KANKER OVARIUM
Kanker Ovarium (KO) atau Kanker Indung
Telur adalah kanker tersering kedua dari seluruh tumor ganas ginekologi dan
merupakan penyebab kematian nomor satu dari seluruh kematian akibat kanker
ginekologi. Penderita umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode
deteksi dini yang akurat untuk KO ini, sehingga hanya 25 – 30% saja yang terdiagnosis
pada stadium awal. Walaupun kelihatannya mempunyai respons yang cukup baik
dengan pengobatan yang baku, namun prognosis KO ini masih tetap jelek. Pengobatan
baku dari KO stadium awal adalah dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan
tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium,
pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel
dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di
beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga
dimaksudkan untuk menentukan stadium dari KO tersebut (surgical staging).
Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant
dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
Tindakan pembedahan
dengan pengangkatan uterus dan kedua ovarium pada wanita usia muda, tentu akan
mengakibatkan beban psikologis yang berat oleh karena wanita tersebut akan
kehilangan fungsi reproduksinya. Namun, dalam keadaan-keadaan tertentu,
tindakan pembedahan konservatif dengan tidak mengangkat uterus dan ovarium yang
sehat pada wanita dengan KO stadium awal masih ada tempatnya. Akan tetapi
tindakan ini harus diikuti dengan penentuan stadium yang akurat, dan
selanjutnya jika Penatalaksanaan Kanker Ovarium pada Wanita Usia Muda dengan
Mempertahankan Fungsi Reproduksi perlu dilanjutkan dengan pemberian terapi
adjuvant, sehingga penderita tidak perlu kehilangan harapan untuk dapat
memperoleh keturunan.
1.1 ETIOLOGI
Etiologi dari KO sampai
saat ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa penulis telah melaporkan
bahwa terdapat hubungan antara kejadian KO ini dengan beberapa faktor
lingkungan termasuk paparan dengan makanan, virus, dan bahan-bahan industri.
·
Faktor Makanan
Makanan yang banyak
mengandung lemak hewan telah dilaporkan akan meningkatkan risiko untuk
menderita KO. Beberapa negara seperti Swedia di mana konsumsi lemak hewan per
kapitanya tinggi, mempunyai insiden KO yang tinggi dibanding dengan negara
Jepang dan China yang konsumsi lemak hewan per kapitanya rendah. Juga
dilaporkan insiden KO yang tinggi didapati pada populasi dengan konsumsi kopi
per kapitanya tinggi.20 Byers21 dalam penelitiannya menjumpai adanya hubungan
diet yang rendah serat dan kurang vitamin A dengan peningkatan insiden KO.
·
Faktor Bahan-Bahan Industri
Dari beberapa
penelitian dilaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk (hydrous magnesium
trisilicate) merupakan penyebab dari terjadinya neoplasma epitel ovarium.
Keal22 dan juga Graham23 dalam penelitiannya menemukan peningkatan kejadian
neoplasma ovarium pada wanita-wanita yang dalam pekerjaannya terpapar dengan
asbes. Henderson melakukan penelitian pada babi hutan dan kelinci yang dipaparkan
dengan asbes, ternyata terjadi perubahan sel epitel ovariumnya menjadi atipik. Juga
dilaporkan pada wanita yang menggunakan talk pada pembalut wanitanya atau
sebagai powder pengering di daerah vulva dan perineum, ternyata partikel dari
talk dapat ditemukan pada sel epitel pada ovarium yang normal, kista ovarium
juga pada KO.
·
Faktor Infeksi Virus
Dugaan bahwa virus juga
terlibat sebagai penyebab KO masih diperdebatkan. Dijumpai kasus-kasus KO yang
ternyata mempunyai riwayat pernah terinfeksi virus mumps (parotitis epidemika)
atau menderita infeksi virus mumps yang subklinis. Juga ada laporan yang
menghubungkan penyebab KO ini dengan infeksi dari virus rubella dan virus
influenza.
·
Faktor Paparan Radiasi
Dugaan adanya pengaruh
paparan dari radiasi terhadap ovarium telah mendapat perhatian dari banyak
peneliti. Dari penelitian case control terbukti adanya peningkatan risiko
menderita KO pada wanita yang terpapar oleh radiasi, dengan risiko relatif
sebesar. Walaupun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara
kejadian KO pada wanita-wanita yang terpapar oleh radiasi.
·
Faktor Hormonal
Pengaruh pemakaian
terapi sulih hormonal pada wanita menopause terhadap kejadian KO masih
diperdebatkan. Hildret tidak menjumpai peningkatan risiko kejadian KO pada
pemakai terapi sulih hormonal. Rodriguez, melaporkan pemakaian terapi sulih
hormonal pada wanita menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun,
meningkatkan risiko relatif kejadian KO sebesar 2,2. Juga dari penelitian-penelitian
lainnya didapatkan adanya pengaruh hormon gonadotropin, androgen dan
progesteron dalam meningkatkan risiko terhadap kejadian KO. Pemakaian pil
kontrasepsi juga dapat menurunkan risiko terhadap kejadian karsinoma ovarium
sebanyak 30% sampai 60%.
1.2
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Gejala Klinis
Pada stadium awal KO
ini tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik biasanya ditemukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Umumnya lebih dari 60% penderita
didiagnosis setelah berada pada stadium lanjut. Pada stadium lanjut biasanya
dijumpai gejala-gejala penekanan pada rongga abdomen berupa rasa mual, muntah,
hilang nafsu makan, dan gangguan motilitas usus.
Tanda Klinis
Adanya massa di dalam
rongga pelvis merupakan tanda yang penting dari KO. Pada wanita yang berusia di
atas 40 tahun, adanya massa dengan diameter > 5 cm diperlukan perhatian
khusus, karena 95% dari KO mempunyai diameter tumor > 5 cm. Namun jika
ditemukan massa kistik soliter yang berukuran antara 5–7 cm pada wanita usia
reproduksi, kemungkinan merupakan suatu kista fungsional yang dapat mengalami
regresi spontan dalam 4–6 minggu kemudian. Gejala dan tanda klinis dari KO yang
biasa dijumpai adalah sebagai berikut:
·
Pembesaran perut
·
Nyeri perut
·
Gejala-gejala dyspepsia
·
Gangguan buang air kecil/besar
·
Penurunan berat badan
·
Gangguan haid
·
Pembesaran kelenjar inguinal
1.3 PENATALAKSANAAN
Pengobatan utama pada
KO adalah dengan cara pembedahan yang ditujukan untuk mengangkat masa tumor dan
melakukan penentuan stadium (surgical staging), selanjutnya jika diperlukan
dilanjutkan dengan pemberian terapi adjuvant seperti: pemberian obat-obat
sitostatika atau kemoterapi, radioterapi, dan immunoterapi. Tindakan pembedahan
yang baku untuk penentuan stadium (surgical staging) pada karsinoma ovarium dilaksanakan
sebagai berikut:
-
Insisi kulit vertikal (midline) sampai
melewati umbilikus.
-
Inspeksi dan palpasi seluruh organ
intraperitoneal dan permukaan peritoneum rongga pelvis dan rongga abdomen atas.
-
Pengambilan cairan asites bila ada, atau
bilasan rongga peritonium di empat tempat yaitu: subdiafragma, pelvis (cavum
Douglas), rongga parakolik kiri dan kanan.
-
Biopsi seluruh lesi yang dicurigai.
-
Jika tidak dijumpai massa di luar
ovarium, dilakukan biopsi di beberapa tempat dari peritoneum di cavum Douglas
dan cekungan paracolic kiri dan kanan, peritoneum kandung kemih, mesenterium, dan
diafragma.
-
Explorasi rongga retroperitoneal.
-
Pengangkatan kelenjar getah bening
pelvis dan para aorta, atau paling tidak dilakukan pengambilan contoh untuk
pemeriksaan histopatologi.
-
Jika memungkinkan ovarium harus diangkat
secara utuh.
-
Biopsi atau reseksi beberapa daerah
perlengketan.
-
Infrakolik omentektomi.
-
Total abdominal histerektomi dan
salfingo-ooforektomi bilateral serta pengangkatan seluruh massa tumor.
Dengan dilakukan
pembedahan yang sempurna di atas (complete surgical staging) terlihat bahwa
prosedur pembedahan tersebut cukup luas dan akan mengakibatkan wanita
kehilangan fungsi reproduksinya. Tindakan pembedahan ini disebut dengan
tindakan pembedahan radikal. Jika ditemukan KO pada wanita usia muda yang masih
memerlukan fungsi reproduksinya, maka tindakan bedah radikal ini dapat
dihindari dengan syarat-syarat tertentu, sehingga tidak perlu dilakukan
pengangkatan uterus dan ovarium yang sehat. Tindakan pembedahan ini disebut
dengan pembedahan konservatif.
No comments:
Post a Comment