GAGAL GINJAL
KRONIK
Gagal ginjal kronik adalah kehilangan
secara progresif fungsi ginjal selama berbulan – bulan hingga bertahun – tahun,
yang di tandai
perubahan secara bertahap bentuk ginjal normal dengan fibrosis interstitial.
Gagal ginjal kronik dikategorikan dengan level fungsi ginjal berdasarkan laju
filtrasi glomerulus dari stadium 1 hingga 5, dengan masing – masing nomornya
mengindikasikan tingkatan penyakit dilihat dari laju filtrasi glomerulusnya.
Klasifikasi ini berdasarkan sistem dari National
Kidney Foundation’s(Tabel 1) (Joy, Kshirsagar & Franceschini, 2008).
Tabel 1. Klasifikasi
Gagal Ginjal Kronik oleh National Kidney Foundation’s.
Stadium
|
Laju Filtrasi Glomerulus (mL/min)
|
Prevalensi
|
1
|
≥90
|
10.500.000
|
2
|
60 – 89
|
7.100.000
|
3
|
30 – 59
|
7.600.000
|
4
|
15 – 29
|
400.000
|
5
|
< 15, termasuk pasien dialisis
|
300.000
|
Dalam British National
Formulary juga mengklasifikasikan fungsi ginjal menjadi 5 kelompok, yaitu
normal, mild, moderate, severe, renal value. Pengklasifikasian ini berdasarkan
penuntun Amerika Serikat untuk identifikasi dan menejemen gagal ginjal kronik
(Tabel 2)(BNF, 2009).
Tabel
2. Klasifikasi Gagal Ginjal Akut UK Guideline dan
NICE Clinical Guideline
Tingkat kerusakan
|
Laju Filtrasi Glomerulus mL/menit/1,73 m
|
Normal – Stadium 1
|
Lebih
dari 90 ( dengan bukti lain kerusakan ginjal)
|
Mild –
Stadium 2
|
60 –
89 ( dengan bukti lain kerusakan ginjal)
|
Moderate – Stadium 3
|
30 –
59
|
Severe – Stadium 4
|
15 –
29
|
Gagal ginjal – Stadium 5
|
Kurang
dari 15
|
NICE clinical
guideline 73 (September 2008) – Penyakit ginjal kronik: Stadium 3A laju
filtrasi glomerulus 35 – 59, Stadium 3B laju filtrasi glomerulus 30 – 44
|
Etiologi
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati refluks,
ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi,
obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab gagal ginjal
kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan pielonefritis
kronis.
Manifestasi
klinis
Gejala-gejala akibat gagal ginjal kronik dapat dilihat pada
tabel di bawah ini Manifestasi klinis gagal ginjal kronik:
- Umum: Fatig, malaise, gagal tumbuh, debil.
- Kulit: Pucat, mudah-lecet, rapuh, leukonikia.
- Kepala dan leher: Fetor uremik, lidah kering dan berselaput.
- Mata: Fundus hipertensif, mata merah.
- Kardiovaskular: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vascular.
- Pernafasan: Hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura.
- Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, gastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotik.
- Kemih: Nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya.
- Reproduksi: Penurunan libido, impotensi, amenore, infertilitas, ginekomastia, galaktore.
- Saraf: Letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, flap, mioklonus, kejang, koma.
- Tulang: Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D.
- Sendi: GOUT, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang.
- Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan.
- Endokrin: Multipel.
- Farmakologi: Obat-obat yang diekskresi oleh ginjal.
Pemeriksaan
penunjang
Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan laju
filtrasi glomerulus, dimulai bila lajunya kurang dari 60 ml/menit. Pada gagal
ginjal terminal, konsentrasi kreatinin dibawah 1 mmol/liter.Konsentrasi ureum
plasma kurang dapat dipercaya karena dapat menurun pada diet rendah protein dan
meningkat pada diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan
katabolik.Biasanya konsentrasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20-60
mmol/liter.
Bersihan kreatinin (crealinine clearance) lebih buruk
daripada kadar kreatinin 8 pada pria dengan usia 20 tahun. Tidak ada batasan
yang pasti dari kadar kreatinin untuk memulai dialisis. Secara umum dialisis
dilakukan bila gejala uremia timbul dan 8% penderita Gagal Ginjal Kronik di
Eropa memulai dialisis pada umur 65 tahun.
Terdapat penurunan bikarbonat plasma (15-25 mmol/liter),
penurunan pH, dan peningkatan anion gap.Konsentrasi natrium biasanya normal,
namun dapat meningkat atau menurun akibat masukan cairan inadekuat atau
berlebihan.Hiperkalemia adalah tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat
masukan berlebihan, asidosis tubular ginjal, atau hiperaldosteronisme.
Terdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan
peningkatan kalsium plasma.Kemudian fosfatase alkali meningkat.Dapat ditemukan
peningkatan parathormon pada hiperparatiroidisme.
Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia normositik normokrom
dan terdapat sel Burr pada uremia berat.Leukosit dan trombosit masih dalam
batas normal.Pemeriksaan mikroskopik urin menunjukkan kelainan sesuai penyakit
yang mendasarinya.
Creatinine Clearance meningkat melebihi laju filtrat
glomerulus dan turun menjadi kurang dari 5 ml/menit pada gagal ginjal
terminal.Dapat ditemukan proteinuria 200-1000 mg/hari.
Pemeriksaan biokimia plasma untuk mengetahui fungsi ginjal
dan gangguan elektrolit, mikroskopik urin, urinalisa, tes serologi untuk
mengetahui penyebab glomerulonefritis, dan tes-tes penyaringan sebagai
persiapan sebelum dialisis (biasanya hepatitis B dan HIV).
USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan
penyebab gagal ginjal, misalnya adalah kista atau obstruksi pelvis ginjal.Dapat
pula dipakai foto polos abdomen.
Jika ginjal lebih kecil dibandingkan
usia dan besar tubuh pasien maka lebih cenderung ke arah gagal ginjal kronik.
Diagnosis
Berdasarkan
anamnesis dapat ditemukan kecenderungan diagnosis.misalnya
bila terdapat riwayat nokturia, poliuria, dan haus, disertai hipertensi, dan
riwayat penyakit ginjal, mungkin lebih dipikirkan ke arah gagal ginjal kronik.
Tanda-tanda uremia klasik dengan kulit pucat atrofi, dengan bekas garukan tidak
terjadi seketika dan jarang ditemukan pada gagal ginjal akut.Namun pada banyak
kasus, gambaran ini tidak ditemukan sehingga lebih baik menganggap semua pasien
azotemia adalah peningkatan BUN dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma
meningkat.
Komplikasi
Komplikasi sistemik yang sering adalah terjadinya anemia.
Dimana anemia yang terjadi dihubungkan dengan Gagal Ginjal Kronik melalui
beberapa faktor, yaitu:
1. Pengurangan
masa parenkim ginjal,
2. Eritropoetin
yang rendah,
3. Kekurangan
vitamin B 12 dan asam folat.
Pada uremia masa
hidup sel darah merah memendek.Mungkin juga ada perdarahan dari GIT yang
menyebabkan anemia. Penggunaan obat seperti AINS dan b bloker dapat mengurangi
kadar eritropoetin dalam darah. Transfusi darah tidak diberikan bila kadar Hb
>7 g/dl, kecuali bila pasien menunjukkan gejala klinis. Pada lansia dengan
aterosklerosis, penting untuk mempertahankan kadar Hb 10 g/dl untuk mencegah
angina atau gagal jantung kongestif.
Penatalaksanaan
·
Tentukan dan tata laksana penyebabnya.
·
Optimalisasi dan pertahankan
keseimbangan cairan dan garam
Biasanya
diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema
betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg) atau
Loop diuretik (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan
cairan pada pasien Gagal ginjal kronik, sementara pasien lain mungkin
memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan
dilakukan melalui berat badan, urin, dan pencatatan keseimbangan cairan
(masukkan melebihi keluaran sekitar 500 ml). Untuk menentukan asupan natrium,
harus dilakukan pemeriksaan dari urin 24 jam dan biasanya asupan natrium 2-4
g/hari cukup untuk menjaga keseimbangan natrium.
·
Mencegah
dan tata laksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia
dikontrol dengan obat mengikat fosfat seperti alumunium hidroksida (300-1800
mg) atau kalsium karbonat (500-3000 mg) pada setiap makan.Namun hati-hati
dengan toksisitas tersebut.Diberikan suplemen vitamin D dan dilakukan
paratiroidektomi atas indikasi.
·
Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai imunosupresif dan terapi
lebih ketat.
·
Modifikasi terapi obat dan fungsi ginjal
Banyak
obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan
oleh ginjal.Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesik opiat, ampoterisin, dan
allopurinol.Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan ureum darah,
misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
·
Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi
dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer,
hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang
mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, hingga diperlukan dialisis.
·
Persiapan dialisis dan program transplantasi
No comments:
Post a Comment