Saturday, June 6, 2015

HIV



ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROM
Definisi HIV AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) merupakan kumpulan gejala penykit yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, serta air susu ibu.
Menurut WHO pada akhir tahun 2002 terdapat 42 juta orang yang hidup dengan HIV, dan 95% dari infeksi baru terjadi di negara berkembang dimana HIV belum menjadi prioritas karena terbatasnya dana. Di Asia Tenggara pada tahun 2002 diperkirakan terdapat 6,1 juta ODHA, sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 90.000 – 130.000 ODHA. Bila angka kelahiran di Indonesia 2,5% maka setiap tahun akan ada 2.250 – 3.250 bayi yang lahir dari ibu yang HIV positif. Lebih dari 90% penularan HIV dari ibu ke anak terjadi selama dalam kandungan, persalinan, dan menyusui, sedangkan hanya 10% ditularkan melalui transfusi darah tercemar HIV maupun cara lainnya. Resiko bayi tertular HIV dapat ditekan hingga 90%, bila ibu mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) selama masa kehamilan. Dengan demikian pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak atau PMTCT menjadi penting, karena sebagian besar ODHA perempuan berada pada usia subur, lebih dari 90% kasus HIV ditularkan dari ibu. Anak yang dilahirkan akan menjadi yatim piatu, dan anak yang terinfeksi HIV mengalami gangguan tumbuh kembang karena lebih sering mengalami infeksi bakteri maupun virus, belum lagi hukuman sosial bagi anak tersebut.
Pada tahun 1994, Pediatric AIDS Clinical Trials Group (PACTG) Protokol 076 mendemonstrasikan three part regimen of zidovudine (ZDV) dapat menurunkan resiko penularan HIV dari wanita hamil dengan HIV positif kepada janin untuk virus HIV tipe 1 (HIV-1) hingga 70%. Regimen tersebut termasuk ZDV oral yang diberikan pada usia kehamilan 14 – 34 minggu dan dilanjutkan selama kehamilan, dilanjutkan dengan ZDV intravena selama persalinan, dan pemberian ZDV oral untuk bayi, selama 6 minggu setelah dilahirkan.
Sejak tahun 1994, telah dilakukan pengembangan untuk mengetahui patogenesis serta pengobatan dan monitoring infeksi HIV-1. Kecepatan perkembangan virus pada semua tahap infeksi HIV-1, lebih cepat dari yang pernah diketahui sebelumnya; virion plasma diperkirakan memiliki paruh waktu hanya 6 jam. Maka dari itu, pengobatan intervensi difokuskan pada kombinasi agresif regimen antiretroviral untuk memaksimalkan penekanan replikasi virus, meningkatkan kembali fungsi imun, dan menurunkan hambatan penurunan daya tahan tubuh. Pada saat ini telah tersedia ARV poten, yang menghambat enzim protease HIV-1. Penggunaan kombinasi inhibitor protease dengan nucleoside analog reverse trancriptase inhibitors (NRTIs), tingkat plasma HIV-1 RNA ditekan untuk jangka waktu yang lebih lama, sampai pada tingkat yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan yang ada.

No comments:

Post a Comment