PENDAHULUAN
Stroke iskemik merupakan tanda klinis disfungsi atau
kerusakan jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak
sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak
(Sjahrir,2003). Stroke iskemik disebabkan karena tehambat atau terhentinya
suplai darah ke otak. Otak memiliki berat sekitar 1400 gram, tetapi menuntut
suplai darah yang relative besar yaitu sekitar 20% dari seluruh curah jantung.
Kegagalan dalam memasok darah dalam jumlah yang mencukupi akan menyebabkan
gangguan fungsi bagian otak atau yang terserang atau nekrosis dan kejadian inilah
yang lazim disebut stroke (J. Iskandar).
Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke iskemik dibedakan
menjadi (J. Iskandar):
·
TIA (Transient Ischemic Attact) atau
serangan stroke sementara, gejala deficit neurologis hanya berlangsung kurang
dari 24 jam
·
RIND (Reversible Ischemic Neurological
Deficits), kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam
sampai 3 minggu
·
Stroke progresif yaitu stroke yang
gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin
berat
·
Stroke komplet yaitu stroke dengan
deficit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi
Etiologi
dan Epidemiologi
Sejumlah 88% dari semua
stroke adalah stroke iskemia yang disebabkan oleh pembentukan thrombus atau emboli yang menghambat arteri serebral.
Aterosklerosis serebral adalah faktor penyebab dalam kebanyakan masalah stroke
iskemik. Emboli dapat muncul dari arteri intra dan ekstra karnial. Dua puluh
persen stroke emboli muncul dari jantung. Terjadinya plak aterosklerosis
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti hipertensi, diabetes, merokok,
dislipidemia, kolesterol tinggi, obesitas atau aktifitas fisik kurang,
inflamasi, infeksi, stress, alkohol, dan genetik.
Stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di Amerika Serikat dan meskipun rata-rata kejadian stroke menurun,
tetapi jumlah penderita stroke tetap meningkat yang diakibatkan oleh
meningkatnya jumlah populasi tua/meningkatnya harapan hidup. Terdapat beberapa
variasi terhadap insidensi dan outcome stroke di berbagai negara (Ali
dkk, 2009; Morris dkk, 2000. Sampai
dengan tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke pada laki-laki 2,7% dan 2,5% pada
perempuan dengan usia ≥18 tahun. Diantara orang kulit hitam, prevalensi stroke
adalah 3,7% dan 2,2% pada orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia. (Ali dkk,
2009; carnethon dkk, 2009). Diantara Warga Amerika Indian yang berusia 65-74
tahun, insiden rata-rata/1000 populasi dengan kejadian stroke yang baru dan
berulang pertahunnya adalah 6,1% pada laki-laki dan 6,6% pada perempuan.
Rata-rata mortalitas stroke mengalami perubahan dari tahun 1980 hingga 2005.
Penurunan mortalitas stroke pada laki-laki lebih besar daripada perempuan
dengan rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan menurun dari 1,11 menjadi
1,03. Juga dijumpai penurunan mortalitas stroke pada usia ≥ 65 tahun pada
laki-laki dibandingkan perempuan (National Center for Health Statistics, 2008).
Patologi
dan Pathogenesis Stroke Iskemik
Menurut Dearden,aliran
darah otak dalam keadaan normal adalah 60ml/ 100 gr jaringan otak permenit.
Peristiwa iskemi terjadi apabila aliran darah keotak menjadi dibawah 20 ml/ 100
gr/ menit, dimana energy adenosine trifosfatatau ATP yang dihasilkan akan
berkurang karena terjadinya perubahan dari metabolism aerob ke metabolism anaerob
serta gangguan homeostatis ion-ion, sehingga terjadi gangguan aktivitas listrik
dan reaktivitas neuron secara progresif.
Menururt Sjahrir (2003) Iskemik otak mengakibatkan
perubahan dari sel neuron secara bertahap:
Tahap
1:
a.
Penurunan aliran darah
b.
Pengurangan 02
c.
Kegagalan energi
d.
Termina; depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap
2 :
a.
Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b.
Spreading depression
Tahap
3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinik stroke
iskemik sangat tergantung kepada daerah otak yang terganggu aliran darahnya dan
fungsi daerah otak yang menderita iskemia tersebut. Karena itu pengetahuan
dasar dari anatomi dan fisiologi aliran darah otak sangat penting untuk
mengenal gejala-gejala klinik pada stroke. Berdasarkan vaskularisasi otak, maka
gejala klinik stroke dapat dibagi atas 2 golongan besar yaitu:
1.
Stroke pada sistem karotis atau stroke hemisferik
2.
stroke pada sistem vertebro-basilar atau stroke fossa posterior
Salah
satu ciri stroke adalah timbulnya gejala sangat mendadak dan jarang didahului
oleh gejala pendahuluan (warning signs)
seperti sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya. Gejala pendahuluan yang
jelas berhubungan dengan stroke adalah serangan iskemi sepintas/ Transient Ischemic Attack (T.I.A) dan
ini diketahui melalui anamnesis yang baik pada stroke akut. Selain
gejala-gejala yang timbul mendadak dalam waktu beberapa menit sampai beberapa
jam dari mulai serangan sampai mencapai maksimal. Tidak pernah terjadi dalam
beberapa hari atau apalagi dalam 1-2 minggu. Kalau terjadi demikian, bukan
disebabkan stroke tetapi oleh sindroma stroke (stroke-syndromes) karena tumor, primer maupun metastatik, trauma,
peradangan dan lain-lain.
Seperti
kita ketahui, daerah otak yang mendapat darah dari a. karotis interna terutama
lobus frontalis, parietalis, basal ganglia dan temporalis. Gejala-gejalanya
timbul sangat mendadak berupa hemiparesis, hemihiperestesi, bicara pelo dan
lain-lain.
Pada pemeriksaan umum :
1. Kesadaran
Penderita dengan stroke hemisferik
jarang mengalami gangguan atau penurunan kesadaran, kecuali pada stroke yang
luas. Hal ini disebabkan karena struktur-struktur anatomi yang menjadi substrat
kesadaran yaitu Formatio Reticularis
digaris tengah dan sebagian besar terletak dalam fossa posterior karena itu kesadaran biasanya kompos mentis,
kecuali pada stroke yang luas.
2. Tekanan
darah
biasanya tinggi, hipertensi
merupakan faktor risiko timbulnya stroke pada lebih kurang 70% penderita.
3. Pemeriksaan
neurovaskuler
langkah pemeriksaan yang khusus
ditujukan pada keadaan pembuluh darah ekstrankranial yung mempunyai hubungan
dengan aliran darah otak yaitu: pemeriksaan tekanan darah pada lengan kiri dan
kanan, palpasi nadi karotis pada leher kiri dan kanan, a.temporalis kiri dan
kanan dan auskultasi nadi pada bifurcatio karotis komunis dan karotis interna
di leher, dilakukan juga auskultasi nadi karotis intema pada orbita, dalam
rangka mencari kemungkinan kelainan pembuluh ekstrakranial.
4.
Pemeriksaan neurologi
a) pemeriksaan
saraf otak: pada stroke hemisferik saraf otak yang sering terkena adalah:
·
Gangguan fasialis dan hipoglosus: tampak paresis n.fasialis tipe
sentral (mulut mencong) dan paresis n.hipoglosus tipe sentral (bicara pelo)
disertai deviasi lidah bila dikeluarkan dari mulut.
·
Gangguan konjugat pergerakan bola mata
antara lain deviatio konyugae, gaze paresis kekiri atau kekanan dan hemianopia.
Kadang-kadang ditemukan sindroma Homer pada penyakit pembuluh karotis.
·
Gangguan lapangan pandang: tergantung
kepada letak lesi dalam jaras perjalanan visual, hemianopia kongruen atau
tidak. Terdapatnya hemianopia merupakan salah satu faktor prognostik yang
kurang baik pada penderita Stroke.
b) Pemeriksaan
motorik
Hampir
selalu terjadi kelumpuhan sebelah anggota badan (hemiparesis). Dapat dipakai
sebagai patokan bahwa jika ada perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan. tungkai hampir dipastikan
bahwa kelainan aliran darah otak berasal
dari hemisfer (kortikal) sedangkan jika kelumpuhan
sama berat gangguan aliran darah dapat terjadi di subkortikal atau pada daerah vertebro-basilar.
c) Pemeriksaan
sensorik
dapat
terjadi hemisensorik tubuh karena bangunan anatomik yang terpisah, gangguan
motorik berat dapat disertai gangguan sensorik ringan atau gangguan sensorik
berat disertai dengan gangguan’ motorik ringan.
d) Pemeriksaan
refleks fisiologis dan patologis
pada
fase akut refleks fisiologis pada sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahulu dengan refleks
patologis.
e)
Kelainan fungsi luhur
manifestasi
gangguan lungsi luhur pada stroke hemisferik berupa disfungsi parietal baik
sel-sel dominan maupun nondominan. Kelainan yang paling sering tampak adalah
disfasi campuran (mixed-dysphasia) dimana penderita
tak mampu berbicara/ mengeluarkan kata-kata dengan baik dan tidak mengerti apa yang dibicarakan orang
kepadanya. Selain itu dapat juga
terjadi agnosia, apraxia.dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment