Sunday, June 7, 2015

KANKER OVARIUM



KANKER OVARIUM

Kanker Ovarium (KO) atau Kanker Indung Telur adalah kanker tersering kedua dari seluruh tumor ganas ginekologi dan merupakan penyebab kematian nomor satu dari seluruh kematian akibat kanker ginekologi. Penderita umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi dini yang akurat untuk KO ini, sehingga hanya 25 – 30% saja yang terdiagnosis pada stadium awal. Walaupun kelihatannya mempunyai respons yang cukup baik dengan pengobatan yang baku, namun prognosis KO ini masih tetap jelek. Pengobatan baku dari KO stadium awal adalah dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium dari KO tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
Tindakan pembedahan dengan pengangkatan uterus dan kedua ovarium pada wanita usia muda, tentu akan mengakibatkan beban psikologis yang berat oleh karena wanita tersebut akan kehilangan fungsi reproduksinya. Namun, dalam keadaan-keadaan tertentu, tindakan pembedahan konservatif dengan tidak mengangkat uterus dan ovarium yang sehat pada wanita dengan KO stadium awal masih ada tempatnya. Akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan penentuan stadium yang akurat, dan selanjutnya jika Penatalaksanaan Kanker Ovarium pada Wanita Usia Muda dengan Mempertahankan Fungsi Reproduksi perlu dilanjutkan dengan pemberian terapi adjuvant, sehingga penderita tidak perlu kehilangan harapan untuk dapat memperoleh keturunan.

1.1  ETIOLOGI
Etiologi dari KO sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa penulis telah melaporkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian KO ini dengan beberapa faktor lingkungan termasuk paparan dengan makanan, virus, dan bahan-bahan industri.
·         Faktor Makanan
Makanan yang banyak mengandung lemak hewan telah dilaporkan akan meningkatkan risiko untuk menderita KO. Beberapa negara seperti Swedia di mana konsumsi lemak hewan per kapitanya tinggi, mempunyai insiden KO yang tinggi dibanding dengan negara Jepang dan China yang konsumsi lemak hewan per kapitanya rendah. Juga dilaporkan insiden KO yang tinggi didapati pada populasi dengan konsumsi kopi per kapitanya tinggi.20 Byers21 dalam penelitiannya menjumpai adanya hubungan diet yang rendah serat dan kurang vitamin A dengan peningkatan insiden KO.
·         Faktor Bahan-Bahan Industri
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk (hydrous magnesium trisilicate) merupakan penyebab dari terjadinya neoplasma epitel ovarium. Keal22 dan juga Graham23 dalam penelitiannya menemukan peningkatan kejadian neoplasma ovarium pada wanita-wanita yang dalam pekerjaannya terpapar dengan asbes. Henderson melakukan penelitian pada babi hutan dan kelinci yang dipaparkan dengan asbes, ternyata terjadi perubahan sel epitel ovariumnya menjadi atipik. Juga dilaporkan pada wanita yang menggunakan talk pada pembalut wanitanya atau sebagai powder pengering di daerah vulva dan perineum, ternyata partikel dari talk dapat ditemukan pada sel epitel pada ovarium yang normal, kista ovarium juga pada KO.
·         Faktor Infeksi Virus
Dugaan bahwa virus juga terlibat sebagai penyebab KO masih diperdebatkan. Dijumpai kasus-kasus KO yang ternyata mempunyai riwayat pernah terinfeksi virus mumps (parotitis epidemika) atau menderita infeksi virus mumps yang subklinis. Juga ada laporan yang menghubungkan penyebab KO ini dengan infeksi dari virus rubella dan virus influenza.
·         Faktor Paparan Radiasi
Dugaan adanya pengaruh paparan dari radiasi terhadap ovarium telah mendapat perhatian dari banyak peneliti. Dari penelitian case control terbukti adanya peningkatan risiko menderita KO pada wanita yang terpapar oleh radiasi, dengan risiko relatif sebesar. Walaupun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara kejadian KO pada wanita-wanita yang terpapar oleh radiasi.
·         Faktor Hormonal
Pengaruh pemakaian terapi sulih hormonal pada wanita menopause terhadap kejadian KO masih diperdebatkan. Hildret tidak menjumpai peningkatan risiko kejadian KO pada pemakai terapi sulih hormonal. Rodriguez, melaporkan pemakaian terapi sulih hormonal pada wanita menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun, meningkatkan risiko relatif kejadian KO sebesar 2,2. Juga dari penelitian-penelitian lainnya didapatkan adanya pengaruh hormon gonadotropin, androgen dan progesteron dalam meningkatkan risiko terhadap kejadian KO. Pemakaian pil kontrasepsi juga dapat menurunkan risiko terhadap kejadian karsinoma ovarium sebanyak 30% sampai 60%.

1.2              GEJALA DAN TANDA KLINIS
Gejala Klinis
Pada stadium awal KO ini tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Umumnya lebih dari 60% penderita didiagnosis setelah berada pada stadium lanjut. Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala penekanan pada rongga abdomen berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu makan, dan gangguan motilitas usus.
Tanda Klinis
Adanya massa di dalam rongga pelvis merupakan tanda yang penting dari KO. Pada wanita yang berusia di atas 40 tahun, adanya massa dengan diameter > 5 cm diperlukan perhatian khusus, karena 95% dari KO mempunyai diameter tumor > 5 cm. Namun jika ditemukan massa kistik soliter yang berukuran antara 5–7 cm pada wanita usia reproduksi, kemungkinan merupakan suatu kista fungsional yang dapat mengalami regresi spontan dalam 4–6 minggu kemudian. Gejala dan tanda klinis dari KO yang biasa dijumpai adalah sebagai berikut:
·         Pembesaran perut
·         Nyeri perut
·         Gejala-gejala dyspepsia
·         Gangguan buang air kecil/besar
·         Penurunan berat badan
·         Gangguan haid
·         Pembesaran kelenjar inguinal



1.3  PENATALAKSANAAN
Pengobatan utama pada KO adalah dengan cara pembedahan yang ditujukan untuk mengangkat masa tumor dan melakukan penentuan stadium (surgical staging), selanjutnya jika diperlukan dilanjutkan dengan pemberian terapi adjuvant seperti: pemberian obat-obat sitostatika atau kemoterapi, radioterapi, dan immunoterapi. Tindakan pembedahan yang baku untuk penentuan stadium (surgical staging) pada karsinoma ovarium dilaksanakan sebagai berikut:
-          Insisi kulit vertikal (midline) sampai melewati umbilikus.
-          Inspeksi dan palpasi seluruh organ intraperitoneal dan permukaan peritoneum rongga pelvis dan rongga abdomen atas.
-          Pengambilan cairan asites bila ada, atau bilasan rongga peritonium di empat tempat yaitu: subdiafragma, pelvis (cavum Douglas), rongga parakolik kiri dan kanan.
-          Biopsi seluruh lesi yang dicurigai.
-          Jika tidak dijumpai massa di luar ovarium, dilakukan biopsi di beberapa tempat dari peritoneum di cavum Douglas dan cekungan paracolic kiri dan kanan, peritoneum kandung kemih, mesenterium, dan diafragma.
-          Explorasi rongga retroperitoneal.
-          Pengangkatan kelenjar getah bening pelvis dan para aorta, atau paling tidak dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan histopatologi.
-          Jika memungkinkan ovarium harus diangkat secara utuh.
-          Biopsi atau reseksi beberapa daerah perlengketan.
-          Infrakolik omentektomi.
-          Total abdominal histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral serta pengangkatan seluruh massa tumor.
Dengan dilakukan pembedahan yang sempurna di atas (complete surgical staging) terlihat bahwa prosedur pembedahan tersebut cukup luas dan akan mengakibatkan wanita kehilangan fungsi reproduksinya. Tindakan pembedahan ini disebut dengan tindakan pembedahan radikal. Jika ditemukan KO pada wanita usia muda yang masih memerlukan fungsi reproduksinya, maka tindakan bedah radikal ini dapat dihindari dengan syarat-syarat tertentu, sehingga tidak perlu dilakukan pengangkatan uterus dan ovarium yang sehat. Tindakan pembedahan ini disebut dengan pembedahan konservatif.

No comments:

Post a Comment