Saturday, September 12, 2015

ANALISA KARBOHIDRAT



ANALISA KARBOHIDRAT
  1. Penentuan Gula Reduksi Cara Munson-Walker
      (Munson-Walker General Method; AOAC, 1970)
      Penentuan gula reduksi menurut cara Miunson walker dipakai untuk penentuan glukosa, fruktosa, gula invert, laktosa monohidrat dalam bahan yang tidak mengandung sakarosa; juga dipakai untuk penentuan gula invert dan laktosa monohidrat dalam bahan yang mengan dung sakarosa. Penentuan gula reduksi didasarkan atas banyaknya endapan Cu2O yang terbentuk; kemudian dengan melihat table Hammond dapat diketahui jumlah gula reduksi. Jumlah Cu2O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang langsung endapan Cu2O yang terbentuk; atau secar volumetric, yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-thiosulfat atau K-permanganat.
  1. Penyiapan larutan contoh dan pembentukan endapan Cu2O
-          Timbang contoh yang berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2,5-25 g. Banyaknya contoh yang ditimbang tergantung dari kadar gula pada contoh dan volume larutan contoh maupun pengenceran yang akan dikerjakan pada tahap berikutnya.
-          Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar yang volumenya ditentukan sedekian sehingga setiap 50 ml larutan contoh yang siap dianalisa membentuk 11,3-489,7 mg Cu2O yang setara dengan 4,6-236,9 mg glukosa.
-          Tambahkan aquades sebanyak ½ - ¾ volume labu takar yang dipakai, gojog dan biarkan  mengendap.
-          Tambahkan larutan Pb-Asetat netral tetes demi tetes. Pada penambahan larutan Pb-asetat ini larutan contoh menjadi keruh (terbentuk gumpalan-gumpalan atau partikel-partikel berwarna putih). Setiap kali menambahkan Pb-asetat, larutan kemudiam digojog dan biarkan dulu partikel-partikel yang ada mengendap. Kemudian teteskan lagi larutan Pb-asetat, apabila ternyata tidak menimbulkan pengeruhan lagi berarti penambahan Pb-asetat telah cukup. Hindarkan penambahan Pb-asetat yang terlalu berlebihan. Tambahkan aquades sampai tanda dan saring.
-          Untuk menghilangkan kelebihan Pb yang digunakan, tambahkan sedikit demi sedikit kristal K- atau Na-oksalat sama seperti menambahkan Pb-asetat tersebut di atas sampai diperoleh filtrat bebas Pb. Filtrat bebasb Pb apabila ditambah K- atau Na-oksalat tidak membentuk endapan putih (tetap jernih).
-          Ke dalam gelas piala 400 ml, tuanglah 25 ml larutan CuSO4 dan 25 ml larutan tartrat alkalis, kemudian tambahkan 50 ml filtrat filtrat bebas Pb. Tutuplah gelas piala dengan gelas arloji.
-          Taruhlah gelas piala pada kasa asbes dan panaskan di atas nyala api Bunsen atau alat pemanas  listrik. Aturlah pemanasan sedemikian sehingga larutan harus sudah mendidih dalam waktu 4 menit, kemudian lanjutkan pemanasan/ pendidihan selama 2 menit. Perlu diperhatikan bahwa ketentuan lama pemanasan tersebut harus betul-betul ditepati. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencoba terlebih dulu,yaitu dengan memanaskan 50 ml reagensia yang digunakan dan 50 ml aquades sehingga dapat diketahui cara mengatur alat pemanas yang bisa memenuhi ketentuan di atas.
-          Dengan pemansan tersebut akan terbentuk endapan Cu2O. Kemudian masih dalam keadaan panas saringlah dengan menggunakan krus Gooch yang telah di beri lapisan asbes sebagai bahan penyaring.
-          Buat pula penentuan blanko dengan cara yang sama dengan menggunakan 25 ml larutan CuSO4 , 25 ml larutan tartrat alkalis dan 50 ml aquades.
-          Cucilah endapan Cu2O dalam krus Gooch tersebut dengan aquades yang suhunya 60oC sampai bersih.
-          Tentukan banyaknya Cu2O yang terbentuk dengan salah satu cara tersebut di bawah ini.

  1. Penentuan Cu2O secara gravimetris
-          Endapan Cu2O dalam kedua krus Gooch (penentuan contoh maupun blanko) masing-masing di cuci dengan 10 ml ether.
-          Keringkan dalam oven bersuhu 100oC selama 30 menit,dinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
-          Dari selisih antara berat Cu2O yang terdapat pada penentuan contoh dan blanko, berat gula reduksi dalam 50 ml larutan contoh dapat dicari dengan menggunakan Tabel Hammond.

  1. Penentuan Cu2O secara volumetric dengan Na-thiosulfat
Endapan Cu2O dalam kedua krus Gooch, masing-masing diperlakukan sebagai berikut.
-          Siapkan Erlenmeyer 250 ml yang mempunyai tanda untuk volune dengan interval 20 ml(bila tidak ada dapat dibuat tanda sendiri).
-          Endapan dalam krus Gooch ditutup dengan gelas arloji. Kemudian tambahkan 5 ml larutan HNO3(1 + 1) untuk melarutkan Cu2O. Penambahan dikerjakan dengan pipet, gelas arloji(tutup) dibuka seperlunya saja ketika memasukkan ujung pipet tersebut.
-          Tampung filtrat dengan Erlenmeyer tersebut di atas. Cucilah gelas arloji dan krus Gooch dengan 20 – 25 ml aquades.
-          Didihka sampai kabut berwarna merah habis, dan tambahkan larutan KI 42 % yang bereaksi agak basis seperlunya.
-          Titerlah dengan larutan Na-thiosulfat (39 g Na2S2O3.5 H2O/liter) sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan patisampai terbentuk warba biru, lanjutkan titrasi. Pada saat titrasi hampir selesai tambahkan 2 g KCNS,a duk hingga larut,dan lanjutkan titrasi sampai seluruh endapan berwarna putih.
-          Dari selisih antara titrasicontoh dan blanko, brat Cu2O dapat dihitung.
      1 ml larutan Na2S2O3 = 11,259 mg Cu2O
      Berdasarkan berat Cu atau Cu2O, berat gula reduksi dalam 50 ml larutan contoh dapat dicari dengan menggunakan Tabel Hammond.    

  1. Penentuan Gula Reduksi Cara Lane-Eynon
      (Lane-eynon General Volumetric Method; AOAC 1970)
      Penentuan gula reduksi menurut cara Lane-Eynon dipakai untuk penentuan gula invert (baik tanpa maupun dengan sakarosa), glukosa, fruktosa; maltosa anhidrat dan monohidrat; laktosa anhidarat dan monohidrat. Cara ini merupakancara penentuan secara volumetris, dalam hal ini 10 ml atau 25 ml reagensia Soxhlet direduksi (dititrasi) dengan larutan contoh. Jumlah gula reduksi dapat diketahui dari Tabel Lane-Eynon berdasarkan berdasarkan volume larutan contoh yang dibutuhkan untuk titrasi tersebut.
  1. Penyiapan larutan contoh
-          Timbang contoh sebanyak 2,5 – 25 g. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar. Volume labu takar sedemikian sehingga jumlah larutan contoh yang dibutuhkan untuk titrasi 10 ml reagensia Soxhlet adalah 15 – 50 ml atau kadar gula reduksi, misalnya : gula invert tanpa sakarosa berkisar antara 52,5/50 – 50,5/15mg/ml atau 1,01 – 3,5 mg/ml.
-          Tambahkan aquades sebanyak ½ - ¾ volume labu takar yang dipakai, biarkan mengendap.
-          Lakukan penjernihan engan menambahkan Pb-asetat netral secukupnya, hingga diperoleh filtrat yang jernih. Kelebihan Pb dihilangkan dengan menambahkan kristal K- atau Na-oksalat anhidrat secukupnya, hingga diperoleh filtrate bebas Pb.
  1. Standarisasi reagensia Soxhlet
      Maksud standarisasi adalah menentukan besarnya factor koreksi yang diperlukan dalam menggunakan table lane-Eynon.
-          Pipetlah 10 ml  reagensia Soxhlet yang baru, tuang ke dalam Erlenmeyer 300 – 400 ml.
-          Isilah buret 50 ml dengan larutan glukosa atau gula invert standar (kadar : 1,01 – 3,5 mg/ml). Hitung jumlah larutan standar yang diperlukan untuk titrasi 10 ml larutan Soxhlet. Bila larutan standar mengandung gula invert sebanyak 2,5 mg/ml, maka volume larutan gula invert standar yang dibutuhkan kurang lebih 50,2/2,5 ml atau 20,2 ml.
-          Kemudian dari buret tersebut, tuanglah hamper semua larutan gula invert standar ke dalam Erlenmeyer, sisakan kurang lebih 1 ml. Jadi volume larutan gula invert standar yang ditambahkan kurang lebih 20,2 – 1 = 19,2 ml.
-          Panaskan larutan sampai mendidih dan tetap didihkan selama 2 menit (selama pendidihan bila perlu dapat digunakan batu dididh untuk mencegah letupan-letupan).
-          Sambil tetap dipanaskan tambahkan 1 ml larutan indicator methylene blue 0,2 %, kemudian teteskan gula invert standar dari buret tersebut (titrasi ) sehingga larutan menjadi hamper tidak berwarna. Titrasi dilakukan dalam waktu 3 menit. Buat ulangan 3 kali, hitung rata-ratanya dan tentukan factor koreksinya.
  1. Penentuan gula reduksi larutan contoh
      Penentuan gula reduksi larutan contoh terdiri dari dua tahap, yaitu : “Incremental Method” yang merupakan cara penentuan yang kurang teliti, sedang “Standar Mthod” lebih teliti.
Incremental Method
-          Tuanglah 10 ml reagensia Soxhlet ke dalam Erlenmeyer 300 – 400 ml.
-          Isi buret dengan larutan contoh, dan tuanglah ke dalam Erlenmeyer sebanyak 15 ml.
-          Panaskan sampai mendidih, teruska pendidihan selama 15 detik dan segera tambahkan larutan contoh sampai warna biru hilang.
-          Kemudian tambahkan 1 ml larutan indicator methylene blue 0,2%, dan tetetskan larutan contoh(titrasi) sampai warna biru hilang.
Standar Method
-          Tuanglah 10 ml reagensia Soxhlet ke dalam Erlenmeyer 300 – 400 ml.
-          Banyaknya larutan contoh yang dibutuhkan pada “incremental method” misalnya : V ml. Maka tuanglah dari buret larutan contoh sebanyak (V-1)ml. Selanjunya sama seperti standarisasi reagensia Soxhlet tersebut di atas, dimulai dari : - Panaskan larutan sampai mendidih, dan ..........dst.
-          Hitung kadar gula gula per 100 ml larutan contoh.
      Kadar gula = G x 100/T x faktor koreksi (mg/100 ml)
      G = gula total yang dibutuhkan untuk mereduksi Soxhlet(mg). Dicari dalam tabel Lane-Eynon.
      T = Titer = larutan contoh (ml).

  1. Penentuan Sakarosa
      (Cara kimia, ; AOAC, 1970)
      Penentuan sakarosa didasarkan atas selisih antara gula reduksi sebelum dan sesudah inversi. Dalam hal ini gula reduksi dinyatakan sebagai gula invert.
  1. Penentuan gula invert sebelum inversi
-          Buat larutan contoh seperti penentuan gula reduksi.
-          Ambil filtrat bebas Pb, dan lakukan penentuan gula invert dengan cara Munson=Walker atau Lane-Eynon. Perlu diketahui bahwa dalam filtrat tersebut terdapat gula invert dan dan sakarosa, oleh karena itu perhatikanlah ketika menggunakan Tabel untuk mencari banyaknya gula invert.
-          Berdasarkan banyaknya gula invert dalam filtrat tersebut, hitunglah kadar gula invert sebelum inversi pada contoh (dalam %) dengan tidak melupakan faktor pengenceran yang dikerjakan pada penentuan ini.

No comments:

Post a Comment