Seorang pasien anak laki laki datang ke RS
pada tanggal 26 desember 2011 melalui IGD dengan keluhan utama tampak pucat
sejak satu bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Utama
Ø Tampak pucat sejak satu bulan yang lalu,
makin lama makin bertambah pucat.
Ø Sakit kepala sejak 1 bulan yang lalu,
sakit hilang timbul, dirasakan di bagian
atas kepala, dan sejak 5 hari yang lalu sakit kepala dirasakan terus menerus
Ø Muntah sejak 1 minggu yang lalu, selama 5
hari, frekuensi 2-3 x /hari. Banyaknya ±
3-4 sdm/kali, berisi sisa makanan dan minuman, tidak menyemprot.
Ø Sesak nafas sejak 4 hari yang lalu, sesak
tidak berbunyi menciut, dipengaruhi aktifitas, tidak dipengaruhi cuaca dan
makanan.
Ø Demam ditak ada
Ø Kejang tidak ada
Ø Batuk pilek tidak ada
Ø Riwayat buang air kecil berwarna seperti
cucian daging tidak ada
Ø Riwayat nyeri saat buang air kecil tidak
ada
Ø Buang air kecil berkurang dari biasanya
sejak 2 hari yang lalu
Ø Buang air besar warna dan konsistensi
biasa
Ø Anak sudah dirawat di RSUD Payakumbuh
selama 2 hari. Mendapat terapi IVFD RL, transfusi PRC 2 kantong, ranitidin 2 x
½ tab, captopril 2 x 6,25 mg, parasetamol 3 x ½ tablet.
Ø Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium
dengan hasil Hb : 5,2, Leukosit 9000, trombosit 102.000/ m3, ureum 290 mg/dl,
kreatinin 18,4 mg/dl, kolesterol 224, bilirubin total 0,6, SGOT 45, SGPT 12.
Ø Anak dirujuk ke RSUP DR. M. Djamil Padang
dengan keterangan anemia + GGK.
Riwayat Penyakit Dahulu
Ø Sejak usia 2 tahun anak sering mengalami
sembab dan berobat dengan Sp.A. anak diberi terapi prednison dan dinyatakan
sembuh setelah ± 6-7 bulan. Terapi pada usia ± 9 tahun, anak tampak sembab dan
diberi terapi prednison dan anak tidak pernah sembuh lagi sejak ± 1,5 tahun
yang lalu
Ø Epistaksis habitualis sejak usia 6 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita hipertensi
Diagnosa kerja
Gagal ginjal kronik ec susp sindrom nefrotik
dengan pengobatan tidak teratur.
DD : ec glomerulonefritis kronik
Krisis hipertensi ec GGK
Gagal Ginjal Kronik (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun
bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea). CKD dapat
menimbulkan simtoma
berupa laju filtrasi
glomerular di bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun
disertai dengan kelainan sedimen urin.
Penyakit ginjal kronis diidentifikasi oleh tes darah untuk kreatinin.
Tingginya tingkat kreatinin menunjukkan turunnya laju filtrasi
glomerulus dan sebagai akibat penurunan kemampuan ginjal mengekskresikan
produk limbah. Kadar kreatinin mungkin normal pada tahap awal CKD, dan kondisi
tersebut ditemukan jika urine (pengujian sampel urin) menunjukkan bahwa memungkinkan kehilangan sel darah merah dan
protein.
Asidosis metabolik juga
merupakan akibat dari CKD dimana tidak ada keseinbangan antara kadar asam dan
basa di dalam darah ( kadar bicarbonat dan karbondioksida). Ini ditandai oleh
menurunnya kadar bicarbonat di dalam darah sehingga PH darah menjadi asam dan
menyebabkan pernafasan menjadi lebih dalam dan cepat, ini merupakan usaha tubuh
untuk mengeluarkan karbondioksida dari paru paru.
Tekanan
darah pasien ini tinggi sehingga pasien juga mendapatkan terapi obat obat
antihipertensi yaitu diuretik dan golongan Ca bloker.
Lasik
(furosemid) diberikan dengan dosis 1 x 20 mg IV. Dosis pada anak adalah 1
mg/kg/kali secara IV (4-6 jam). Pada
pasien dosis yang diberikan 1 x 20 mg tidak melewati dari dosis maksimal,
tetapi sebaiknya diberikan 4 x sehari. Efek samping dari forosemid adalah
hipokalemia, karena furosemid merupakan diuretik boros kalium yang bekerja pada
loophenle. Tetapi kondisi ini telah diatasi dengan pemberian KSR (KCl).
Nifedipin
merupakan antihipertensi golongan Ca bloker bekerja pada otot jantung. Nifedipin
diberikan secara peroral dengan dosis 3 x 5 mg. Dosis nifedipin untuk anak
adalah : 0.25–0.5 mg/kg/kali,
max 5 mg/kali. Dosis yang diberikan
tidak melewati dosis maksimum. Pada
terapi hipertensi pada kasus CKD sebaiknya diberikan ACEI dengan penambahan
Ca bloker. Agar efek antihipertensinya lebih baik.
Pasien
ini juga mengalami asidosis metabolik di tandai dengan meningkatnya kadar pH
darah 7,19. Untuk mengatasi menormalkan pH darah pasien telah diberikan natrium
bikarbonat dengan dosis 6 x 1,5 tablet. Dosis bikarbonat diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien berdasarkan hasil koreksi bikarbonat,
HCO3- = 5,3 mmol/L
Koreksi bikarbonat
= 0,3 x BB x (12-bicnat)
=
0,3 x 24 x (12-5,3)
= 48 mEq
Terapi
cairan pada pasien ini diberikan dektrosa 5% perlu didiskusikan lebih lanjut
terkait dengan tidak adanya pemeriksaan gula darah sebagai indikasi untuk
diberikan terapi glukosa. Sebaiknya pasien diberikan RL karena RL mengandung
laktat yang kemudian di dalam darah laktat tersebut dapat dirubah menjadi
bicarbonat, sehingga dapat membantu perbaikan asidosis dari pasien
No comments:
Post a Comment