Kortikosteroid
Injeksi intra-artikular
kortikosteroid sangat berguna bila NSAID atau kolkhisin bermasalah, misalnya
pada pasien dengan gagal jantung kronis atau gangguan ginjal atau hati. Ini
juga sangat berguna untuk Arthritis gout akut yang terbatas hanya sendi atau
bursa tunggal. Bagaimanapun harus dipastikan bahwa penyakit ini bukan Arthritis
septik, sebelum menyuntikkan steroid. Kortikosteroid
dapat diberikan secara oral dalam dosis tinggi (30-40mg) atau intramuskular,
berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari, terapi ini baik untuk pasien yang
tidak dapat mentolerir NSAID, kolkhisin ataupun gagal dengan terapi ini, juga
bagi mereka dengan serangan poliartikular. Hati-hati bagi pasien dengan gagal jantung.
TERAPI FARMAKOLOGIS dan NON FARMAKOLOGIS
Obat
|
|
Terapi
lini pertama (per oral )
|
|
NSAID :
Naproksen 500 mg 2 x sehari
Atau
Ibuprofen 800 mg 3 x sehari
Atau
Indometasin 50 mg 3 x sehari untuk 2-3 hari.
Kemudian kurangi dosis berangsur-angsur sampai nyeri berhenti
|
Ideal
untuk pasien dibawah 65 tahun tanpa komorbiditas. Indometasin efektif, tetapi
kurang menguntungkan memiliki efek samping terutama untuk manula. Hati-hati
bagi Manula dan hindarkan bagi penderita dengan riwayat PUD(peptic ulcer
disease), pendarahan pada GI, CHF, serum kreatinin kurang > 1,6 mg/dl.
|
Celecoxib 200 mg 2 kali sehari
|
COX-2 selektif NSAIDs lebih baik untuk manula dan
pasien dengan riwayat gastropati atau pendarahan. Efek yang
tidak dikehendaki pada ginjal dan hati seperti NSAID lainnya
|
Parasetamol 500-1000 mg 4 kali
sehari
atau
Parasetamol dengan 30 mg kodein 1-2 tablet setiap 4 jam prn
|
Untuk nyeri saja, bukan anti- inflamatori
Pemilihan analgetik berdasarkan tingkat nyeri dan
toleransi/pilihan pasien. Batasi dosis total parastamol 4000 mg sehari (2000
mg sehari untuk peminum
berat alkohol) dengan atau tanpa kodein. Kemungkinan membutuhkan
opioid yang lebih kuat untuk nyeri yang susah disembuhkan
|
Kantong es. Dibungkus handuk
|
Dapat mengurangi nyeri, mencegah kontak langsung antara es
dengan kulit untuk mencegah ice burn; hindarkan dari pasien dengan
riwayat PVD.
|
Bidai
|
Akan membantu mengurangi nyeri.pada hari-hari pertama
|
Istirahat di tempat tidur. Hindari latihan fisik
|
Akan membantu mengurangi nyeri.pada hari-hari pertama
|
Terapi Lini ke dua (kortikosteroids)
|
|
Prednison 20-50 mg sehari per
oral dengan penurunan berangsur-angsur sampai 7 hari
atau
Triamcinolone 60 mg IM,
ulangi dalam 1-4 hari
atau
Methylprednisolone 40
mg/sehari IV berangsur-angsur menurun sampai 7 hari
|
Pemakaian meningkat pada manula dan pasien dengan kontraindikasi
NSAID
Terutama berguna untuk kondisi multiple sendi
Pakai dengan hati-hati pada pasien dengan diabetes atau gagal
jantung. Jangka pendek relatif aman, tetapi terlalu cepat menurunkan dosis
dapat menyebabkan terserang arthritis kembali.
|
Kortikosteroid intra-artikular:
|
Rute pemberian kortikosteroid paling baik untuk nonArthritis.
|
Prednisolon sodium fosfat 4-20
mg IA
atau
Triamsinolon diasetat 2-40 mg
IA
|
berpengalaman , terutama untuk sendi kecil atau dalam Berikan
dengan bagian yang sama lidokain 1% untuk efek analgesic yang cepat.
Dosis berdasarkan pada ukuran sendi (misalnya kurang lebih 2-5
mg untuk jari, kurang lebih 25 mg untuk lutut).
Kontraindikasi: sendi infeksi (tapis dengan WBC count dan Gram
stain dari cairan sinovial , diikuti dengan kultur), prostetik sendi,
gangguan pendarahan. Efek yang tidak dikehendaki kebocoran periarticular
menyebabkan atrofi dari jaringan subkutan dan
depigmentasi kulit lokal. Hindari pengulangan injeksi dalam 3
bulan .
|
Terapi lini ke tiga
|
|
Kolkhisin per oral 0.5-0.6 mg 3
atau 4 kali sehari (dosis rendah)
ATAU
Kolkhisin per oral 0.5 mg
setiap jam sampai simtomhilang atau atau timbul efek samping (dosis
tinggi);maksimum total dosis 4-6 mg
|
Dosis tinggi efektif tetapi biasanya tidak dapat
ditoleransi (diare parah); dosis rendah berguna untuk pasien
yang tidak dapat memakai NSAID atau dapat serangan ringan. Hati-hati untuk
pasien manula dan pasien dengan penyakit hati. Pemakaian IV kolkhisin makin
dibatasi karena toksistas sistemik. Pemakaian dibatasi hanya oleh yang ahli
dan situasi tertentu (contoh , tatalaksana pre- dan postoperasi
|
ack of Go
Glukokortikoid paling sering digunakan sebagai
antireumatik dan antiinflamasi. Glukokortikoid memberikan pengaruh baik
terhadap penderita arthritis rheumatoid dan osteoarthritis, dan benar-benar
dapat digunakan untuk pengobatan radang dengan menekan perkembangan
karakteristik radang, yaitu bengkak, kemerahan, rasa panas, dan rasa nyeri.
Glukokortikoid memulai kerjanya dengan menyusup dalam proses biosintesa
prostaglandin, dengan memproduksi suatu peptide yang menghambat kerja enzim
fosfolipase untuk menghasilkan asam arakidonat dari fosfolipid (lihat hal 55). Walaupun demikian, agen ini
hanya menekan gejala dan tidak menyembuhkan penyakit. Pemakaian jangka panjang
dapat menimbulkan efek samping yang serius, termasuk tertekannya kelenjar
adrenal, osteoporosis, ulkus, retensi cairan, dan peningkatan kerentanan
infeksi. Karena itu, obat-obat steroid jarang dijadikan pilihan pertama untuk
peyembuhan radang, ada terapi lainnya yang biasanya dilakukan pertama kali.
Namun, kortikosteroid banyak digunakan untuk peradangan yang terjadi pada
telinga, mata, dan kulit, serta dalam penyembuhan luka bakar. Ada beberapa yang
mempunyai khasiat sebagai antialergi, membantu mengurangi efek hay fever (demam
karena peka terhadap rumput kering) dan asma. Dalam beberapa kondisi penyakit
misalnya penyakit Addison, korteks adrenalnya tidak mampu lagi menghasilkan
hormon-hormonnya, dan penting dilakukan penggantian. Kelainan genetik lainnya
adalah kekurangan enzim 21-hidroksilase dalam jalur biosintesa, dan merupakan yang
terpenting dari hidrokortison dan aldosteron (gambar 5.114). Hal ini kemudian
bisa meningkatkan sintesa androgen (lihat gambar 5.133)
Mineralokortikoid terutama berfungsi
untuk mengatur keseimbangan elektrolit jika adrenalin yang tersedia tidak
mencukupi.
Obat-obat kortikosteroid alami
kortison (kortison asetat) dan hidrokortison (kortisol) (gambar 5.112) berperan
dalam terapi penggantian, dan hidrokortison merupakan salah satu senyawa yang
paling banyak digunakan untuk pemakaian topikal dalam penyembuhan inflamasi
pada kulit. Penggunaan dini kortikosteroid sebagai anti inflamasi menimbulkan
efek samping serius pada metabolisme air, mineral, karbohidrat, protein, dan
lemak. Sebenarnya, aktivitas mineralokortikoid biasanya dianggap sebuah efek yang
tidak diinginkan. Untuk mengoptimalkan aktivitas anti inflamasi, dilakukan
ribuan modifikasi kimia dari strukutur dasarnya. Pemasukan ikatan rangkap ∆1
mengubah bentuk cincin A dan meningkatkan aktivitas glukokortikoid melebihi
mineralokortikoid, misalnya prednison dan prednisolon (gambar 5.122).
Substituen 9α-fluoro meningkatkan semua
aktivitas, sedangkan gugus 16α- atau 16β-metil menurunkan aktivitas mineralokortikoid tanpa
mempengaruhi aktivitas glukokortikoid. Ditemukan bahwa analog 9α-fluoro meningkatkan aktivitas yang timbul secara tidak
langsung dari epimerisasi senyawa 11α-hidroksi menjadi turunan 11β–hidroksi yang aktif (gambar 5.123). Jadi, saat ester 11α-tosylate dicampur dengan asetat, eliminasi
berkatalis-basa lebih teramati daripada substitusi yang diharapkan, yang
terhalangi oleh gugus metil (gambar 5.123). Eliminasi syn menyebabkan
terjadinya mekanisme E1. ∆9(11)-ene juga bisa dihasilkan oleh
dehidrasi 11β –alkohol dengan menggunakan
tionil klorida. Penambahan HOBr ke ikatan rangkap 9(11) melalui serangan
elektrofilik dari bagian depan α yang paling sedikit
terhalangi, pemberian ion bromonium siklik, dan kemudian pembukaan cincin oleh
serangan β dari hidroksida pada C-11.
Serangan pada C-11 ini akan dihalangi oleh metil pada C-10. 9α-bromokortisol 21-asetat dihasilkan pada jalur ini yang
kurang aktif sebagai anti inflamasi daripada kortisol 21-asetat oleh satu dari
3 faktor, dan 9α-iodokortisol asetat juga
kurang aktif dengan satu dari sepuluh faktor. Fluorin harus dimasuki secara
tidak langsung oleh gugus β-epoksida oleh bentuk dasar
analog 9α-bromo-11β-hidroksi (gambar 5.123). Hasil dari 9α-fluorokortisol 21-asetat (fluorohidrokortison asetat;
fludrocortison asetat) (gambar 5.124) diketahui lebih aktif sebelas kali
daripada kortisol asetat.
Walalupun demikian, aktivitas
mineralokortikoidnya juga meningkat tiga ratus kali. Jadi, aktifitas anti
radangnya tidak mempunyai hubungan klinik, dan ini hanya digunakan untuk
aktifitas mineralokortikoidnya.
Pemasukan substituen 9α-fluoro ke prednisolon menyebabkan retensi Na+
yang kuat. Efek ini akan mengurangi (walalupun biasanya tidak menghilangkan
secara keseluruhan) dengan pemasukan pada substituen pada C-16, begitu juga 16α-hidroksi atau 16α/16 β-metil. 16α-hidroksil dapat dimasukkan secara mikrobiologi, misalnya
perubahan 9α-fluoroprednisolon menjadi
triamsinolon (gambar 5.125). Bentuk ketal dari triamsinolon dan aseton,
triamsinolon asetonida (gambar 5.125) mempunyai efek yang sangat baik sebagai
anti inflamasi dengan penggunaan topikal pada pengobatan kerusakan kulit
seperti psoriasis. Metilprednisolon (gambar 5.124) merupakan turunan 6α-metil dari prednisolon yang menunjukkan peningkatan
aktifitas paling beragam melebihi senyawa induknya. Gugus 6-metil bisa didapat
melalui reaksi grignard MeMgBr dengan turunan 5,6-epoksida yang cocok.
Deksametason dan betametason (gambar 5.124) masing-masing menunjukkan adanya
turunan 16α dan 16 β-metil sedikit terkandung dalam obat, jika ada, aktifitas
mineralokortikoid. Gugus 16-metil dengan mudah dimasukkan melalui reaksi yang
serupa dengan rekasi grignard dengan α,β-∆16-20-keton tidak
lewat jenuh yang cocok. Betametason, untuk pemakaian luar, secara khusus
diformulasi sebagai esetr C-17 dengan asam valerat (betametason 17-valerat),
atau sebagai 17,21-diester dengan asam propionat (betametason
17,21-dipropionat) (gambar 5.124). Senyawa 9α-kloro beklometason 17,21-dipropionat (beklometason 17,21
dipropionat) juga penting untuk eksim dan psoriasis, dan sebagai inhalan untuk
mengontrol asma. Flutikason propionat (gambar 5.124) juga digunakan dalam
penyembuhan asma, dan menunjukkan campuran dimana rantai samping 17
dimodifikasi menjadi karbohidrat (sulfur ester).
Walaupun aktifitas anti
inflamasi dari hidrokortison hilang jika gugus 21-hidroksil tidak ada,
kemungkinan aktifitasnya kembali saat dimasukkan substituen 9α-fluoro. Fluorometholon (gambar 5.124) merupakan
kortikosteroid yang memanfaatkan hubungan ini dan bermanfaat untuk mata.
Senyawa lain diturunkan dengan penggantian 21-hidroksil dengan halogen,
misalnya clobetasol 17-propionat dan clobetason 17-butirat (gambar 5.124), yang
merupakan obat topikal efektif untuk penyakit kulit yang parah. Dalam
rixemolon, anti inflamasi yang baru untuk mata, tidak mengandung substituen
21-hidroksil ataupun 9α-fluoro, melainkan terdapat
substituen 17α- dan 16α-metil. Rimexolon mempunyai kelebihan yang signifikan
untuk mata melebihi obat-obat seperti dexametason, yang tidak meningkatkan
tekanan intraokular secara signifikan.
Kebanyakan kortikosteroid
sekarang bisa digunakan sebagai obat. Struktur beberapa kortikosteroid yang bisa
dilihat pada gambar 5.126, berkelompok menurut karakteristik struktur utama,
dinamakan turunan 16-metil, 16-hidroksi, dan 21-kloro. Yang baru dikenal
deflazacort (gambar 5.127) merupakan obat yang mempunyai aktifitas
glukokortikoid yang tinggi, tetapi tidak sesuai dimasukkan ke dalam kelompok
ini yang terdiri dari cincin oxazole C-16 dan C-17.
Trilostan (gambar 5.127)
merupakan penekan adrenocortical, yang menghambat sintesis glukokortikoid dan
mineralokortikoid dan mempunyai kemampuan mengobati sindrom Cushing, yang
ditandai dengan muka berbentuk seperti bulan dan menyebabkan glukokortikoid
berlebih. Obat ini merupakan penghambat enzim dehidrogenase-isomerase yang
mengubah pregnenolon menjadi progesteron (gambar 5.92 dan 5.114).
Spironolakton (gambar 5.127)
adalah antagonis aldosteron mineralokortikoid endogen dan menghambat penahanan
natrium oleh aldosteron yang juga ber-efek menurunkan pengeluaran kalium.
Dikelompokkan sebagai diuretik hemat kalium, digunakan dalam kombinasi dengan
obat diuretik lainnya untuk mencegah kehilangan kalium yang berlebihan. Progesterone
(hal. 273) juga merupakan antagonis aldosteron; struktur spironolakton berbeda
dengan progesteron pada substituen 7 α-thioester, dan penggantian rantai samping 17β dengan 17α-spirolakton.
No comments:
Post a Comment