SINDROM
NEFROTIK (SN)
BATASAN
Penyakit/sindrom yang mengenai glomerulus, ditandai dengan proteinuria
masif, hipoalbuminemia dan edema disertai hiperlipidemia dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang didapat hipertensi, hematuria dan penurunan
fungsi ginjal.
1. Remisi : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2
LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu)
2. Relaps : proteinuria ≥ 2+ (proteinuria ≥
40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu)
3. Relaps jarang : relaps terjadi kurang dari
2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respon awal atau kurang dari 4 kali per
tahun pengamatan.
4. Relaps sering : relaps terjadi ≥ 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respon
awal atau ≥ 4 kali dalam periode 1 tahun
5. Dependen steroid : relaps terjadi pada
saat dosis steroid diturunkan atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan,
dan hal ini terjadi 2 kali
berturut-turut
6. Resisten Steroid : Tidak terjadi remisi
pada pengobatan prednison dosis penuh/full
dose) selama 4 minggu
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan etiologi :
· SN primer
· SN Sekunder
2. Berdasarkan histopatologi :
· SN perubahan minimal
· SN perubahan non minimal
3. Berdasarkan respon pengobatan terhadap
steroid :
· SN steroid responsif
· SN steroid non responsif
Gejala/ manifestasi klinis
Gejala/ manifestasi klinis
·
Ditandai
dengan adanya protein dalam urin >3.5 g/hr per 1.73 m2 (normal <150
mg/hari)
·
Hipoproteinemia
·
Edema
terjadi akibat hipoalbuminemia yang menyebabkan
terjadi penurunan onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari
intravascular ke jaringan interstisium dan terjadi edema. akibat penurunan
tekanan onkotik plasma dan bergesernya cairan plasma, maka terjadi hipovolemia,
dan ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi Na dan air.
Mekanisme kompensasi akan memperbaiki volume intravascular tetapi juga akan
mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga edema berlanjut.
Meningkatnya reabsorpsi sodium di tubulus distal
·
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia melalui meningkatnya kolesterol total, dan
konsentrasi trigliserida, VLDL
, LDL, walaupun HDL normal
·
Hiperkoagulasi
pada beberapa pasien
Hal ini dikarenakan inhibitor antitrombin koagulasi
menurun akibat byk dieksresika melalui urin.
ETIOLOGI
1. SN Primer
Idiopatik, diduga ada hubungan dengan genetik,
imunologik dan alergi
2. SN sekunder
Berasal dari ekstrarenal
PATOFISIOLOGI
Tidak diketahui secara pasti. Diduga ada
hubungan dengan kelainan imunologik yang mengakibatkan permeabilitas glomerulus
meningkat terhadap protein sehingga terjadi proteinuria.
Terdapat 3 macam mekanisme yang mendasari
proteinuria :
·
Hilangnya
muatan polianion pada dinding kapiler glomerulus
·
Perubahan
pori-pori dinding kapiler glomerulus
·
Perubahan
hemodinamik yang mengatur aliran kapiler
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Edema
Proteinuria masif
Urin : BANG atau DIPSTIX ≥ +2 (kualitatif)
2. Protein ≥ 40 mg/m2/jam, atau
> 2 g/hari ( kuantitatif)
Rasio protein :
kreatinin sewaktu >2
3. Hipoalbuminemia (≤ 2,5 g%)
Hiperlipidemia/hiperlolesterolemia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urin : Protein kualitatif/kuantitatif,
kreatinin
2. Darah : Albumin, protein total,
kolesterol, faal ginjal, C3
PENYULIT
1. Infeksi
2. Trombosis
3. Gagal ginjal akut
PENATALAKSANAAN
Pada SN pertama kali, sebaiknya dirawat dirumah
sakit untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi, pengaturan diit, penanggulangan
edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi orangtua. Sebelum pengobatan
steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan uji Mantoux. Bila hasilnya positif
diberikan profilaksis INH bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat anti tuberkulosis (OAT). Perawatan pada SN relaps hanya
dilakukan bila disertai edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi
muntah, infeksi berat, gagal ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu
dipaksakan dan aktivitas disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak
berat anak boleh sekolah.
Terapi Non-Farmakologi
Dietetik
Pemberian diit tinggi protein tidak diperlukan
karena akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme
protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan terjadinya sklerosis glomerulus. Jadi
cukup diberikan diit protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily allowances) yaitu 2 g/kgBB/hari. Diit rendah protein akan menyebabkan
malnutrisi energi protein (MEP) dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah
garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema.
Terapi Farmakologi
1. Diuretik
a. Restriksi cairan dianjurkan selama ada
edema berat. Biasanya diberikan loop
diuretic seperti furosemid 1-2 mg/kgBB/hari, bila perlu dikombinasikan
dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-3
mg/kgBB/hari. Pada pemakaian diuretik lebih lama dari 1-2 minggu perlu
dilakukan pemantauan elektrolit darah (kalium dan natrium).
b. Bila pemberian diuretik tidak berhasil
mengurangi edema (edema refrakter), biasanya disebabkan oleh hipovolemia atau
hipoalbuminemia berat ( kadar albumin ≤ 1 g/dl), dapat diberikan infus albumin
20-25% 1g/kgBB selama 4 jam untuk menarik cairan dari jaringan intertisial, dan
diakhiri dengan pemberian furosemid intravena 1-2 mg/kgBB. Bila pasien tidak
mampu dari segi biaya, dapat diberikan plasma sebanyak 20ml/kgBB/hari secara
perlahan 10 tetes/menit untuk mencegah komplikasi dekompensasi jantung. Bila
diperlukan, albumin atau plasma dapat diberikan selang-sehari untuk memberikan
kesempatan pergeseran cairan dan mencegah overload
cairan. Bila asites sedemikian berat sehingga mengganggu pernapasan dapat
dilakukan pungsi asites berulang.
2. Antibiotik profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis tidak dianjurkan,
tetapi perlu dipantau secara berkala. Bila ditemukan tanda-tanda infeksi segera
diberikan antibiotik. Biasanya diberikan
jenis amoksilin, eritromisin, atau sefaleksin.
3. Imunisasi
a. Pasien SN yang sedang dalam pengobatan
kortikosteroid atau dalam 6 minggu setelah steroid dihentikan, hanya boleh
mendapatkan vaksin mati. Setelah lebih dari 6 minggu penghentian steroid, dapat
diberikan vaksin hidup.
b. Bila terjadi kontak dengan penderita
varisela, diberikan profilaksis dengan immunoglobulin intravena. Bila sudah
terjadi infeksi perlu diberikan obat asiklovir dan pengobatan steroid sebaiknya
dihentikan sementara.
3. Pengobatan dengan Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan pengobatan SN idiopatik
pilihan pertama, kecuali bila ada kontraindikasi. Dapat diberikan prednison atau prednisolon.
A. Pengobatan inisial
Gambar 1. Pengobatan inisial dengan
kortikosteroid
Keterangan:
1. Prednison dosis penuh (full dose) 60 mg/m²LPB/hari
(2mg/kgBB/hari) dibagi 3 dosis diberikan setiap hari selama 4 minggu,
dilanjutkan dengan prednisone 40 mg/m²LPB/hari (2/3 dosis penuh), dapat
diberikan secara intermittent (3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu) atau alternating (selang sehari), selama 4
minggu.
2. Bila remisi terjadi dalam 4 minggu
pertama, maka prednisone intermittent/alternating
40 mg/m²LPB/hari diberikan selama 4 minggu. Bila remisi tidak terjadi pada 4
minggu pertama, maka pasien tersebut didiagnosis sebagai sindrom nefrotik
resisten steroid.
B.
Pengobatan
relaps
Gambar2. Pengobatan sindrom
nefrotik relaps
Keterangan:
1. Prednison dosis penuh setiap hari sampai
remisi (maksimal 4 minggu) kemudian dilanjutkan dengan prednisone intermittent/alternating 40
mg/m²LPB/hari selama 4 minggu.
2. Bila sampai pengobatan dosis penuh selama
4 minggu tidak juga terjadi revisi, maka pasien di diagnosa sebagai SN resisten
steroid dan harus di berikan terapi imunosupresif lain
C. Pengobatan SN relaps sering atau dependen
steroid
Gambar 3. Diagram pengobatan sindrom nefrotik relaps sering atau
dependen steroid.
Keterangan:
(1) Langsung diberi CPA ( +
prednison AD )
(2) Sesudah prednison jangka
panjang, dilanjutkan dengan CPA
(3) Sesudah prednison jangka
panjang dan levamisol, dilanjutkan dengan CPA
Gambar 4. Pengobatan sindrom nefrotik relaps sering
Keterangan:
Prednison dosis penuh setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu)
kemudian dilanjutkan dengan prednisone intermittent/alternating
40 mg/m²LPB/hari dan imunosupresan/sitostatik oral (siklofosfamid 2-3
mg/kgBB/hari) dosis tunggal selama 8 minggu
SN dependen steroid
Pemantauan Hb, leukosit, trombosit setiap minggu
Leukosit < 3000/ml à CPA dihentikan dulu
Leukosit > 5000/ml à CPA diberikan lagi
Gambar 5. pengobatan sindrom
nefrotik dependen steroid
Keterangan:
·
Prednison dosis
penuh setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dilanjutkan
dengan siklofosfamid puls dengan dosis 500-750 mg/m²LPB diberikan melalui infus
satu kali sebulan selama 6 bulan berturut-turut dan prednisone intermittent/alternating 40 mg/m²LPB
selama 12 minggu. Kemudian prednisone di tapering-off
dengan dosis 1 mg/kgBB/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari
selama 1 bulan (lama tapering off: 2
bulan)
Atau
·
Prednison dosis
penuh setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu) \, kemudian dilanjutkan
dengan siklofosfamid oral 2-3 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 12 minggu dan
prednisone alternating 40 mg/m²LPB.hari selama 12 minggu. Kemudian prednisone
di tapering-off dengan dosis 1
mg/kgBB/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari selama 1 bulan
(lama tapering off: 2 bulan).
D. Pengobatan SN resisten steroid
Keterangan:
1. Sitostatik oral: siklofosfamid 2-3 mg/kgBB/hari dosis
tunggal selama 3-6 bulan
2.
Prednison dosis 40 mg/m²LPB/hari alternating selama
pemberian siklofosfamid oral.
3.
Kemudian prdnison di tapering-off
dengan dosis 1 mg/kgBB/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 0,5
mg/kgBB/hari selama 1 bulan (lama tapering
off 2 bulan).
Atau
1. Siklofosfamid puls dengan dosis 500-750 mg/m²LPB
dibertikan melalui infuse satu kali sebulan selama 6 bulan, dapat dilanjutkan
tergantung keadaan pasien.
2.
Prednison
alternating dosis 40 mg/m²LPB/hari selama pemberian siklofosfamid puls (5
bulan). Kemudian prednisone di tapering-off
dengan dosis 1 mg/kgBB/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 0,5
mg/kgBB/hari selama 1 bulan (lama tapering
off 2 bulan).
PENGOBATAN KOMPLIKASI
1. Komplikasi peritonitis primer perlu
diberikan pengobatan penisilin parenteral, dikombinasikan dengan sefalosporin
generasi ketiga yaitu sefotaksim atau seftriakson selama 10-14 hari.
2. Pada SN relaps sering dan SN resisten
steroid dianjurkan pemberian suplementasi kalsium 500 mg/hari dan vitamin D.
Bila telah terjadi tetani diobati dengan kalsium glukonas 50 mg/kgbb intravena.
Hipovolemia diatasi dengan pemberian infus NaCl
fisiologis dan disusul dengan albumin 1 g/kgBB atau plasma 20 ml/kgBB ( tetesan
lambat 10 per menit). Bila hipovolemia telah teratasi dan pasien tetap
oligouria, diberikan furosemid 1-2 mg/kgBB intravena.
Ini dapusnya ga ada kak?
ReplyDelete