FARMAKOTERAPI PADA PASIEN DENGAN KONDISI
PATOLOGIS PENYAKIT HATI
DEFENISI
Hati merupakan organ yang sangat penting
dalam pengaturan homeostatis tubuh meliputi:
–
Metabolisme
–
Biotransformasi
–
Sintesis
–
Penyimpanan
–
Imunologi
Hati dapat mempertahankan fungsinya bila
terjadi gangguan ringan. Pada gangguan berat terjadi gangguan fungsi yang
serius dan berakibat fatal.
Penyakit hati adalah suatu istilah untuk
sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang
mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati.
PENYEBAB
PENYAKIT HATI
Beberapa
penyebab penyakit hati dan kerusakan hati, yaitu:
•
Infeksi virus hepatitis dapat ditularkan
melalui selaput mukosa, hubungan seksual atau darah (parenteral)
•
Zat-zat toksik misalnya alkohol dan
obat-obatan tertentu
Ø Hepatotoksisitas intrinsik (Tipe A, dapat diprediksi)
1.
Parasetamol : nekrosis hati
pada pemberian overdosis
2.
Metotreksat : fibrosis dan
sirosis pada pengobatan jangka panjang.
3.
Tetrasiklin : microvesicular
fatty liver.
4.
Siklofosfamid : nekrosis sel
hati akut (jarang).
5. Kontrasepsi oral : kolestasis.
Ø Hepatotoksisitas idiosinkratik (Tipe B, tidak dapat diprediksi)
- Klorpromazin, ko-amoksiklav, eritromisin, asam fusidat, glibenklamid, fenotiazin, natrium valproat menyebabkan kolestasis yang parah
- Halotan menyebabkan kenaikan serum transaminase yang bersifat sementara, nekrosis sel hati yang parah.
- Isoniazid menyebabkan peningkatan transaminase.
- Sulfonamid menyebabkan hepatotoksisitas menyerupai hepatitis virus.
- Nitrofurantoin menyebabkan kolestasis & hepatitis akut dan kronis.
- Genetika atau keturunan, misalnya hemochromatosis
- Gangguan imunologis, misalnya hepatitis autoimun, yang timbul karena adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang berakibat peradangan kronis.
- Kanker, seperti hepatocelluller Carsinoma dapat disebabkan senyawa karsinogenik
Dua kelompok besar dari
penyakit hati yaitu hepatitis dan serosis
1.
Pasien dengan hepatitis karena infeksi
di hati, sel hati dapat berkurang kemampuannya atau mati.
a.
Pasien dengan hepatitis akut biasanya
hatinya lembek, metabolism obat menurun dan ada yang memerlukan atau tidak
terhadap perubahan dosis obat
b.
Jika pasien berkembang menjadi hepatitis
kronik sel hepatosit rusak secara permanen dan akan menyebar dan memerlukan
perubahan dosis obat. Jadi dengan kerusakan sel hepatosit yang lama akan
berkembang menjadi sirosis hati
2.
Pasien dengan sirosis hati dimana fungsi
dari hepatosit secara permanen hilang, jadi regimen dosis obat harus
dimodifikasi pada beberapa pasien sirosis
HEPATITIS A
- Termasuk klasifikasi virus dengan transmisi secara enterik.
- Virus tidak memiliki selubung dantahan terhadap cairan empedu
- Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala
- Pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
- Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
- Penderita hepatitis A akan menjadi kebal terhadap penyakit tersebut
- Pengobatan: vaksin hepatitis A. dan untuk kekebalan diberikan vaksin berulang-ulang.
HEPATITIS B
- Peradangan kronik pada hati
- Hepatitis yang paling sering didapatkan.
- Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mendapatkan kekebalan seumur hidup, namun sebagian memperoleh kegagalan dalam mendapatkan kekebalan tubuh.
- Sebanyak 1–5% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten.
- Hepatitis B sangat berisiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
HEPATITIS C
- Tidak bisa terdeteksi selama puluhan tahun tapi bisa merusak organ hati selama perlahan.
- Gejala yang biasa dirasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan.
- Kebanyakan penderita tidak menyadari jika dirinya mengidap penyakit ini,karena hanya dirasakan sebagai penyakit flu biasa.
HEPATITIS D
- Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap, memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi tidak untuk replikasinya.
- Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
- Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif.
HEPATITIS E
- Gejala mirip dengan hepatitis A
- Gejala: demam, pegal linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut
- Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
- Penularan hepatitis E melalui air yang terkontaminasi feces.
HEPATITIS F
- Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan.
- Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
HEPATITIS G
- Gejala mirip dengan hepatitis C
- Sering kali infeksi dengan hepatitis B atau hepatitis C
- Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik.
- Penularan melalui transfusi darah dan jarum suntik.
SIROSIS HATI
Setelah terjadi
peradangan dan pembengkakan, hati mencoba memperbaiki dengan membentuk bekas
luka atau jaringan parut (Fibrosis). Semakin banyak fibrosis maka hati semakin
sulit melakukan fungsinya dan berkembang menjadi sirosis. Sirosis ini dapat
terjadi karena hepatitis B dan C, alkohol, perlemakan hati, atau penyakit yang
menyebabkan penyumbatan empedu.
Sirosis tidak dapat
disembuhkan, pengobatan yang dilakukan hanya untuk menghindari komplikasi yang
terjadi, misalnya mual, muntah, keluar darah pada fases, mata kuning serta koma
hepatikum. Pemeriksaan yang dilakukan;
•
enzim SGOT-SGPT,
•
waktu protrombin
•
protein (Albumin–Globulin)
•
elektroforesis (rasio Albumin-Globulin
terbalik)
KANKER
HATI
Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular
carcinoma (HCC). Komplikasi akhir
yang serius dari hepatitis kronis, terutama sirosis yang arena virus hepatitis
B, C dan hemochromatosis. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
terjadinya kanker hati adalah AFP dan PIV.
PERLEMAKAN HATI
Terjadi bila penimbunan
lemak mencapai 5% dari berat hati atau lebih dari separuh jaringan sel
hati.Timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebihan (alkoholic steatohepatitis
(ASH)) ataupun bukan alkohol (Non alkoholic steatohepatitis (NASH)). Pemeriksaan
yang dilakukan SGPT, SGOT dan alkali Fosfatase.
KOLESTASIS DAN JAUNDICE
Kolestasis merupakan
keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau pengeluaran empedu. Lamanya
menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A,
D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol
di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen
empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata (pada lapisan skeletal) disebut
jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita akan terlihat kuning, urin lebih
gelap sedangkan fases lebih terang. Pemeriksaan yang dilakukan: Alkali
Fosfatase, Gamma GT, Bilirubin Total dan Bilirubin Direk
HEMOCHROMATOSIS
Hemochromatosis
merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan
besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit ini bersifat genetik atau
keturunan. Pemeriksaan: transferin dan ferritin.
ABSES HATI
Abses hati dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Gejala demam dan menggigil.Abses
yang diakibatkan karena amubiasis prosesnya berkembang lebih lambat. Yang
disebabkan oleh hati bersifat fatal. Tanda-tanda dan gejala klinis:
- Kulit atau sklera mata berwarna kuning (ikterus)
- Badan terasa lelah atau lemah
- Gejala-gejala menyerupai flu, misalnya demam, rasa nyeri pada seluruh tubuh.
- Kehilangan nafsu makan atau tidak dapat makan dan minum
- Gangguan daya pengecapan dan penciuman
- Nyeri abdomen, yang dapat disertai dengan perdarahan usus.
- Tungkai dan abdomen membengkak.
- Di bawah permukaan kulit tampak pembuluh-pembuluh darah kecil, merah dan membentuk formasi laba-laba (spider naevy), telapak tangan memerah (palmar erythema) dan kulit mudah memar (tanda-tanda sirosis).
- Darah keluar melalui muntah dan rektum (hematemesis-melena).
- Gangguan mental, biasanya pada stadium lanjut (encephalopathy hepatic).
- Demam yang persisten, menggigil dan berat badan menurun. Ketiga gejala ini mungkin menandakan adanya abses hati.
FUNGSI
HATI
Hati adalah organ penting yang
bertanggung jawab terhadap:
- Menyaring darah
- Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak
- Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi.
- Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada pembekuan darah
- Memetabolisme banyak obat-obatan
- Kebanyakan obat larut lemak dimetabolisme dihati, terdiri dari 2 fase :
- Fase 1 : reaksi oksidasi, hidrolisi, dan reduksi,dimediasi oleh enzim sitokrom P-450, yang mana terikat dengan membrane reticulum endoplasma disamping hepatosit
- Fase 2 : reaksi konjugasi untuk glukoronida, asetat, atau sulfat, mungkin dimediasi dalam hati dengan enzim sitosolik yang terdapat dalam hepatosit
- Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B
- Membuat protein-protein penting seperti albumin yang mengatur pengakutan cairan didalam darah dan ginjal
- Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah
Jika hati menjadi
radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini
jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah disebabkan oleh suatu
kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan
kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati
adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan
alkohol.
PENYEBAB DAN RISIKO PENYAKIT
Penyakit
hati dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang bervariasi. Penyebab-penyebabnya
termasuk:
-
Kerusakan-kerusakan
bawaan sejak lahir atau kelainan-kelainan hati yang hadir pada kelahiran
-
Kelainan-kelainan
metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh
-
Infeksi-infeksi
virus atau bakteri
-
Alkohol
atau keracunan oleh racun
-
Obat-obat
terentu yang merupakan racun bagi hati
-
Kekurangan
Gizi (nutrisi)
-
Trauma
atau luka
Penyakit-penyakit
hati yang kemungkinan besar terjadi pada anak-anak termasuk:
- Alagille's syndrome, suatu kondisi dimana saluran empedu menyempit dan memburuk, terutama pada tahun pertama kehidupan
- Alpha 1- antitrypsin deficiency, suatu penyakit hati genetik pada anak yang dapat menuju ke hepatitis dan sirosis hati
- Biliary atresia, suatu kondis dimana saluran empedu yang terbentang dari hati ke usus halus adalah terlalu kecil penampangnya atau sama sekali tidak ada
- Galactosemia, suatu penyakit keturunan dimana tubuh tidak dapat mentoleransi gula-gula tertentu didalam susu. Gula-gula ini dapat memperluas, menyebabkan kerusakan yang serius terhadap hati dan organ-organ lainnya dari tubuh.
- Hemorrhagic telangiectasia, suatu kondisi dimana pembuluh darah yang tipis mengizinkan perdarahan yang mudah dan sering dari kulit dan saluran pencernaan
- Hepatitis aktif kronis, suatu peradangan hati yang menyebabkan luka yang meninggalkan parut dan gangguan fungsi hati
- Kanker hati, yang dapat berasal dari kanker pada bagian tubuh lainnya yang telah menyebar ke hati
- Neonatal hepatitis, adalah hepatitis pada bayi baru lahir yang terjadi pada beberapa bulan pertama kelahiran
- Reye's syndrome, suatu kondisi yang menyebabkan meluasnya lemak di hati. Pada beberapa kasus kondisi ini dikaitkan dengan penggunaan aspirin, terutama yang berhubungan dengan chickenpox, influenza, atau penyakit-penyakit lainnya dengan demam
- Thalassemia, satu grup dari anemia yang diwariskan, atau jumlah darah merah yang rendah
- Tyrosinemia, suatu kelainan yang menyebabkan persoalan serius dengan metabolisme hati
- Wilson's disease, suatu kondisi warisan (keturunan) yang menyebabkan meluasnya dari mineral tembaga didalam hati
Penyakit-penyakit
hati yang kemungkinan besar terjadi pada orang dewasa termasuk:
- Batu empedu, yang mungkin dapat menyumbat saluran empedu
- Hemochromatosis, suatu kondisi yang menyebabkan tubuh menyerap dan menyimpan terlalu banyak besi. Penumpukan dari besi menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ lainnya
- Hepatitis, suatu peradangan dan infeksi dari hati disebabkan oleh salah satu dari beberapa virus-virus
- Penyakit cystic dari hati, yang menyebabkan luka-luka dan massa-massa yang terisi cairan di hati
- Porphyria, suatu kondisi yang menyebabkan kesalahan fungsi dalam bagaimana tubuh menggunakan porphyrins. Porphyrins adalah sangat penting pada pembuatan haemoglobin didalam sel darah merah, untuk mengangkut oksigen keseluruh tubuh
- Primary sclerosing cholangitis, suatu kondisi yang menyebabkan saluran empedu dari hati menyempit karena peradangan dan luka goresan
- Sarcoidosis, suatu penyakit yang menyebabkan suatu perluasan dari luka-luka di hati dan organ-organ lainnya dari tubuh
- Sirosis, suatu kondisi serius yang menyebabkan jaringan dan sel-sel hati diganti oleh jaringan parut
- Type I glycogen storage disease, yang menyebabkan persoalan pada pengontrolan gula darah ketika sesorang sedang puasa
Penyakit
hati yang berhubungan dengan alkohol termasuk:
- Hepatitis alkoholik
- Penyakit fatty liver yang menyebabkan pembesaran hati
- Sirosis alkoholik
EFEK PENYAKIT HATI
TERHADAP AKTIVITAS FARMAKOLOGI OBAT
1. Perubahan
terhadap parameter farmakokinetika obat
2. Perubahan
farmakodinamika akibat proses penyakit
yang terjadi
Efek
penyakit hati terhadap farmakokinetika obat terutama disebabkan oleh
·
Obat dimetabolisme oleh satu atau lebih
enzim pada sel didalam bagian2 hati yang berbeda.
·
Beberapa obat dan metabolitnya
diekskresikan melalui sekresi bilier
Penyakit
hati dapat mengakibatkan antara lain:
·
Akumulasi obat
·
Kegagalan membentuk metabolit
aktif/inaktif
·
Peningkatan ba oral
·
Efek lain yang terkait ikatan protein
dan fungsi ginjal
TERAPI PADA PENYAKIT HATI
•
Terapi tanpa obat
•
Terapi dengan obat
•
Terapi dengan vaksinasi
•
Terapi transplantasi hati
TERAPI TANPA OBAT
- Diet seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan dan aktivitas.
- Diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit
- Manjalankan pola hidup teratur
- Konsultasi dengan petugas kesehatan
TERAPI
OBAT
- Aminoglikosida: untuk abses hati yang disebabkan karena bakteri. Diberikan tiga kali dalam sehari secara teratur selama tujuh hari berturut-turut atau atas anjuran dokter
- Antiamuba:dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate, emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena amuba dapat diminimalkan
- Antimalaria: klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan oleh amuba.
- Antivirus: Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita hepatitis B. Obat ini mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus hepatitis B berproliferasi. Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV menjadi negatif pada semua pasien selama 1 bulan. Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral (Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh diminum untuk penderita sedang mendapat pengobatan Interferon dan Ribavirin, karena beratnya efek samping faal hati.
- Thymosin alpha 1 adalah suatu imunomodulator yang dapat digunakan pada terapi hepatitis B kronik sebagai monoterapi atau terapi kombinasi dengan interferon.
- Diuretik tertentu, seperti Spironolactone dan furosemid dapat membantu mengatasi edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit
- Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector, golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan kondisi lain. Misalnya: kalsium pantotenate, L-ornitine-L-aspartate, lactose, metadoxine, phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid
- Multivitamin dengan mineral, golongan ini digunakan sebagai terapi, Sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Vitamin terdiri dari vitamin larut lemak (A, D, E, K) dan vitamin larut air (C dan B).
- Terapi dengan Vaksinasi, Interferon mempunyai sistem imun alamiah tubuh dan bertugas untuk melawan virus. Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D. Imunoglobulin hepatitis B dapat membantu mencegah berulangnya hepatitis B setelah transplantasi hati.
- Terapi dengan Transplantasi Hati, dewasa ini merupakan terapi yang diterima untuk kegagalan hati fulminan yang tak dapat pulih dan untuk komplikasi-komplikasi penyakit hati kronis tahap akhir. Penentuan saat transplantasi hati sangat kompleks. Para pasien dengan kegagalan hati fulminan dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat tanda-tanda ensefalopati lanjut, koagulapati mencolok (waktu prothrombin 20 menit) atau hipoglikemia. Pada pasien dengan penyakit hati kronis dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi yang meliputi asites refrakter, peritonitis bakterial spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau gangguan parah pada fungsi sintesis dengan koagulopati atau hipoalbuminemia.
KLIRENS/ BERSIHAN HATI
Menyatakan volume darah yang berfusi ke
hati dan dibersihkan dari obat per satuan waktu, dengan kata lain klirens merupakan ukuran eliminasi obat yang
mampu dilakukan oleh hati
Perhitungan yang mengambarkan
metabolism obat hepatik
CIH = LBF. ( fB . CIint
)/ LBF + ( fB . CIint )
Dimana : LBF = aliran darah ke hati
Fb = bagian obat yang
tidak terikat oleh darah
CIint = clriren
intrinsic
Sistem
enzim hati yang kompleks dan terstrata mengakibatkan sulit untuk menentukan klirens hepatik.
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA
GANGGUAN HATI YANG BERAT:
- Usahakan memilih obat yang eliminasinya melalui ekskresi ginjal.
- Hindari penggunaan obat depresan SSP, diuretik, obat yang menyebabkan konstipasi, antikoagulan oral, kontrasepsi oral, dan obat hepatotoksik.
- Lakukan penyesuaian dosis
Obat-obat berikut ini memerlukan perhatian khusus pada penderita
gangguan hati:
a. Sedatif (benzodiazepin, opioid) : dapat menimbulkan koma.
b. Diuretik : ensefalopati
c. Warfarin, AINS, aspirin : penurunan atau gangguan produksi faktor
pembekuan darah dapat menimbulkan risiko perdarahan
d.
INH dan rifampisin :
mempengaruhi enzim hati
e.
Parasetamol, halotan,
isoniazid : terkait dosis
PERTIMBANGAN DOSIS PADA PENYAKIT
HATI
Dosis
dan interval pemberian obat yang akan diberikan pada pasien dengan gangguan
hati harus mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1. Sifat
dan Keparahan Penyakit
Jenis
dan keparahan penyakit hati mempengaruhi farmakokinetiak obat dalam porsi yang tidak
sama besar
2. Eliminasi
Obat
Secara
umum obat dimetabolisme dalam tubuh dalam dua bentuk:
·
Fraksi obat yang dieliminasikan dalam
bentuk asalnya, fe
·
Fraksi obat yang dimetabolisme, 1-fe
Fraksi
ini dapat ditentukan dari klirens hepatik (ClH) dan klirens tubuh total
(Cl). Fraksi ini memungkinkan untuk mengetahui klirens total saat fungsi
hati berkurang. Obat dengan fe kecil, sangat dipengaruhi oleh fungsi
hati
3. Rute
Adminitrasi Obat
Jika obat mengalami first fast effect sebagian obat
akan hilang karena metabolism presistemik dan bioavaibilitasnya akan meningkat.
Pengurangan secara terus-menerus terjadi pada kliren hepatic dan pada efek
first fast hasilnya kan meningkatkan konsentrasi stdy state untk obat yg
diguanakan secara oral.
4. Ikatan
Protein
Hati
mempoduksi albumin dan alfa 1 asam glikoprotein adalh dua senyawa protein yang
menikat obat2 asam dan basa terutama
dalam darah. Pasien dengan sirosis produksi protein ini berkurang sehingga obat
bebas meningkat dlm darah karena kurangnya ikatan protein
5. Laju
Darah Hepatik dan Bersihan Intrinsik
Aliran
darah ke hati menurun pada pasien sirosis karena sel hati digantikan oleh
jaringan yang tidak berfungsi yg mana akan meningkatkan tekanan dari dalm organ
menyebabkan tekanan vena portal tinggi dan juga aliran darah disekitar hati.
Penurunan aliran darah hati menyebabkan sebagian obat tetap mengandalkan sel
hati dan menekan kliren hepatic obat sehingga meningkatkan bioavaibilitas obat.
6. Obstruksi
Bilier
Ekskresi bilier dari
beberapa obat dan metabolit terutama konjungat glukoronida akan berkurang.
7. Perubahan
Secara Farmakodinamik
Sensitivitas jaringan
dapat terganggu.
8. Range
Terapetik
PENENTUAN DOSIS PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT HATI
Uji lab terbatas dalam
menentukan fungsi hati aspartese aminotransferase dan alanine amino transferase
mendeteksi kerusakan sel hati, bukan menunjukkan fungsi hati sedangkan serum bilirubin hanya suatu ukuran untuk menentukan obstruksi bilier. Tak ada tes
tunggal yang akurat untuk mengetahui fungsi hati total. Umumnya untuk
mengetahui kemampuan hati mematabolime obat yaitu dengan menentukan nilai child
pugh pada pasien Penyesuaian dengan
menggunakan metode Child`s Pugh score digunakan sebagai suatu pendekatan untuk
menyesuaikan dosis pada pasien dengan penyakit hati.
Prinsip
umum penggunaan obat pada pasien penyakit hati yang berat, adalah :
- Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama melalui ekskresi ginjal.
- Hindarkan penggunaan : obat-obat yang mendepresi susunan saraf pusat (terutama morfin), diuretic tiazid dan diuretic kuat, obat-obat yang menyebabkan konstipasi, antikoagulan oral, kontrasepsi oral, dan obat-obat hepatotoksik.
- Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama obat-obat yang eliminasi utamanya melalui metabolism hati, dengan cara
- menurunkan dosis dengan interval pemberian normal
- memberikan dosis biasa dengan memperpanjang interval pemberian
- mengatur besarnya dosis sekaligus interval pemberian
Tidak
ada pedoman umum untuk menghitung berapa besar dosis yang harus diturunkan,
maka gunakan educated guess atau bila
ada, ikuti petunjuk dari pabrik obat yang bersangkutan. Kemudian monitor respon
klinik pasien, dan bila perlu monitor kadar obat dalam plasma, serta uji fungsi
hati pada pasien dengan fungsi hati yang berfluktuasi.
Penjelasan
beberapa obat yang tidak dibolehkan atau dihindarkan penggunaannya pada pasien
penyakit hati :
a. Morfin
: merupakan obat yang dimetabolisme terutama pada hati. Jika diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati maka akan memperlama kerja hati dalam
metabolisme obat sehingga akan memperparah fungsi hati serta morfin atau
golongan opiod lainnya akan terakumulasi pada hati dan dapat meningkatkan kadar
opiod dalam plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping yang mungkin
muncul.
b. Diuretic
tiazid dan diuretic kuat merupakan obat-obat yang seutuhnya dimetabolisme di
hati.
c. Obat-obat
hepatotoksik : obat-obat ini akan mempercepat perusakan dari sel-sel hati.
PENENTUAN DOSIS
BERDASARKAN CHILD`S PUGH SKOR
Tes/ gejala
|
Nilai point 1
|
Nilai poin 2
|
Nilai poin 3
|
Total bilirubin (mg/dl)
Serum albumin (g/dl)
Waktu protrombin (sec)
Ascites
Pembesaran hati
|
< 2.0
>3.5
<4
Tidak ada
Tidak ada
|
2.0-3.0
2.8-3.5
4-6
Samar2
Sedang
|
>3.0
<2.8
>6
Sedang
Beberapa
|
Skor
8–9 penurunan sekitar 25% dari dosis
awal dari obat-obat yang terutama (60%) dimetabolisme oleh hati.
Skor
10 atau lebih penurunan yang signifikan
(sekitar 50%) dari dosis awal dari obat-obat yang terutama dimetabolisme oleh
hati.
Contoh:
Dosis lazim dari suatu obat yang 95 % dimetabolisme hati adalah 500 mg setiap 6
jam dan dosis total per hari adalah 2000 mg. Untuk pasien sirosis hati dengan
skor 12 (Child-Pugh score), dosis awal harus dikurangi 50% dari dosis awal
menjadi 1000 mg/hari. Obat dapat diresepkan pada pasien 250 mg setiap 12 jam.
Pasien harus dimonitor ketat untuk efek farmakologis dan efek toksik dari pengobatan,
dan dosis dapat disesuaikan sesuai kebutuhan pasien.
No comments:
Post a Comment