)pyran-5-il}-1-propanone (I),
2-geranyl-2',3,4,4'tetrahydroxydihydrochalcone
(XVIII). (Wang et al. 2007)
- Daun tumbuhan ini termasuk tanaman obat sebagai obat luar untuk penyembuhan pembengkakan limfa (Heyne, 1987).
- Berdasarkan laporan terdahulu, sejumlah turunan flavon terprenilasi telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari bagian akar dan ranting tumbuhan ini (Chen et al., 1993; Hano et al., 1994). Sementara itu, dua turunan dihidrokalkon dan satu flavanon tergeranilasi yang bersifat inhibitor terhadap catepshin K yang berimplikasi pada osteoporosis juga telah dilaporkan sebagai komponen aktif dari bagian pucuk (Patil et al., 2002). Tambahan pula, suatu turunan dihidrokalkon tergeranilasi yang bersifat inhibitor terhadap enzim 5α-reduktase juga telah ditemukan dari bagian daun tumbuhan ini yang berasal dari Thailand (Shimizu et al., 2000a).
- Akhir-akhir ini, uji aktivitas terhadap ulat sutera Bombyx mori dan sitotoksisitas dari senyawa-senyawa tersebut terhadap sel tumor P388 telah dilakukan. Sebelumnya, telah dilaporkan pula mengenai temuan artoindonesianin B (XXVII) yang bersifat sitotoksik terhadap sel tumor P388 dari Arthocarpus altilis (Erwin, dkk. 2001) di samping beberapa senyawa flavonoid yang telah ditemukan oleh peneliti lain, seperti isosiklomulberin, siklomulberin, isosiklomorusin, siklomorusin, dan sikloaltilisin.(Chen ,dkk. 1993)
- Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. (Koswara, 2006)
- Salah satu flavonoid yang berasal dari daun Arthocarpus altilis yaitu 2-geranyl- 2',3,4,4'-tetrahydroxychalcone menunjukan hambatan pada Vascular Cell Adhesion Molecules 1 (VCAM-1) dan Intracellular Adhesion Molecules (ICAM-1) pada Human Aortic Endothelial Cells (HAEC) setelah stimulasi TNF-a (Tjandrawati, dkk. 2009)
- Ekstrak dari diethylether batang sukun (Artocarpus altilis) menunjukan penurunan viabilitas sel dtergantung konsentrasi yang diberikan. Perubahan morfologi sel setelah pemberian ekstrak menunjukan bahwa sel-sel mengalami apoptosis. Analisis terhadap siklus sel menunjukan bahwa jumlah sel di fase sub-G1 meningkat dengan peningkatan konsentrasi dari ekstrak yang diberikan. Data menunjukan bahwa ekstrak kayu Sukun (Artocarpus altilis) dapat menginduksi apoptpsis dan formasi fase sub-G1 di sel kanker payudara (T47D), sehingga memiliki potensi sebagai anti kanker.(Arung, dkk, 2009)
10. Kegunaan Tradisional
·
Selain untuk pangan alternatif, sukun
juga dapat dibuat minuman untuk obat penyakit, terutama adalah daunnya. Daun
sukun efektif mengobati penyakit seperti liver, hepatitis, pembesaran limpa,
jantung, ginjal, tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung
phenol, quercetin, dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan
obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal-gatal.( Ramadhani, 2009 )
- Batang dan akar tanaman ini juga merupakan tanaman obat penting dan secara tradisional telah digunakan di Taiwan untuk pengobatan sirosis hati, hipertensi, antiinflamasi, dan efek detoksifikasi. (Chen, 1993; Ersam, 1999a; Hakim, 1997)
11.
Kesimpulan
·
Artocarpus altilis memiliki senyawa
kimia yang terkandung pada daun, batang dan akar berjumlah sekitar 33
senyawa metabolit.
·
Artocarpus altilis selain digunakan sebagai bahan pangan alternative,
juga dapat digunakan sebagai obat seperti liver, hepatitis,
pembesaran limpa, jantung, ginjal, tekanan darah tinggi dan kencing manis.
Daftar Pustaka
1.
Wang
Y, Xu K, Lin L, Pan Y, Zheng X. 2007. Geranyl flavonoids from the leaves of Artocarpus
altilis. Phytochem 68: 1300-1306.
2.
Hakim
EH, Achmad SA, Juliawaty LD, Makmur L, Syah YM, Aimi N, Kitajima M, Takayama H,
Ghisalberti EL. 2006. Prenylated flavonoids and related compounds of the
Indonesian Artocarpus (Moraceae). J NatMed 60: 161-184.
3.
Syah YM, Achmad SA, Bakhtiar E, Hakim EH, Juliawaty LD, Latip J. 2006. Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis). J MAT & SAINS, VOL. 11 NO. 3
4.
Heyne,
K., 1987, Tumbuhan berguna Indonesia, Departemen Kehutanan Republik
Indonesia, Jakarta.
5.
Hano,
Y., R. Inami, and T. Nomura, 1994, Constituents of Moraceae Plants. 20. A Novel
Flavone, Artonin V, from The Root Bark of Artocarpus altilis, J.
Chem. Res., Synop., 1994:9,
348-349.
6.
Chen,
C. C., Y. L. Huang, J. C. Ou, C. F. Lin, and T.M. Pan, 1993, Three New
Prenylflavones from Artocarpus altilis, J. Nat. Prod. 56:9, 1594-1597.
7.
Patil,
A. D., A. J. Freyer, L. Killmer, P. Offen, P. B.Taylor, B. J. Votta, and R. K.
Johnson, 2002, A New Dimeric Dihydrochalcone and A New Prenylated Flavone from
The Bud Covers of Artocarpus altilis: Potent Inhibitors of Cathepsin K, J.
Nat. Prod., 65:4, 624-627.
8.
Shimizu,
K., R. Kondo, K. Sakai, S. Buabarn, and U. Dilokkunanant, 2000a, 5α-Reductase
Inhibitory Component from Leaves of Artocarpus altilis, J. Wood Sci.,
46:5, 385-389.
9.
Ersam,
T., Achmad, S.A., Ghisalberti, E.L., Hakim, E.H., dan Tamin, R. (1999b), Proc.
Sem. Nas. Kimia Bahan Alam 99’ , Depok, 97-103
10.
Ersam,
T., Achmad, S.A., Ghisalberti, E.L., Hakim, E.H., dan Tamin, R. (1999a), J.
Mat. Sain, 4(2), 172-177
11.
Ersam,
T., Achmad, S.A., Ghisalberti, E.L., Hakim, E.H., dan Tamin, R. (2000), Proc.
The Fourth ITB-UKM Joint Sem. Chem., Bandung, 259-266.
12.
Erwin,
Hakim, E.H., Achmad, S.A., Syah, Y.M., Aimi, N., Kitajima, M., Makmur, L.,
Mujahidin, D.,dan Takayama, H. Artoindonesianin B Suatu Senyawa yang Bersifat
Sitotoksik Terhadap Sel Tumor P388 dari Tumbuhan A.rtocarpus altilis, Bull. Soc.
Nat. Prod. Chem. (Indonesia), l(l), 20-27. (2001).
13.
Nomura,
T., Hano, Y. dan Aida, M. Isoprenoid- Substituted Flavonoids from Artocarpus
Plants (Moraceae), Heterocycles , 47( 2), 1179-1205. (1998).
14.
Hakim,
E.H., Achmad, S.A., Fahriyati, A., Juliawati, L.D., Kau, M.S., Makmur, L., and
Nomura, T. (1997), Proc. Unesco Sub-Regional Sem. Chem. Nat. Prod.,
Ujungpandang, 64-66
15.
Koswara
Sutrisno. 2006. Sukun Sebagai Cadangan
Pangan Alternatif. www. ebookpangan.com
16.
Shamaun
S. S,.Mawardi R,. Najihah M. H,. Hazar B.M. I,. Mohd A. S,. Gwendoline
E.C.L,.Rusea G. 2010. Prenylated flavones from Artocarpus altilis. J Nat Med
64:478–481
17.
Tjandrawati
Mozef, A.A. Soemardji, E.Y. Sukandar, H. Rachmawati, Y.M. Syah, I.Mustapha, J.
A.A.M. Kamps and G. Molema. “2-Geranyl-2′,3,4,4′-Tetrahydroxydihydrochalcone
Inhibits Expression Of Intracellular Adhesion Molecules (ICAM-1) And Vascular
Cell Adhesion Molecules (VCAM-1) In Human Aortic Endothelial Cells But Not In
Human Umbilical Vein Endothelial Cells”. Presented at The 2nd International
Seminar on Advance Molecular Biology, Padang, 18-20 August 2009.
18.
Ramadhani A.N. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Larva Artemia Salina
Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bst). Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro. Semarang.
19.
Arung, E.T., Britanto, D. W., Yohana. A.H., Irawan,
W. K., Dina, Y., & Ferry. S. Anti-Cancer Properties of Diethylether Extract
of Wood from Sukun (Artocarpus altilis) in Human Breast Cancer (T47D)
Cells. Trop
J of Pharm Research, August 2009; 8 (4): 317-324.
No comments:
Post a Comment