Saturday, June 6, 2015

SECONDARY AMENORRHOE



SECONDARY AMENORRHOE


Amenorrhoe adalah tidak adanya periode menstruasi, baik secara permanen atau sementara. Amenorrhoe dapat diklasifikasikan atas primary amenorrhoe dan secondary amenorrhoe. Primary amenorrhoe adalah periode menstruasi yang tidak pernah dimulai (berdasarkan umur 16 tahun), sedangkan secondary amenorrhoe adalah berhentinya haid selama 6 bulan atau lebih pada wanita yang sudah pernah mengalami haid, dan bukan pada wanita yang hamil, menyusui, ataupun menopause.
Angka kejadian secondary amenorrhoe sekitar 1-3 persen pada wanita usia reproduksi.

Faktor Risiko
Wanita yang mengkonsumsi pil kontrasepsi atau menerima terapi hormon, seperti Depo-Provera, dapat mengalami amenorrhoe. Saat terapi hormon tersebut dihentikan, amenorrhoe dapat berlanjut hingga 6 bulan kemudian atau lebih.
Faktor risiko terjadinya amenorrhoe pada wanita, antara lain:
1.      Obesitas.
2.      Kadar lemak tubuh kurang dari 15-17%.
3.      Penurunan berat badan yang drastis (misalnya setelah melakukan diet ekstrim atau post operative gastric bypass.
4.      Kecemasan dan stres emosional.
5.      Olahraga yang berlebihan dalam jangka waktu lama.
6.      Tumor otak (pituitary).
7.      Kemoterapi kanker.
8.      Penggunaan obat-obat antipsikosis.
9.      Hipertiroid.
10.  Sindrom ovarium polikistik.
11.  Penurunan fungsi ovarium.
12.  Kegagalan dilasi dan kuretase yang dapat menyebabkan sindrom asherman.
Manifestasi Klinis
Selain tidak datangnya haid, gejala lain yang muncul di antaranya adalah:
1.      Perubahan ukuran payudara
2.      Peningkatan atau penurunan berat badan
3.      Galactorrhea
4.      Hirsutism dan acne
5.      Vagina kering
6.      Perubahan suara
Jika amenorrhoe disebabkan oleh tumor pituitary, gejala lain yang disebabkan oleh tumor, seperti gangguan penglihatan dan sakit kepala.

Diagnosis
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul, dan tes kehamilan harus dilakukan untuk menjauhkan dari diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
1.      Follicle stimulating hormone (FSH)
2.      Luteinizing hormone (LH)
3.      Prolactin hormone (hormon prolaktin)
4.      Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron)
5.      Thyroid stimulating hormone (TSH)
Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
1.      Biopsi endometrium
2.      Tes genetik
3.      CT-Scan atau MRI untuk mendeteksi tumor di otak
4.      Ultrasound pelvis atau hysterosonogram

Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada secondary amenorrhoe adalah untuk meredakan gejala ketidakseimbangan hormon, untuk mengembalikan siklus normal menstruasi, mencegah komplikasi yang terkait dengan amenorrhoe, dan/atau untuk mencapai kesuburan, walaupun tidak semua tujuan dapat dicapai dalam setiap kasus.
Penatalaksanaan secondary amenorrhoe tergantung pada penyebabnya. Misalnya, jika penyebab amenorrhoe sekunder adalah hipotiroid (hypothyroidism), maka pengobatannya adalah dengan pemberian preparat hormon tiroid. Siklus haid akan kembali normal setelah terapi dilakukan.
Dalam kasus-kasus di mana kelainan genetik atau anatomi adalah penyebab amenorrhoe (biasanya amenorrhoe primer), operasi mungkin dianjurkan untuk mengoreksi kelainan anatomi.
Amenorrhoe hipotalamus yang berhubungan dengan penurunan berat badan, olahraga berlebihan, penyakit fisik, atau stres emosional biasanya dapat diperbaiki dengan mengatasi penyebab yang mendasari. Misalnya, berat badan dan pengurangan intensitas latihan biasanya dapat mengembalikan periode menstruasi pada wanita yang telah mengalami amenorrhoe karena berat badan atau terlalu latihan intensif, yang tidak memiliki tambahan penyebab amenorrhoe. Dalam beberapa kasus, konseling gizi mungkin bermanfaat.
Dalam kegagalan ovarium prematur, terapi hormon mungkin direkomendasikan baik untuk menghindari gejala tidak menyenangkan dari deplesi estrogen serta mencegah komplikasi (lihat di bawah) tingkat estrogen yang rendah seperti osteoporosis. Hal ini mungkin terdiri dari pil kontrasepsi oral untuk para wanita yang tidak hamil keinginan atau estrogen alternatif dan obat progesteron. Sementara terapi hormon pascamenopause telah dikaitkan dengan resiko kesehatan tertentu pada wanita yang lebih tua, wanita muda dengan kegagalan ovarium prematur bisa mendapatkan keuntungan dari terapi ini untuk mencegah osteoporosis.
Pada wanita dengan PCOS (polycystic ovary syndrome), bisa dilakukan perawatan yang mengurangi tingkat atau aktivitas hormon laki-laki, atau androgen.
Obat agonis dopamin seperti bromocriptine (Parlodel) dapat menurunkan kadar prolaktin tinggi, yang mungkin bertanggung jawab untuk amenorrhoe. Akibatnya, perlu penyesuaian dosis untuk obat tersebut.
Dengan bantuan teknologi reproduksi dan pemberian obat gonadotropin (obat yang merangsang pematangan folikel di ovarium), dapat sesuai untuk wanita dengan beberapa jenis amenorrhoe yang ingin mencoba menjadi hamil.
Prognosis
Prognosis penyakit tergantung pada penyebabnya. Pada umumnya terapi untuk secondary amenorrhoe memberikan respon positif.

No comments:

Post a Comment