Antidepresan
Trisiklik
Imipramin adalah antidepresan dari golongan trisiksik pertama yang
dikembangkan pada tahun 1950 [1] dan mulai tahun 1957 secara klinik mulai
digunakan dalam terapi [7]. Merupakan suatu senyawa derivat dari dibenzazepin
yang karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Bersama
Amitriptilin obat ini obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi dan
dianggap sebagai pengganti penghambat MAO (Monoamin Oksidase) yang tidak banyak
digunakan lagi. Obat ini telah dibuktikan dapat mengurangi keadaan depresi,
terutama depresi endogenik dan psikogenik. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan
suasana (mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan
nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran morbid.
Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang normal [4, 6, 9].
Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat monoamin
oksidase dan menimbulkan efek samping yang lebih rendah. Efek samping tersebut
antara lain adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan
hipotensi [9].
Berdasarkan struktur kimia di atas, Imipramin kemudian ditemukan
derivat desmetil yaitu desipramin (demetilasi imipramin). Imipramin merupakan
senyawa prodrug yang di dalam tubuh akan dimetabolisme di hati secara cepat
(N-demetilasi) menjadi bentuk senyawa aktif desipramin [9]. Potensi relatif
dari metabolit desipramin jauh lebih besar dibandingkan dengan imipramin
sendiri [5].
Hubungan
Struktur dan Aktivitas Imipramin
Modifikasi pada
sejumlah sistem cincin trisiklik dari golongan antidepresan trisiklin ini
seperti pada cincin dibenzazepin, dibenzasiklohepten danfenotiazin dapat
menimbulkan efek antidepresi yang berbeda.
a.
Modifikasi pada rantai
samping
Senyawa menunjukkan aktivitas yang tinggi bila jumlah atom C pada
rantai samping adalah 2 atau 3 (etilamin atau propilamin). Bila jumlah atom C =
1 atau lebih besar dari 3 dan adanya percabangan pada rantai samping akan
menyebabkan senyawa menjadi tidak aktif.
Gugus amin pada rantai samping biasanya amin sekunder, tidak amin
tertier seperti pada psikotik. Senyawa akan aktif bila atom N tidak
tersubstitusi atau tersubstitusi dengan gugus metil. Substitusi dengan gugus
etil atau gugus alkil yang lebih tinggi akan menurunkan aktivitas secara
drastis dan menimbulkan toksisitas. Jumlah atom C makin besar maka
toksisitasnya semakin besar pula.
b.
Modifikasi pada cincin
trisiklik
Adanya substituen 3-Cl, 10-metil dan 10,11-dimetil dapat meningkatkan
aktivitas.
Jembatan pada posisi 10, 11-dimetil dapat terbentuk dari –CH2-CH2-
(dihidrodibenzazepin, misalnya desipramin), -CH=CH- (dibenzazepin) atau -S-
(fenotiazin, misalnya desmetilpromazin) dan ketiganya aktif sebagai
antidepresi.
Hilangnya jembatan 10, 11 (difenilamin) juga tidak menghilangkan
aktivitas antidepresi. Diduga bahwa jembatan pada posisi 10,11 tidak penting
untuk aktivitas antidepresi.
Atom N cincin pada desiparamin dapat diganti dengan atom C
(nortriptilin) dan tetap aktif sebagai antidepresi. Penghilangan salah satu
cincin benzene akan menghilangkan aktivitas antidepresi. Dari 20 turunan
fenotiazin, setelah dilakukan uji hanya desmetilpromazin dan
desmetiltriflupromazin yang aktif sebagai antidepresi [9].
Farmakodinamika
Imipramin
Mekanisme kerja Imipramin sebagai antidepresan belum sepenuhnya
diketahui [2]. Namun kemungkinannya Imipramin bekerja dengan cara menghambat
ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin dan
serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat.
Berdasarkan struktur kimianya, obat antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Amin sekunder yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat ambilan kembali serotonin pada sinap neuron [6].
Berdasarkan struktur kimianya, obat antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Amin sekunder yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat ambilan kembali serotonin pada sinap neuron [6].
Farmakokinetika
Imipramin
Imipramin diabsorpsi secara cepat di saluran cerna walau tidak sempurna
(50%). Kadar plasma puncak terjadi pada 0,5 – 1 jam setelah pemberian per oral.
Dengan waktu paruh 16 jam. Pemberian dosis adalah 100 – 200 mg/hari [9].
Metabolisme
Imipramin
Imipramin dimetabolisme di mikrosom hati menjadi metabolit
N-desmetil-imipramin (84%), 2-hidroksiimipramin (10%), dan 10-hidroksiimipramin
(6%). Laju demetilasi dari imipramin berhubungan dengan sitokrom P-450 1A2 and
3A4 sedangkan laju hidroksilasi berbuhungan dengan sitokrom P-450 2D6 [8] dan
sitokrom P-450 1A4 [3].
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada Fase I metabolisme,
imipramin akan dimetabolisme menjadi desipramin melalui proses N-demetilasi
yang diperantarai oleh enzim sitokrom P-450 1A2 dan 3A4 menjadi bentuk
metabolit aktif desipramin.
Proses metabolisme selanjutnya dari imipramin melalui hidroksilasi oleh
enzim sitokrom P-450 1A4 menghasilkan 2-hidroksiimipramin yang akan dilanjutkan
menjadi 2-hidroksidesipramin.
Selanjutnya 2-hidroksiimipramin dan 2-hidroksidesipramin akan melalui
metabolisme fase II yaitu dengan berkonjugasi dengan glukoronat membentuk
konjugat glukoronat melalui ikatan pada gugus hikroksi. Metabolit yang polar
tersebut kemudian dieksresi dari tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, (2009a), Imipramin, http://en.wikipedia.org/wiki/Imipramine.
2. Anonim, (2009b), Drug Monograph: Imipramine, http://www.mentalhealth.com/ drug/p30-t03.html.
3. Burchell, B., (1999), Tranformation Reaction: Glucoronidation, In: Woolf, TF., (1999), Handbook of Drug Metabolism, Wiley, Singapura, p. 153-168.
4. Ebuehi, OAT., Ikanone, CEO., Balogun, AA., (2008), Chronic Administration of Sertraline, Clozapine, Amitriptyline and Imipramine Affects Brain Serotonin, Liver Enzymes and Blood Chemistry of Rabbit. Advances in Medical and Dental Sciences, Vol. 2 (3). Page 66-73.
5. Foye, W., (1989), Principle of Medicinal Chemistry, Third Edition, Lea & Febiger, Philadelphia, p. 294.
6. Ganiswara, S., (1995), Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima, UI Press, Jakarta, Hlm. 158-159.
7. Gringauz, A., (1997), Introduction Medicinal Chemistry: How Drug Act and Why. Wiley. Singapur, p. 611
8. Lemoine, A., Gautier, JC., Azoulay, D., Kiffel, L., Belloc, C., Guengerich, FP., Maurel, P., Beaune, P., Leroux, JP., (1993), Major pathway of imipramine metabolism is catalyzed by cytochromes P- 450 1A2 and P-450 3A4 in human liver, Mol Pharmacol., May, Vol. 43 (5), p. 827-832.
9. Siswandono, Sukarjo, B., (1995), Kimia Medisinal, Airlangga University Press, Surabaya, Hlm. 518, 521-523
No comments:
Post a Comment