LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
1. Batasan
Leukemia
adalah suatu keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi
oleh klon maligna limfositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut ke
darah dan semua organ tubuh.
2. Epidemiologi
Leukemia
menempati 40% dari semua keganasan pada anak. Faktor resiko terjadi leukemia
adalah kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi, faktor hormonal, infeksi virus.
3. Patogenesis dan klasifikasi
·
Blastosit
abnormal gagal berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa, sementara proses
pembelahan berlangsung terus. Sel-sel ini mendesak komponen hemopoitik normal
sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang. Di samping itu, sel-sel abnormal
melalui peredaran darah melakukan infiltrasi ke organ-organ tubuh.
·
Klasifikasi:
Dikenal 2 golongan besar leukemia akut:
ü
Leukemia
limfoblastik akut (LLA) : sel induk berasal dari sel induk sistem limfoid
ü
Leukemia
mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal dari sel induk sistem mieloid
4. Diagnosis
I. Anamnesis
ü
Anemia,
sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum.
ü
Keluhan
pembesaran kelenjar getah bening dan perut.
II. Pemeriksaan fisis
ü
Anemis
dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina Ludwig
ü
Pembesaran
kelenjar limfe general
ü
Splenomegali,
kadang hepatomegali
ü
Pada
jantung terjadi gejala akibat anemia
ü
Infeksi
pada kulit, paru, tulang
III. Pemeriksaan penunjang
ü
Anemia
normositik normokromik, kadang-kadang dijumpai normoblas
ü
Pada
hitung jenis terdapat limfloblas. Jumlah limfoblas dapat mencapai 100%.
ü
Trombositopenia,
uji tourniquest positif dan waktu perdarahan memanjang
ü
Retikolositopenia
ü
Kepastian
diagnostik : pungsi sumsum tulang, terdapat pendesakan eritropoiesis,
trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang didominasi oleh limfoblas.
ü
Rontgen
foto toraks AP dan lateral untuk melihat infiltrasi mediastinal
ü
Lumbal
pungsi: untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal.
5. Penatalaksanaan
1.
Protokol pengobatan
Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu:
a.
Protokol
half dose Metothrexate (Jakarta 1994)
b.
Protokol
Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000)
2.
Pengobatan suportif
Terapi
suportif misalnya transfusi komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan
psikososial.
6. Pemantauan
I. Terapi
Komplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang,
agranulositosis. Sepsis merupakan komplikasi selama pengobatan sitostatik.
Pemberian cortikosteroid dapat terjadi perubahan perilaku, misalnya marah, dan
nafsu makan yang berlebihan
II. Tumbuh kembang
Pasien secepatnya masuk sekolah. Dalam
jangka lama perlu observasi fungsi hormonal dan tumbuh kembang anak.
Berikut ini adalah foto dari Indonesian ALL Protocol-2006
Standart Risk Maintenance
Standart Risk
Hight Risk maintenance
No comments:
Post a Comment