PNEUMONIA
No. ICD-10 : J 12 – 18
I
|
Batasan
|
Adalah
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus dan
parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk
|
II
|
Patofisiologi
|
-
|
III
|
Gejala
klinis
|
·
Batuk-batuk
(dari kering sampai berdahak)
·
Perubahan
karakteristik dahak / purulen
·
Sesak
nafas yang semakin memberat
·
Kadang-kadang
disertai nyeri dada dan batuk darah
·
Demam
|
IV
|
Pemeriksaan
dan diagnosis
Klasifikasi diagnosis |
Pemeriksaan
fisik
1.
Suhu
tubuh ≥ 380C (aksila) / riwayat demam
2.
Pemeriksaan
fisik paru : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas
bronkovesikuler/bronkial, ronki
Pemeriksaan
penunjang
Umum
·
Foto toraks PA dan Lateral (sesuai letak lesi)
Infiltrat sampai konsolidasi dengan “air bronchogram”, penyebaran
bronkogenik dan interstiasial serta kadang-kadang gambaran kaviti dan efusi
pleura
·
Laboraturium
darah rutin
Leukosit : ≥ 10.000/mm2,
kadang-kadang mencapai
30.000/mm2
Hitung jenis : pergeseran ke
kiri
LED meningkat
·
Pemeriksaan
bakteriologi sputum
4.2.
Khusus
·
Pemeriksaan
mikroorganisme dan uji sensitiviti dari :
o
Sputum
o
Aspirasi
trantrakeal*
o
Aspirasi
transtorakal*
o
Bilasan
bronkus
·
Analisa gas darah, pada stadium lanjut
Catatan : * bila ada sarana
Berdasarkan klinis dan
epidemiologis
1. Pneumonia komuniti
(community-acquired pnemonia / CAP)
2. Pneumonia nosokomial
(hospital-acquired pneumonia / HAP)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised
Berdasarkan penyebab
1. Pneumonia bakterial / tipikal
2. Pneumonia atipikal
3. Pneumonia virus
4. Pneumonia jamur (dibicarakan
tersendiri)
Berdasarkan predileksi
infeksi
1. Pneumonia lobaris
2. Bronkopneumonia
3. Pneumonia interstisial
|
V
|
Diagnosis
differensial
|
·
TB
Paru
·
Mikosis
paru
·
Tumor
paru
|
VI
|
Penyulit
/ Komplikasi
6.1.
Karena penyakit
6.2.
Karena tindakan
|
1.
Abses
paru
2.
Empiema
3.
Atelektasis
4.
Septikemis
5.
Gagal
nafas
1.
Perdarahan
2.
Empiema
3.
Septikemia
|
VII
|
Penatalaksanaan
7.1 Non-Farmakologi
7.2 Farmakologi
7.3 Terapi khusus
|
·
Istirahat
·
O2
·
Hidrasi
(terapi cairan)
·
Antibiotika
1. Awal terapi bersifat empirik
o
Oral
:
Ko-amoksiklav,
3 x 625 mg
Ciprofloksasin,
2 x 500 mg
Levofloksasin,
1 x 500 mg
Azitromisin,
1 x 500 mg hari I, dilanjutkan
1 x 250 mg hari berikutnya
Eritromisin,
4 x 500 mg
Metronidazol,
3 x 500 mg
o
Injeksi
:
Ko-amoksiklav,
3 x 625 mg IV
Ciprofloksasin,
2 x 200 – 400 mg IV
Levofloksasin,
1 x 500 mg IV
Ceftriakson,
2 x 1 gr IV
Amoksisilin,
3 x 500 mg IV
Metronidazol,
3 x 500 mg IV
2.
Setelah
keluar hasil kultur, antibiotika diberikan sesuai kultur
·
Mukolitik
/ Ekspektoran :
o
Ambroksol
3 x1 tablet, p.o atau sirup 3 x cth1
o
Bromheksin
3 x 1 tablet , p.o atau sirup 3 x cth 1 atau injeksi 3 x 1 ampul
o
N-asetilsistein 3 x 1 kapsul, p.o atau 3 x 1 sachet
·
Pengisapan lendir bila perlu dengan bronkoskopi
·
Bronchial
toilet bila terdapat :
-
retensi
sputum
-
atelektasis
·
Ventilator mekanik bila terjadi gagal nafas
|
VIII
|
Catatan
Tambahan
|
Rawat
inap bila :
1.
Skor PORT ≥ 70
2.
Bila skor
PORT £ 70 maka penderita tetap
perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu kriteria dibawah ini :
o
Frekwensi
nafas > 30 x / menit
o
PaO2/FiO2
< 250 mmHg
o
Foto
torak paru menunjukkan kelainan bilateral
o
Foto
torak paru melibatkan > 2 lobus
o
Tekanan
darah sistolik < 90 mmHg
o
Tekanan
darah diastolik < 60 mmHg
3.
Pneumonia
pada pengguna NAPZA
|
IX
|
Daftar
Pustaka
|
1.
Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia
Cabang Jakarta. Standard Pelayanan Medik Paru. Jakarta: PDPI Cabang
Jakarta: 1998
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Pneumonia Komuniti Di Indonesia. Jakarta; PDPI: 2003
3. Rabbat A, Huchon GJ.
Bacterial Pneumonia. In: Albert RK, Spiro SG, Jett JR ed. Clinical
Respiratory Medicine. 2and ed. Pennsylvania:
Mosby, Inc; 2004. p.273-287
|
No comments:
Post a Comment