Saturday, June 6, 2015

PROLAPSUS UTERI



PROLAPSUS UTERI
1.        Batasan
       Turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati vagina. Committe of the International Continence Society membagi prolapsus uteri menjadi 4:
  • Derajat I: pada posisi berdiri atau mengedan posisi serviks bagian distal berada pada I cm di atas ring himen
  • Derajat II: pada posisi berdiri atau mengedan posisi serviks berada pada level 1 cm diatas 1 cm atau 1 cm dibawah ring himen
  • Derajat III: pada posisi berdiri atau mengedan posisi serviks distal melewati lebih dari 1 cm ring himen tetapi penonjolannya tidak lebih dari panjang vagina dikurangi 2 cm
  • Derajat IV: seluruh organ uterus berada di luar vagina

2.        Patofisiologi
       Terdapat kelemahan otot-otot penyangga organ pelvik yaitu otot dasar pelvik. Otot yang berpengaruh menyangga uterus adalah m. Levator ani; muskulus ini terdiri dari m. Lliococcygeus (diaphragma pelvik) dan m. Pubovisceral/ pubococcygeus. Kelemahan ligamen daerah pelvik juga berpengaruh pada prolapsus uteri. Faktor prodisposisi prolapsus uteri:
·         Paritas tinggi dengan persalinan pervaginam
·         Pernah melahirkan bayi makrosomi
·         Usia lanjut

3.        Gejala klinis
       Penderita pada umumnya mengeluh apabila prolapsus uteri sudah mencapai derajat II. Gejala yang mungkin dirasakan adalah:
  • Perasaan berat di perut bagian bawah, ada benjolan di introitus vagina pada saat duduk dan berdiri, perasaan ini hilang apabila penderita pada posisi tidur
  • Dapat pula disertai dengan gangguan berkemih, terutama pada prolapsus uteri derajat IV, karena urethra terlipat ke depan
  • Konstipasi dikeluhkan pula apabila prolapsus uteri sudah mencapai derajat III-IV

4.        Penyulit
       Pada prolapsus uteri derajat III-IV dapat disertai gangguan berkemih dan apabila ini terjadi dapat dengan mudah terjadi infeksi saluran kemih (ISK).
5.        Penatalaksanaan
  • Prolapsus uteri tanpa keluhan tidak memerlukan pengobatan
  • Prolapsus uteri derajat I-II dapat dilakukan penanganan dengan latihan memperkuat otot-otot penunjang dasar pelvik dengan berlatih Kegel.
  • Pada prolapsus uteri derajat III-IV apabila penderita menolak operasi, pemasangan pesarium dapat dilakukan
  • Pada penderita pasca menopause pemasangan pesarium dilakukan dengan pemberian preparat estrogen dosis rendah:
  • Pemberian preparat estrogen untuk menghindari iritasi, infeksi, rasa nyeri, dan timbulnya fistula vesiko vagina
  • Penderita menggunakan pesarium harus dikontrol setiap bulan
  •  Apabila didapatkan keluhan inkontinensia stress, rektokel, enterokel, dilakukan operasi histerektomi
  • Operasi histerektomi pada prolapsus uteri dapat dikerjakan melalui laparatomi atau pendekatan per vaginal. Pada umumnya disertai dengan kolporafi anterior/ posterior.
 

No comments:

Post a Comment