ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROM
Definisi
HIV AIDS
AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrom) merupakan kumpulan gejala penykit yang disebabkan oleh HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama
pada darah, cairan sperma, cairan vagina, serta air susu ibu.
Menurut WHO pada akhir
tahun 2002 terdapat 42 juta orang yang hidup dengan HIV, dan 95% dari infeksi
baru terjadi di negara berkembang dimana HIV belum menjadi prioritas karena
terbatasnya dana. Di Asia Tenggara pada tahun 2002 diperkirakan terdapat 6,1
juta ODHA, sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 90.000 – 130.000 ODHA. Bila
angka kelahiran di Indonesia 2,5% maka setiap tahun akan ada 2.250 – 3.250 bayi
yang lahir dari ibu yang HIV positif. Lebih dari 90% penularan HIV dari ibu ke
anak terjadi selama dalam kandungan, persalinan, dan menyusui, sedangkan hanya
10% ditularkan melalui transfusi darah tercemar HIV maupun cara lainnya. Resiko
bayi tertular HIV dapat ditekan hingga 90%, bila ibu mendapatkan terapi antiretroviral
(ARV) selama masa kehamilan. Dengan demikian pencegahan penularan HIV dari ibu
ke anak atau PMTCT menjadi penting, karena sebagian besar ODHA perempuan berada
pada usia subur, lebih dari 90% kasus HIV ditularkan dari ibu. Anak yang
dilahirkan akan menjadi yatim piatu, dan anak yang terinfeksi HIV mengalami
gangguan tumbuh kembang karena lebih sering mengalami infeksi bakteri maupun
virus, belum lagi hukuman sosial bagi anak tersebut.
Pada tahun 1994,
Pediatric AIDS Clinical Trials Group (PACTG) Protokol 076 mendemonstrasikan
three part regimen of zidovudine (ZDV) dapat menurunkan resiko penularan HIV
dari wanita hamil dengan HIV positif kepada janin untuk virus HIV tipe 1
(HIV-1) hingga 70%. Regimen tersebut termasuk ZDV oral yang diberikan pada usia
kehamilan 14 – 34 minggu dan dilanjutkan selama kehamilan, dilanjutkan dengan
ZDV intravena selama persalinan, dan pemberian ZDV oral untuk bayi, selama 6
minggu setelah dilahirkan.
Sejak tahun 1994, telah
dilakukan pengembangan untuk mengetahui patogenesis serta pengobatan dan
monitoring infeksi HIV-1. Kecepatan perkembangan virus pada semua tahap infeksi
HIV-1, lebih cepat dari yang pernah diketahui sebelumnya; virion plasma
diperkirakan memiliki paruh waktu hanya 6 jam. Maka dari itu, pengobatan intervensi
difokuskan pada kombinasi agresif regimen antiretroviral untuk memaksimalkan
penekanan replikasi virus, meningkatkan kembali fungsi imun, dan menurunkan
hambatan penurunan daya tahan tubuh. Pada saat ini telah tersedia ARV poten,
yang menghambat enzim protease HIV-1. Penggunaan kombinasi inhibitor protease
dengan nucleoside analog reverse trancriptase inhibitors (NRTIs), tingkat
plasma HIV-1 RNA ditekan untuk jangka waktu yang lebih lama, sampai pada
tingkat yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan yang ada.
No comments:
Post a Comment