Definisi
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular.
Stroke
perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu
sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak .
Epidemiologi
Perdarahan intraserebral dua kali lebih
banyak dibanding perdarahan subarakhnoid (PSA) dan lebih berpotensi menyebabkan
kematian atau disabilitas dibanding infark serebri atau PSA.
Sekitar
10% kasus stroke disebabkan oleh PIS. Sumber data dari Stroke Data Bank (SDB),
(Caplan,2000) menyebutkan bahwa setidaknya 1 dari 10 kasus stroke disebabkan
oleh perdarahan parenkim otak. Populasi dimana frekuensi hipertensinya tinggi,
seperti Amerika-Afrika dan orang-orang Cina, Jepang dan keturunan Thai,
memiliki frekuensi yang tinggi terjadinya PIS. Perdarahan intraserebral dapat
terjadi pada rentang umur yang lebar, dapat terjadi pada dekade tujuh puluh,
delapan puluh dan sembilan puluh. Walaupun persentase tertinggi kasus stroke
pada usia dibawah 40 tahun adalah kasus perdarahan, PIS sering juga terjadi
pada usia yang lebih lanjut.
Usia lanjut dan hipertensi merupakan
faktor resiko paling penting dalam PIS. Perdarahan intraserebral terjadi
sedikit lebih sering pada pria dibanding wanita dan lebih sering pada usia muda
dan setengah-baya pada ras kulit hitam dibanding kulit putih di usia yang sama.
Patofisiologi
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien
dengan hipertensi kronik. Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik
pembuluh darah kecil, terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang
mensuplai ke dalam basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah
ini menjadi lemah, sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina
interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang
dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh
darah yang mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh darah
yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak.
Pada pasien dengan tekanan darah normal dan
pasien usia tua, PIS dapat disebabkan adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA).
Keadaan ini disebabkan adanya akumulasi protein β-amyloid didalam
dinding arterileptomeningen dan kortikal yang berukuran kecil dan sedang.
Penumpukan protein β-amyloid ini menggantikan kolagen dan elemen-elemen
kontraktil, menyebabkan arteri menjadi rapuh dan lemah, yang memudahkan
terjadinya resiko ruptur spontan. Berkurangnya elemen-elemen kontraktil
disertai vasokonstriksi dapat menimbulkan perdarahan masif, dan dapat meluas ke
dalam ventrikel atau ruang subdural. Selanjutnya, berkurangnya kontraktilitas
menimbulkan kecenderungan perdarahan di kemudian hari. Hal ini memiliki
hubungan yang signifikan antara apolipoprotein E4 dengan perdarahan serebral
yang berhubungan dengan amyloid angiopathy.
Suatu malformasi angiomatous (arteriovenous
malformation/AVM) pada otak dapat ruptur dan menimbulkan perdarahan
intraserebral tipe lobular. Gangguan aliran venous karena stenosis atau oklusi
dari aliran vena akan meningkatkan terjadinya perdarahan dari suatu AVM.
Terapi
antikoagulan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan
intraserebral, terutama pada pasien-pasien dengan trombosis vena, emboli paru,
penyakit serebrovaskular dengan transient ischemic attack (TIA) atau
katub jantung prostetik. Nilai internationa! normalized ratio (INR) 2,0
- 3,0 merupakan batas adekuat antikoagulasi pada semua kasus kecuali untuk
pencegahan emboli pada katub jantung prostetik, dimana nilai yang
direkomendasikan berkisar 2,5 - 3,5. Antikoagulan lain seperti heparin,
trombolitik dan aspirin meningkatkan resiko PIS. Penggunaan trornbolitik
setelahinfark miokard sering diikuti terjadinya PIS pada beberapa ribu pasien
tiap tahunnya.
Gejala
Klinis
Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala
akut dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada
pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung
lokasi perdarahan. Herniasi uncal dengan hiiangnya fungsi batang otak dapat
terjadi. Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam
beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal
dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral.
Pasien usia tua dengan tekanan darah
normal yang mengalami PIS atau perdarahan intraserebellar karena amyloid
angiopathy biasanya telah menderita penyakit Alzheimer atau demensia
progresif tipe Alzheimer dan dalam perjalanannnya perdarahan dapat memasuki
rongga subarakhnoid.
Diagnosis
Computed Tomography (CT-
scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam
pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan massa darah diindikasikan pada
pasien sadar yang mengalami peningkatan volume perdarahan. Magnetic
resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan perdarahan intraserebral dalam
beberapa jam pertama setelah perdarahan. Perubahan gambaran MRI tergantung
stadium disolusi hemoglobin-oksihemoglobin-deoksihemogtobin-methemoglobin-ferritin
dan hemosiderin .
OUTCOME
FUNGSIONAL
Prediksi akurat untuk outcome pada
PIS di unit gawat darurat menjadi masalah yang penting bukan saja untuk
menghadapi keluarga pasien, tapi juga untuk menilai pasiennya membutuhkan
perawatan intensif invasif, yang sering membutuhkan rujukan rumah sakit. Pada
dasarnya, prediksi ini untuk mengidentifikasi pasien untuk mencapai pemulihan outcome
fungsionalnya, lebih dari sekedar dapat bertahan hidup,yang nantinya dapat
memberi arahan kepada keluarga dan tim medis untuk perawatan selanjutnya
Ada banyak model instrumen untuk
memprediksi outcome pada PIS yang telah di publikasi dan telah diterima
luas penggunaanya dalam klinis. Prediktor yang sering digunakan termasuk volume
perdarahan, nilai SKG, hidrosefalus, letak lesi perdarahan, usia atau adanya
perdarahan intraventrikular
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah
stroke sering digambarkan sebagai impairments, disabilitas dan handicaps.
Ofeh WHO membuat batasan sebagai berikut:
1.Impairments
: menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis,
psikologis dan anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi,
fisioterapi, terapi okupasional ditujukan untuk memperbaiki kelainan ini.
2.Disabilitas
adalah hambatan, kehilangan kemampuan untuk berbuat
sesuatu yang seharusnya dilakukan orang yang sehat seperti : tidak bisa
berjalan, menelan, melihat akibat pengaruh stroke.
3.Handicaps
adalah halangan atau gangguan pada seorang penderita
stroke berperan sebagai manusia normal akibat impairment atau disability
tersebut.
GLASGOW
OUTCOME SCALE
Glasgow Outcome Scale (GOS)
adalah skala yang digunakan untuk mengukur outcome yang pada awal
penggunaannya ditujukan pada pasien trauma kapitis. Skala ini diciptakan oleh
Jennet dkk pada tahun 1975 dan dipakai untuk mengalokasikan orang-orang yang
menderita cedera otak akut pada cedera otak traumatik maupun non-traumatik ke
dalam kategori outcome. Skala ini menggambarkan disabilitas dan
kecacatan dibandingkan gangguan, yang difokuskan pada bagaimana trauma
mempengaruhi fungsi kehidupan
skala
yang asli terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut :
1.
Vegetative State
adalah ketiadaan fungsi kognItif yang
ditunjukkan oleh hilangnya komunikasi total, yang menandakan bahwa korteks
serebral tidak berfungsi lagi. Tidak seperti pada pasien koma, pasien pada
keadaan vegetative state memiliki respon buka mata, gerakan bola mata,
dan siklus tidur-bangun. Meskipun pasien dengan
vegetative
state dapat menunjukkan berbagai aksi motorik
yang reflektif, kebiasaan ini tidak dapat menunjukkan kesadaran.
2.
Severe disability
Pasien sadar, namun membutuhkan
pertolongan. Meskipun tingkat ketergantungan bervariasi, yang termasuk dalam
kategori ini adalah pasien yang bergantung kepada seorang pengasuh untuk
seluruh aktifitas sepanyang hari. Pasien yang tidak dapat ditinggal sendiri dan
tidak dapat merawat diri mereka sendiri selama interval 24 jam termasuk dalam
kategori ini.
3.
Moderate disability
Pasien dalam kategori ini dapat
ditinggal sendiri, namun memiliki tingkat kecacatan fisik dan kognitif yang
membatasi mereka dibandingkan tingkat kehidupan sebelum trauma. Banyak pasien
pada kategori ini dapat kembali bekerja, meskipun dalam pekerjaan mereka
diberikan kelonggaran khusus dan asisten untuk mereka, dan tidak dapat memikul
pekerjaan sebesar tanggungjawab mereka sebelum sakit.
4.
Good recovery
Pada kategori ini pasien dapat mandiri
dan dapat kembali bekerja pada pekerjaan atau aktifitas mereka sebelum sakit
tanpa adanya keterbatasan mayor. Pasien dapat menderita defisit neurologi atau
kognitif ringan yang menetap, namun tidak mengganggu keseluruhan fungsi. Pasien
dalam kategori ini kompeten dalam bersosialisasi dan mampu membawa diri dengan
baik tanpa perubahan kepribadian yang berarti.
Tingkatan
ini dapat dikelompokkan menjadi outcome buruk (GOS 0-2) dan outcome baik
(GOS 3-4)
No comments:
Post a Comment